NASA: Tanah Mars Mirip di Hawaii

Reporter

Editor

Grace gandhi

Selasa, 6 November 2012 05:17 WIB

Foto ini diambil oleh kamera panorama Rover Spirit yang mengeksplorasi Mars. Gambar ini menunjukkan dataran Mars barat daya dari lokasi pendaratan alat jelajah. Tidak banyak variasi di permukaan Mars ini, meski terlihat tanjakan sekitar 7-8 km di cakrawala. EDITORIAL USE ONLY (CREDIT : REUTERS/NASA) yahoo.com

TEMPO.CO , Houston: Robot Curiosity milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) telah merampungkan analisis pertama dari tanah Mars. Robot beroda enam itu menemukan tanah planet merah serupa dengan material tanah yang ada di Bumi.

"Tanah Mars terbuat dari bahan yang mirip dengan tanah vulkanik basaltik yang dijumpai di kepulauan Hawaii," lansir NASA, seperti dikutip Telegraph, Senin, 5 November 2012.

Temuan mengejutkan ini diketahui setelah Curiosity menentukan sifat-sifat tanah dan debu halus yang tersebar di seluruh permukaan Mars dengan teknologi X-Ray. Para pakar NASA menyatakan, analisis terhadap struktur mineral bisa membantu mengungkap rincian tentang kondisi lingkungan dan sejarah terbentuknya planet Mars.

David Bish, pakar perangkat kimia dan mineral yang terpasang pada Curiosity, mengatakan sampel debu yang telah dianalisis konsisten dengan ide awal yang menyebutkan material yang tersimpan di Kawah Gale di Mars merekam transisi perubahan lingkungan di planet itu dari basah menjadi kering.

"Batuan kuno, seperti konglomerat, menunjukkan adanya aliran air. Sedangkan mineral dalam lapisan tanah yang muda konsisten dengan interaksi terbatas dengan air," ujar Bish.

Sampel debu dan pasir itu diambil dari sebuah situs yang dinamai Rocknest. Perangkat kimia dan mineral Curiosity lantas menyaring sampel tersebut untuk menghilangkan partikel berukuran lebih besar dari 150 mikrometer, atau selebar rambut manusia.

Bish mengatakan, sebagian besar permukaan Mars ditutupi debu. Beberapa partikel debu tampaknya telah tersebar di seluruh permukaan Mars selama terjadinya badai berskala global. Sedangkan pasir lebih bersifat lokal dan berasal dari lokasi yang tidak terlalu jauh.

"Kini kami tahu mineral penyusunnya mirip dengan materi basaltik, dengan sejumlah besar feldspar, piroksen, dan olivin. Sekitar separuh material tanahnya adalah bahan non-kristal, seperti kaca vulkanik atau produk dari pelapukan kaca," ujar Bish.

Analisis batuan konglomerat menunjukkan bahwa jejak aliran air di Mars berasal dari periode miliaran tahun lalu. Namun, temuan terbaru menunjukkan kondisi kering di permukaan Mars terjadi pada periode yang lebih baru dari sejarah planet tersebut.

"Kami memiliki banyak data tentang mineralogi tanah Mars. Hasil analisis difraksi sinar X menunjukkan sejumlah mineral berukuran halus, dan beberapa adalah mineral baru," kata David Blake, peneliti utama kimia dan mineral NASA.

TELEGRAPH | MAHARDIKA SATRIA HADI



Terpopuler:
Nasib Forstall di Apple, Sinofsky di Microsoft

Biaya Material iPad Mini Hanya Rp 1,8 Juta

Ilmuwan Temukan Gen Pematang Buah

Telkomsel Bikin Game James Bond di Seluler

Robot UGM Juara di Korea

Berita terkait

Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

50 hari lalu

Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

Minat pengunjung ke Observatorium Bosscha tergolong tinggi sejak kunjungan publik mulai dibuka kembali setelah masa pandemi.

Baca Selengkapnya

Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

27 November 2023

Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

Harijono Djojodihardjo, ahli penerbangan dan antariksa meraih anugerah Nurtanio Award 2023 dari BRIN.

Baca Selengkapnya

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Membuka Jalan untuk Gibran

26 September 2023

Membuka Jalan untuk Gibran

Peluang Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden menguat.

Baca Selengkapnya

Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

21 September 2023

Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan teknologi keantariksaan sendiri telah dimanfaatkan dalam berbagai sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

27 April 2023

Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

Misi Explorer 11 NASA bertujuan mempelajari sinar gamma di luar angkasa.

Baca Selengkapnya

Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

17 Januari 2023

Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

Pada 1 Februari 2003, pesawat ulang-alik Columbia meledak saat memasuki atmosfer di atas Texas dan menewaskan ketujuh awak di dalamnya.

Baca Selengkapnya

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

9 Desember 2022

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

China sedang membangun kemampuan yang menempatkan sebagian besar aset luar angkasa Amerika Serikat dalam risiko

Baca Selengkapnya

BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

30 November 2022

BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

Orbita merupakan peneliti ahli utama di bidang kepakaran, teknologi, dan aplikasi pengindraan jauh pada Pusat Riset Pengindraan Jauh BRIN.

Baca Selengkapnya

Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

3 Agustus 2022

Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

Observatorium Bosscha membagikan berbagai fenomena antariksa yang terjadi di bulan Agustus.

Baca Selengkapnya