TEMPO.CO , Jakarta:Ethan A. Lerner, profesor dari Harvard University mengatakan, temuan syaraf gatal dapat digunakan untuk membuat obat penekan efek samping gatal dari klorokuin dan meringankan gatal kronis pada penyakit kulit. Walaupun temuan itu masih berdasarkan penelitian terhadap saraf tikus.
"Gatal, bagi banyak orang, sangat mengganggu," kata profesor yang tidak terlibat dalam penelitian mengenai syaraf gatal itu. Ethan mengatakan, temuan itu akan sangat berarti pada dunia pengobatan apabila manusia memiliki sistem saraf spesifik untuk rasa gatal yang sama seperti tikus.
Menurut dia, rasa gatal biasanya dilawan dengan cara digaruk. Namun, bagaimana mekanisme menggaruk supaya bisa mengurangi atau menghilangkan rasa gatal juga belum banyak diketahui. Karena itu perlu penelitian lebih lanjut mengenai rasa gatal dan obat penangkalnya itu.
Tim peneliti dari Johns Hopkins dan Yale Amerika Serikat serta sejumlah universitas di Cina sebelumnya menguak misteri rasa gatal pada manusia dan hewan. Mereka mengidentifikasi syaraf yang bertanggungjawab terhadap sensasi rasa gatal itu.
Menurut para peneliti, saraf ini mengirimkan rasa gatal dari permukaan kulit ke sumsum tulang belakang. Respons ini mengakibatkan manusia dan hewan merasakan sensasi gatal, entah itu oleh gigitan serangga, zat beracun, kulit kering, hingga tusukkan benang pada pakaian.
"Penelitian kami untuk pertama kalinya menunjukkan adanya saraf khusus rasa gatal," kata Xinzhong Dong, profesor ilmu saraf di Johns Hopkins University School of Medicine, Rabu, 9 Januari 2013. Penemuan ini diterbitkan dalam jurnal Nature Neuroscience.
Komunitas ilmiah telah lama berdebat tentang mekanisme munculnya rasa gatal. Apakah sinyal rasa gatal dialirkan lewat sistem saraf khusus atau melewati saraf yang sama untuk mengirimkan rasa sakit. Data sebelumnya menunjukkan cara menekan rasa nyeri memakai morfin dapat menyebabkan gatal-gatal kronis. Ini menjadi indikasi tumpang tindih antara sensasi rasa gatal dan nyeri.
Fakta menunjukkan evolusi menghasilkan saraf gatal pada tikus dan hewan lain. Dong mengatakan, rasa gatal bukan hanya produk sampingan dari saraf nyeri, tapi juga berperan penting dalam kelangsungan hidup hewan dan manusia.
Ia dan rekan-rekannya mengidentifikasi sel-sel saraf yang merespons sejumlah rangsangan gatal. Mereka kemudian melakukan modifikasi genetik terhadap tikus. Tujuannya supaya sel-sel saraf gatal ini terbungkus protein yang mengikat capsaicin, senyawa kimia pembuat cabai memiliki sensasi pedas dan membakar.
Ketika capsaicin digosokkan pada kulit tikus, hewan pengerat itu tidak menggeliat kesakitan. Tikus justru menggaruk kulit yang digores capsaicin. Ini menunjukkan bahwa sel saraf tikus hanya mengirimkan sensasi rasa gatal, bukan rasa sakit.
Dalam percobaan kedua, tim ilmuwan menggunakan zat kimia pembunuh sel-sel saraf gatal. Hasilnya, tikus lebih jarang menggaruk bila terkena bahan kimia penyebab gatal, tapi masih merespons rasa sakit secara normal.
Zat kimia yang digunakan untuk memberi sinyal gatal pada tikus adalah klorokuin. Zat yang berfungsi sebagai obat malaria ini ditolak oleh banyak penduduk Afrika karena menyebabkan rasa gatal.
NY TIMES | MAHARDIKA SATRIA HADI
Berita terkait
Mudik Lebaran, Pasien Penyakit Ginjal Hati-hati bila Mau Minum Obat Antimabuk Perjalanan
40 hari lalu
Penderita penyakit ginjal diminta berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter terkait sebelum meminum obat untuk mabuk perjalanan saat mudik Lebaran.
Baca SelengkapnyaBahaya Etilen Glikol dan Jengkol pada Ginjal
50 hari lalu
Pakar penyakit dalam menyebut ginjal bisa terganggu hambatan kimiawi seperti etilen glikol hingga kebanyakan makan jengkol.
Baca SelengkapnyaOlahraga untuk Penderita Penyakit Ginjal Kronis yang Dianjurkan Guru Besar FKUI
50 hari lalu
Guru besar FKUI menyarankan penderita penyakit ginjal kronis berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui jenis olahraga yang tepat.
Baca Selengkapnya3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes
50 hari lalu
Wamenkes mengatakan perlunya fokus dalam tiga langkah penanganan penyakit ginjal kronis. Apa saja?
Baca SelengkapnyaBanyak Pasien Gagal Ginjal Berusia Muda, Cek Apa Saja Penyebabnya
51 hari lalu
Gagal ginjal biasanya merupakan tahap akhir dari penyakit ginjal dengan kerusakan yang sudah cukup berat atau berlangsung lama.
Baca SelengkapnyaMengenal Aneurisma Otak, Terjadinya Penipisan pada Arteri Otak
53 hari lalu
Aneurisma otak yang pecah menimbulkan banyak gejala, termasuk "sakit kepala petir", yang dikenal dengan rasa sakit yang tiba-tiba dan menyiksa.
Baca Selengkapnya6 Manfaat Jus Seledri Untuk Kesehatan Tubuh, Cegah Diabetes hingga Menangkal Kanker
58 hari lalu
Seledri adalah sayuran renyah dan berserat yang menawarkan sejumlah manfaat kesehatan. Lantas apa saja manfaatnya?
Baca SelengkapnyaWaspada, Pasien Diabetes Punya Faktor Tinggi Alami Gangguan Ginjal
15 Maret 2024
Faktor penyebab terbesar di dunia (termasuk juga di Indonesia) untuk gangguan ginjal adalah diabetes. Jalani gaya hidup sehat mulai sekarang.
Baca SelengkapnyaHari Ginjal Sedunia, Ini 4 Hal yang Penting Selamatkan Nyawa Pasien
14 Maret 2024
Hari Ginjal Sedunia tahun ini diperingati pada 14 Mret 2024. Ini 4 hal yang perlu jadi fokus para pihak untuk selamatkan nyawa pasien penyakit ginjal.
Baca SelengkapnyaGejala Penyakit Ginjal pada Orang Muda yang Perlu Diperhatikan
14 Maret 2024
Sebagian besar orang dengan penyakit ginjal tidak merasakan gejala pada tahap awal dan baru menyadarinya setelah masuk tahap lanjut.
Baca Selengkapnya