Sejumlah warga menerjang hujan salju untuk menggapai lokasi rumah mereka yang telah luluh-lantah oleh gempa dan tsunami yang menghantam Sendai, Miyagi, Jepang (16/3). Warga kembali untuk mencari peralatan rumah tangga yang masih layak pakai. AP/Kyodo News
TEMPO.CO, Jakarta - Tepat hari ini dua tahun lalu pada 11 maret 2011, gempa besar melanda Jepang. Para ilmuwan mengatakan gempa itu berkekuatan 9,0 Skala Richter. Saking besarnya kekuatannya, gempa itu bahkan terdengar hingga ruang angkasa.
Menurut ilmuwan, getaran gelombang gempa yang menimbulkan tsunami setinggi empat meter itu menerobos atmosfer dan tertangkap satelit Goce. Instrumentasi super sensitif ini dapat mendeteksi gangguan yang merambat melalui udara tipis dalam jarak 255 kilometer dari bumi.
Sudah lama diketahui bahwa gempa besar akan menghasilkan gelombang akustik berfrekuensi rendah atau infrasound, sebuah tipe gemuruh pada frekuensi di bawah yang bisa ditangkap telinga manusia. Tetapi tidak ada pesawat antariksa di orbit itu yang memiliki kemampuan untuk merekamnya, hingga saat ini.
"Kami mencari sinyal ini sebelumnya dengan satelit-satelit lain dan belum menemukannya, saya rasa dibutuhkan instrumen yang luar biasa canggih," kata Rune Floberghagen dari Badan Antariksa Eropa (ESA), sebagaimana dilansir dari situs BBC.
Tapi satelit Goce mampu menangkap gelombang itu. "Akselerometer Goce 100 kali lebih sensitif dari instrumentasi lainnya dan kami mendeteksi gelombang akustik bukan sekali tapi dua kali, yang ditangkap dari Pasifik dan Eropa," kata manajer misi Goce. Hasil observasi ini diterbitkan di jurnal Geophysical Research Letters.
Goce adalah satelit yang bertugas memetakan perbedaan sangat halus dalam tarikan gaya gravitasi di sepanjang permukaan bumi akibat distribusi massa yang tidak merata di bumi. Satelit ini akan mengakhiri misi dan kembali ke bumi pada November 2013 mendatang.