Bagaimana Mamalia Berevolusi Semakin Besar

Reporter

Editor

Anton William

Rabu, 26 Juni 2013 18:32 WIB

Paus Biru

TEMPO.CO, Melbourne-Perbandingan berat bayi terhadap berat induk menentukan evolusi mamalia. Rasio ini menjelaskan kenapa sebagian mamalia tumbuh sangat besar sementara lainnya tetap kecil.


Peneliti evolusi dari Monas University, Alistair Evans, memulai penelitian dengan kepercayaan bahwa ukuran tubuh berdampak pada fisiologi dan anatomi hewan. Faktor-faktor seperti kecepatan detak jantung, jumlah makanan yang dibutuhkan, dan bagaimana cara bergerak semua bergantung pada dimensi fisik.


"Ukuran tubuh sangat fundamental terhadap makhluk hidup," ujar dia melalui siaran pers, Senin, 24 Juni 2013.


Evans lantas mempelajari perkembangan ukuran tubuh paus, gajah, primata, dan tikus sejak waktu kemunduran dinosaurus hingga sekarang. Setelah kepunahan dinosaurus sekitar 65 juta tahun lalu, mamalia mengalami perubahan ukuran tubuh yang drastis.


Studi tersebut menyimpulkan bahwa spesies yang menghasilkan anak yang cepat dewasa cenderung berevolusi semakin besar. Siklus perkembangan tubuh yang cepat ini begitu vital dalam perkembangan ukuran tubuh hewan, tak peduli berapa banyak anak yang dihasilkan. Dalam beberapa generasi, hewan yang dewasa lebih cepat ini mencapai ukuran tubuh maksimal.


Advertising
Advertising

Studi kasus paling signifikan bisa dilihat pada paus. Hewan paling besar di bumi ini telah berevolusi menjadi sangat besar bahkan melampaui beberapa jenis dinosaurus raksasa. Pertambahan ukuran tubuh hewan ini tercatat sebagai salah satu yang tercepat di bumi. Kesuksesan memperbesar ukuran keturunan ini disebabkan kelahiran anak yang cepat dewasa.


"Penyebabnya adalah kecepatan menjadi dewasa. Dalam 10 tahun panjang hewan ini mencapai 30 meter," kata Evans.


Dari sekian jenis mamalia, ordo primata menjadi yang paling lambat mengalami pertambahan ukuran tubuh. Beberapa famili yang termasuk ordo ini seperti tarsius, lemur, monyet, dan kera besar, tak ada yang memiliki berat lebih besar dari 500 kilogram.


"Lambatnya mamalia menjadi dewasa membuat evolusi ukuran tubuhnya sangat lambat," ujar peneliti biologi Arizona State University, Jordan Okie.


Penelitian ini juga menemukan ukuran maksimum binatang berdampak pada laju kematian. Binatang berukuran tubuh besar cenderung jarang melahirkan ketimbang binatang berukuran kecil. Akibatnya, jika laju kematian meningkat dua kali, ukuran akan menyusut hingga 16 kali.


Itu sebabnya kenapa hewan besar banyak yang mati pada Zaman Es. Hewan besar memiliki risiko kepunahan yang lebih besar ketimbang hewan kecil.


ANTON WILLIAM

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya