TEMPO.CO, Atlanta - Seorang ahli biologi Amerika Serikat menemukan spesies baru di lubang hidung kanannya setelah kembali dari perjalanan penelitian ke Afrika. Profesor pathobiology, Tony Goldberg, secara tak terduga menemukan kutu tersembunyi di hidungnya. "Ketika pertama kali Anda menyadari ada kutu di hidung, dibutuhkan usaha keras untuk tidak mencakar wajah Anda," kata Goldberg, profesor sekaligus peneliti dari University of Winconsin, Amerika Serikat.
Goldberg lalu mengambil kutu dari hidungnya dengan menggunakan pinset, cermin, dan senter agar DNA-nya bisa dianalisis di laboratorium. Hal ini mengusik rasa ingin tahunya, apakah kutu tersebut merupakan spesies kutu baru dan menemukan penjelasan baru atas bagaimana penyakit menular antara simpanse dan manusia. DNA kutu dianalisis untuk dibandingkan dengan arsip di US National Tick Collection, Georgia Southern University.
Karena analisis DNA hanya bisa mengkonfirmasi genus dan bukan mengetahui spesies baru, Goldberg dan rekannya mulai mempelajari foto-foto beresolusi tinggi dari simpanse. Mereka melihat 20 persen dari simpanse memiliki kutu yang bersembunyi di hidung mereka. Dan jumlahnya mungkin bisa lebih banyak dari itu, karena awalnya mereka hanya mengambil foto untuk memeriksa gigi simpanse. Sebab itulah, para peneliti berspekulasi bahwa jumlah kutu bisa lebih besar dari apa yang terlihat dalam foto.
Seperti dilansir dari laman The Verge, Senin, 14 Oktober 2013, penemuan ini dipublikasikan pada 30 September dalam The American Journal of Tropical Medicine and Hygiene, yang fokus pada simpanse dan kutu di Taman Nasional Kibale Uganda. Dalam tulisan mereka, Goldberg dan rekannya menunjukkan bahwa bersembunyi di lubang hidung mungkin sebagai bentuk adaptasi kutu agar tidak terdeteksi. Dengan bersembunyi di lubang hidung, kutu-kutu ini bisa makan dengan aman.
Setelah melakukan penelitian yang lebih mendalam, Goldberg menetapkan melalui kajian studi yang telah diterbitkan sebelumnya bahwa kutu yang ada pada hidungnya juga ada pada kebanyakan simpanse, berasal dari genus Amblyomma. "Amblyomma diketahui sebagai pembawa penyakit. Jadi, ini diluar nalar, tidak langsung, dan agak aneh, di mana orang dan simpanse berbagi patogen," kata Goldberg.
Karena kutu-kutu ini membawa penyakit, para peneliti menyatakan bahwa kutu ini bisa membawa dan menyebarkan patogen. Para peneliti mencatat, hal ini dapat memungkinkan penyakit menyebar antara hewan juga.
ROSALINA | THE VERGE
Berita Terpopuler:
Evan Dimas, Kapten yang Rendah Hati
Eros: SBY Kok Baru Kaget Dinasti Ratu Atut
4 Modus Suap di Mahkamah Konstitusi
Malaysia Larang Koran Katolik Pakai Kata 'Allah'
Dua Analisa Pembunuh Holly Angela
Berita terkait
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo
26 November 2023
BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.
Baca SelengkapnyaJokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti
19 Agustus 2023
Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik
Baca SelengkapnyaJokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045
15 Juni 2023
Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.
Baca SelengkapnyaMemahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya
10 Desember 2022
Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.
Baca SelengkapnyaDi Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis
3 Desember 2022
Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
Baca SelengkapnyaSiti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya
25 November 2022
MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.
Baca SelengkapnyaBRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan
10 November 2022
Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.
Baca SelengkapnyaPresiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Baca SelengkapnyaPraktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
20 April 2022
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
Baca Selengkapnya