Pembocor data intelijen Amerika Edward Snowden menunduk saat mengadakan pertemuan tertutup dengan beberapa aktivis HAM dan pejabat negara di bandara Moskow, Rusia (12/7). Ia sudah terjebak di zona transit bandara ini sejak 23 Juni. (AP Photo/Human Rights Watch, Tanya Lokshina)
TEMPO.CO, Jakarta - Dinas intelijen Amerika, NSA, menyebarkan malware yang menginfeksi lebih dari 50.000 jaringan komputer di seluruh dunia. Malware (malicious software) atau perangkat lunak berbahaya ini didesain untuk mencuri informasi.
Dokumen-dokumen dari Edward Snowden menyajikan itu, tulis surat kabar Belanda NRC hari ini. NRC mengaku melihat dokumen-dokumen yang disajikan oleh mantan pegawai NSA tersebut.(Baca: Begini Peran Singapura dalam Penyadapan Australia)
Sebuah presentasi bertanggal pada 2012 menjelaskan bahwa NSA menggunakan Computer Network Exploitation (CNE) di lebih 50.000 lokasi. CNE adalah sistem infiltrasi komputer rahasia yang dibuat dengan meng-install malware, malicious software, kata NRC dalam edisi online-nya.
Satu contoh perentasan tipe serupa telah diungkap pada September 2013 di operator telekomunikasi Belgia, Belgacom. Dalam beberapa tahun dinas intelijen Inggris, GCHQ, telah meng-install malware sejenis di jaringan Belgacom dengan tujuan untuk menyadap lalu lintas data dan telepon pelanggan perusahaan itu.
Jaringan Belgacom telah disusupi oleh GCHQ melalui sebuah proses menggaet karyawan ke sebuah halaman LinkedIn.com palsu. Laporan NRC juga menyebut bahwa serangan-serangan komputer NSA dibuat oleh sebuah departemen khusus yang disebut TAO (Tailored Access Operations). (Baca: Kasus Penyadapan,Indonesia Bisa Usir Dubes Australia)
Sumber-sumber publik menunjukkan bahwa departemen itu mempekerjakan lebih dari seribu peretas. Belum lama lalu pada Agustus 2013, Washington Post menyiarkan artikel mengenai operasi-operasi cyber NSA-TAO. (Baca: Ahli ITB: SBY Harus Tiru Obama Sterilkan Ponselnya)