TEMPO.CO, Tokyo – Curah hujan global cenderung meningkat dalam beberapa waktu belakangan hingga akhirnya menimbulkan banjir di sejumlah wilayah, seperti di Inggris, Amerika, Australia, dan juga Indonesia.
Hal ini mendorong Jepang untuk membuat satelit pemantauan curah hujan global yang telah dirampungkan beberapa waktu lalu. Seperti dikutip dari Xinhua, satelit yang dikembangkan melalui kerja sama dengan Amerika ini telah berhasil diluncurkan pada Jumat, 28 Februari 2014 pagi.
Menurut Japan Aerospace Exploration Agency, satelit dengan roket peluncur H-2A ini telah lepas landas dari Tanegashima Space Center di Prefektur Kagoshima pada pukul 03.37 waktu setempat.
Satelit dengan tinggi sekitar 6,5 meter dan berat empat ton ini dirancang untuk meramalkan kondisi cuaca abnormal seperti banjir dan kekeringan dengan memantau awan hujan dan curah hujan.
Roket itu juga membawa tujuh satelit kecil yang dikembangkan oleh universitas-universitas di Jepang, termasuk Universitas Shinshu yang bereksperimen dengan lampu LED untuk menunjang telekomunikasi dan Universitas Kagoshima yang merancang pengukuran uap.
Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.