TEMPO.CO, Washington - Para peneliti dari Institusi Carnegie, Scott Sheppard dan Chadwick Trujilo menemukan obyek terjauh dalam sistem tata surya yang disebut VP113. Lokasi VP113 mengalahkan Sedna yang selama ini dikenali sebagai obyek terjauh pada awan Oort bagian dalam. Selain Sedna dan VP113, peneliti menduga ada lebih banyak lagi obyek yang terdapat di lokasi itu.
Dalam ukuran astronomical unit (AU), titik orbit terdekat VP113 ke matahari setara dengan 80 kali jarak bumi ke bintang itu. Planet-planet batuan, seperti bumi, dan asteroid umumnya berada pada posisi antara 0,39-4,2 AU. Sementara planet-planet gas raksasa berada pada posisi 5-30 AU. Sabuk Kuiper, yang berisi banyak obyek beku termasuk Pluto, berjarak sekitar 30-50 AU dari matahari. Tepi tata surya diperkirakan terletak pada jarak 50 AU. Sementara posisi Sedna jaraknya sekitar 76 AU.
Sepphard dan Trujilo memperkirakan ada sekitar 900 obyek yang memiliki orbit seperti Sedna dan VP 113. Diameter benda-benda angkasa itu bisa lebih dari 1.000 kilometer. Populasi pada awan Oort bagian dalam bisa lebih banyak dari yang dimiliki Sabuk Kuiper dan sabuk asteroid utama.
Sheppard mengatakan pelacakan obyek-obyek jauh itu membantu pemahaman bagaimana sistem tata surya terbentuk dan berevolusi. "Beberapa obyek yang ada di dalam awan Oort ukurannya bisa melebihi Mars bahkan Bumi," kata Sheppard. "Masalahnya, banyak obyek di sana letaknya begitu jauh sehingga yang terbesar sekalipun sulit dideteksi dengan teknologi manusia saat ini."
Sheppard dan Trujilo menggunakan teknologi Dark Energy Camera (DECam) pada teleskop NOAO yang garis tengahnya mencapai empat meter di Cile. DECam punya jangkauan pandang yang lebih besar dari teleskop berukuran empat meter atau lebih. Mereka bisa mencari obyek luar angkasa samar pada area yang lebih luas dengan teknologi itu.
Sedna dan VP113 sama-sama ditemukan ketika berada pada posisi terdekat dari matahari. Namun mereka diyakini punya orbit yang mencapai ratusan AU sehingga terlalu sulit dilihat lagi. Laporan tentang VP113 yang dideteksi pertama kali pada 2012 dimuat dalam jurnal Nature, 27 Maret 2014.
Kemiripan orbit Sedna, VP113 dan benda-benda di tepi Sabuk Kuiper kemungkinan disebabkan oleh pengaruh dari obyek yang lebih besar yang lokasinya mencapai ratusan AU. Sheppard dan Trujilo mengatakan posisi Sedna dan kawan-kawan pada orbitnya tak mungkin dipengaruhi oleh benda atau planet yang sudah dikenal manusia karena letaknya begitu jauh.
SCIENCEDAILY | GABRIEL TITIYOGA
Topik terhangat:
MH370 | Kampanye 2014 | Jokowi | Prabowo | Dokter TNI AU
Berita terpopuler lainnya:
Terdeteksi 122 Obyek, Puing MH370?
7 Media Ini Dituding Berpihak dan Tendensius
Abraham Samad Bingung, Bisakah KPK Periksa SBY?
Berita terkait
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo
26 November 2023
BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.
Baca SelengkapnyaJokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti
19 Agustus 2023
Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik
Baca SelengkapnyaJokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045
15 Juni 2023
Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.
Baca SelengkapnyaMemahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya
10 Desember 2022
Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.
Baca SelengkapnyaDi Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis
3 Desember 2022
Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
Baca SelengkapnyaSiti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya
25 November 2022
MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.
Baca SelengkapnyaBRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan
10 November 2022
Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.
Baca SelengkapnyaPresiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Baca SelengkapnyaPraktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
20 April 2022
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
Baca Selengkapnya