Manusia Neanderthal Kekurangan Ragam Genetik  

Reporter

Selasa, 22 April 2014 18:03 WIB

Ilustrasi manusia Neanderthal. zefonseca.com

TEMPO.CO, Leipzig - Manusia Neanderthal ternyata hanya memiliki ragam genetik yang minim. Kondisi ini diduga mempengaruhi kelangsungan hidup spesies Neanderthal yang diprediksi lenyap dari Eropa sekitar 30 ribu tahun lalu.

Manusia Neanderthal adalah kerabat terdekat manusia modern yang hidup saat ini. Nenek moyang Neanderthal dan manusia modern diduga berpisah dan menyebar sekitar 550.000-765.000 tahun lalu.

Manusia adalah satu-satunya makhluk cerdas yang bisa bertahan hidup dalam seleksi alam. Namun manusia masih memiliki sedikit kemiripan genetik dengan Neanderthal. Dengan adanya perkawinan campur antar-spesies di masa silam, saat ini sekitar 1,5-2,1 persen dalam deoxyribonucleic acid (DNA) atau rantai gen manusia modern di luar Afrika berasal dari Neanderthal.

Svante Paabo dan koleganya dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology di Leipzig, Jerman, mengeksplorasi variasi genetik dengan menganalisis tiga genom Neanderthal. Masing-masing milik Neanderthal berusia 49 ribu tahun dari Spanyol, Neanderthal berusia 44 ribu tahun dari Kroasia, dan dari Siberia yang berumur sekitar 50 ribu tahun. Sebagai perbandingan, tim peneliti yang berisi 30 pakar genetika dan paleontologi juga memeriksa DNA manusia modern dari Afrika, Prancis, Sardinia, dan seorang keturunan Italia Amerika dari Eropa.

Riset itu menunjukkan Neanderthal menjalani perubahan genetik yang berpengaruh pada bentuk rangka tubuh. Namun manusia purba itu hanya mengalami sedikit perubahan gen yang berimbas pada perilaku dan pigmentasi. "Ragam genetik Neanderthal lebih sedikit ketimbang manusia modern yang diketahui juga lebih sedikit dari simpanse dan sebagian besar kera," kata Paabo.

Laporan yang dimuat dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, 21 April 2014, menyebutkan para peneliti memeriksa 17.367 gen yang mengendalikan pembentukan protein. Mereka berfokus pada mutasi yang mengubah jenis asam amino apa saja yang masuk ke dalam protein-protein tersebut. Mutasi itu menyebabkan struktur dan fungsi protein ikut berubah.

Meski ada yang membawa keuntungan, mutasi yang mengubah asam amino pada protein lebih sering berdampak buruk. Gen yang berpotensi merusak biasanya hilang dalam perjalanan seleksi alam makhluk hidup karena percampuran dalam populasi yang besar. Akan tetapi, mereka yang masih memiliki mutasi tersebut menjadi tidak fit dan tak mampu untuk bereproduksi hingga akhirnya punah. Mutasi itu terakumulasi dalam populasi kecil yang terisolasi seperti yang terjadi pada Neanderthal.

Peneliti menemukan bahwa manusia purba itu memiliki duplikat mutasi yang mengubah asam amino pembentuk protein lebih banyak ketimbang manusia modern. "Jumlah Neanderthal tampaknya sangat sedikit dan ada indikasi mereka terbagi-bagi dalam populasi yang lebih kecil dan tidak berhubungan satu sama lain," kata Paabo.

Sergi Castellano, peneliti yang ikut dalam riset tersebut mengatakan mutasi dengan potensi merusak itu tidak langsung berhubungan dengan kepunahan Neanderthal. "Tak ada klaim yang menyebut mutasi itulah penyebab mereka punah," kata Castellano.

Peneliti justru menemukan gen tulang belakang Neanderthal berubah lebih dari yang diperkirakan. "Gen yang memberikan pengaruh lengkung tulang belakang Neanderthal telah berubah," kata Paabo. "Hal itu menunjukkan bagaimana tulang rangka mereka berubah drastis selama evolusi."

Sementara pada manusia modern, gen yang mempunyai pengaruh pigmentasi dan perilaku justru paling banyak berubah. "Kami belum tahu pasti bagaimana mutasi itu mempengaruhi perilaku manusia, itu jadi bahan penelitian yang menarik," kata Paabo.

LIVESCIENCE | EXAMINER | GABRIEL WAHYU TITIYOGA

Berita Terpopuler:

Kasus Murid TK JIS, Tersangka Wanita Jadi Otaknya
Wali Kota Risma Arak Socrates Award Keliling Kota
Dukungan Pencopotan Suryadharma Meluas di Daerah

Berita terkait

Penelitian Baru, Ternyata Manusia Purba Injakkan Kaki di Amerika Utara Ribuan Tahun Lebih Awal

10 Oktober 2023

Penelitian Baru, Ternyata Manusia Purba Injakkan Kaki di Amerika Utara Ribuan Tahun Lebih Awal

Uji baru mengkonfirmasi kekunoan jejak kaki manusia purba di New Mexico, Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Museum Gua Harimau Ogan Komering Ulu, Museum Purbakala Terbesar di Sumatera

15 Januari 2023

Museum Gua Harimau Ogan Komering Ulu, Museum Purbakala Terbesar di Sumatera

Museum itu disebut sebagai museum purbakala terbesar di Pulau Sumatera.

Baca Selengkapnya

Bukan Sekadar Lagu, 5 Fakta Menarik Bengawan Solo

2 Oktober 2022

Bukan Sekadar Lagu, 5 Fakta Menarik Bengawan Solo

Bengawan Solo, sungai terpanjang di Indonesia. Ini 5 fakta menarik tentang sungai ini, termasuk pesawat Garuda Pernah water landing dan pencemaran.

Baca Selengkapnya

Pameran Kampung Purba Indonesia, dari Homo Erectus sampai Mumi Mamasa

18 September 2022

Pameran Kampung Purba Indonesia, dari Homo Erectus sampai Mumi Mamasa

Menggambarkan kehidupan prasejarah dimulai dari masa berburu hingga menetap, Pameran Kampung Purba adalah metode pembelajaran untuk generasi muda.

Baca Selengkapnya

Fosil Tertua Manusia Misterius Denisovans Ditemukan di Gua Siberia

2 Desember 2021

Fosil Tertua Manusia Misterius Denisovans Ditemukan di Gua Siberia

Analisis DNA yang diekstraksi dari fosil Denisovan menunjukkan bahwa mereka mungkin pernah tersebar di seluruh benua Asia, Asia Tenggara dan Oseania.

Baca Selengkapnya

Lukisan dan DNA Tertua di Dunia Ditemukan di Maros Sulawesi Selatan

22 November 2021

Lukisan dan DNA Tertua di Dunia Ditemukan di Maros Sulawesi Selatan

Lukisan dan DNA tertua di dunia ditemukan di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Berikut adalah penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Mengenal Homo Bodoensis, Disebut Garis Langsung Leluhur Manusia Modern

12 November 2021

Mengenal Homo Bodoensis, Disebut Garis Langsung Leluhur Manusia Modern

Sekelompok manusia purba--yang sudah punah-mendapatkan nama spesies baru: Homo bodoensis. Siapa mereka? Perlukah nama baru itu?

Baca Selengkapnya

Ini yang Membuat Sangi Run Night Trail 2021 Berbeda dengan Lomba Lari Lainnya

29 Oktober 2021

Ini yang Membuat Sangi Run Night Trail 2021 Berbeda dengan Lomba Lari Lainnya

Sangi Run Night Trail 2021 digelar untuk memperingati 25 tahun situs purbakala Sangiran menjadi situs warisan dunia UNESCO.

Baca Selengkapnya

Fosil Gajah Pulau Sirtwo Waduk Saguling Dipindah ke Rumah Penduduk

19 Oktober 2021

Fosil Gajah Pulau Sirtwo Waduk Saguling Dipindah ke Rumah Penduduk

Dari riset fosil, bisa untuk mencari indikasi lingkungan purba daerah Waduk Saguling, apakah dulu berupa hutan atau padang rumput.

Baca Selengkapnya

Fosil Tengkorak dari Sumur Diklaim Spesies Baru: Manusia Naga

26 Juni 2021

Fosil Tengkorak dari Sumur Diklaim Spesies Baru: Manusia Naga

Fosil tengkorak besar yang ditemukan di Cina berpotensi menawarkan gambaran pertama wajah manusia purba Denisovan yang masih misterius.

Baca Selengkapnya