Dikira Hilang, Gas Xenon Ada di Inti Bumi  

Reporter

Jumat, 25 April 2014 03:59 WIB

Pemandangan dari puncak Gunung Sikunir menjelang matahari terbit (13/12). Desa-desa yang berada di lembah dapat terlihat dari lampu-lampu rumah dan jalan yang masih menyala. TEMPO/Shinta Maharani

TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian besar gas xenon diprediksi telah lama menghilang secara misterius dari atmosfer. Gas ini memiliki karakter khas dan tergolong sebagai gas mulia karena tidak terikat dengan atom lain.

Penelitian terbaru menunjukkan ada jawaban untuk memecahkan teka-teki menghilangnya gas xenon. Para peneliti memperkirakan gas itu bereaksi dan terikat secara kimia dengan besi dan nikel di inti bumi.

Selain xenon, gas mulia lainnya adalah helium dan neon. Gas-gas itu tidak reaktif dan sulit bereaksi dengan bahan kimia lain. Peneliti telah lama mempelajari gas xenon untuk meneliti evolusi bumi dan atmosfernya.

Masalahnya, kadar xenon di atmosfer ternyata 90 persen lebih rendah dari yang sudah diprediksi sebelumnya berdasarkan kadar gas mulia lainnya, seperti argon dan kripton. "Menghilangnya xenon adalah sebuah isu yang sudah lama dipertanyakan," kata Yanming Ma, pemimpin riset yang juga ahli fisika dan kimia dari Universitas Jilin di Chanchun, Cina.

Sebelumnya xenon diperkirakan lepas dari atmosfer bumi ke luar angkasa. Sebagian besar ilmuwan berpendapat gas itu tersembunyi di bagian interior bumi. Namun upaya untuk menemukan di mana xenon bisa bereaksi sehingga membentuk senyawa stabil selalu gagal.

Dalam riset sebelumnya, peneliti menemukan bahwa lapisan es atau sedimen lainnya di bumi tidak mungkin bisa menangkap xenon. "Penelitian sebelumnya untuk mencari xenon di inti bumi juga selalu gagal," kata Ma, seperti ditulis Livescience, 22 April 2014.

Inti bumi terbuat dari nikel dan besi dengan ukuran sepertiga dari total massa planet. Eksperimen yang dilakukan pada 1997 menunjukkan xenon tidak mungkin bereaksi dengan besi. "Setelah diperiksa, kami menemukan eksperimen itu dilakukan dengan tekanan hanya 150 gigapascal, sangat jauh dari tekanan inti bumi sebenarnya yang mencapai 360 gigapascal," kata Ma.

Tekanan inti bumi memang sangat kuat. Ukuran satu gigapascal setara dengan sekitar sembilan kali tekanan di Palung Mariana, tempat terdalam di lautan yang mencapai 10.971 kilometer. Ma dan koleganya mengukur, jika struktur besi dan xenon berbeda, keduanya bisa membentuk senyawa. Perhitungan mereka menunjukkan bahwa pada tekanan dan temperatur ekstrem di inti bumi, xenon bisa terikat dengan besi dan nikel sekaligus.

Molekul paling stabil terdiri dari satu atom xenon dan tiga atom besi (XeFe3) atau satu atom xenon dengan tiga atom nikel (XeNi3). Molekul XeFe3 membentuk struktur persegi. Adapun molekul XeNi3 membentuk struktur dengan ujung atas dan bawah heksagonal. Laporan riset yang dimuat dalam jurnal Nature Chemistry, 20 April 2014, menunjukkan inti bumi mungkin menyimpan seluruh xenon yang selama ini diperkirakan hilang. "Eksperimen dengan tekanan tinggi selanjutnya bisa mengkonfirmasi prediksi kami," kata Ma.

Namun eksperimen menggunakan tekanan tinggi bisa sangat berbahaya karena membutuhkan suhu tinggi hingga 5.727 derajat Celsius. Jika gagal dikontrol, temperatur setinggi itu bisa merusak berlian yang digunakan untuk menciptakan tekanan tinggi. "Ini menjadi halangan utama eksperimen," kata Ma. Meski berhasil menghitung keberadaan xenon, para peneliti belum bisa memastikan efek apa yang mungkin terjadi pada evolusi inti bumi.

LIVESCIENCE | GABRIEL WAHYU TITIYOGA

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya