Gen Hibernasi Kodok Bisa Selamatkan Astronaut  

Reporter

Rabu, 2 Juli 2014 15:16 WIB

Kru Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) kosmonaut Rusia Yuri Malenchenko (2 dari kiri) dan astronaut Amerika Serikat Sunita Williams (2 dari kanan) berjalan menuju pesawat ulang alik Soyuz TMA-05M di kosmodrom Baikonur, Kazakhstan, Minggu (15/7). REUTERS/Vyacheslav Oseledko/Pool

TEMPO.CO, Jakarta - Perlu fisik yang bugar untuk melakukan perjalanan ke luar angkasa. Masalahnya, dalam kondisi tanpa gravitasi, otot para astronaut bakal melemah saat melakukan perjalanan dalam waktu lama. Untuk memelihara otot mereka, para astronaut mungkin perlu berguru pada kodok.

Peneliti menyebut rahasia genetik spesies kodok yang sanggup berhibernasi atau tidur dalam jangka waktu lama bisa menjadi kunci dalam membangun misi luar angkasa yang lebih aman. Spesies kodok Cyclorana alboguttata, misalnya, sanggup berhibernasi selama berbulan-bulan.

Peneliti dari Universitas Queensland menyebut kodok itu mampu menjaga massa ototnya meski dalam kondisi dorman yang panjang. Bagian dalam gen kodok yang dikenal sebagai survivin bisa menyelamatkan amfibi itu dalam masa hibernasi. Kondisi ini mungkin bisa diterapkan untuk perjalanan luar angkasa.

Melayang tanpa gravitasi bisa jadi pengalaman yang diimpikan banyak orang, termasuk astronaut. Namun berada dalam kondisi itu sangat merugikan fisik manusia. Otot-otot tak lagi bekerja dan menyebabkan banyak masalah kesehatan, mulai dari tendonitis hingga akumulasi lemak.

Saat berhadapan dengan musim kering panjang di Australia, kodok itu bertahan dengan mengubur diri di dalam tanah dan menutupi dirinya dengan lapisan mirip kepompong dari kulit. Lapisan itu menjaga kodok tetap aman dari lingkungan. Namun gen survivin melindungi kodok dari perlawanan tubuhnya sendiri.

Sel tubuh mempunyai "mekanisme bunuh diri" yang berbeda. Namun yang paling jelas adalah ketika tubuh membuang materi yang rusak. Hal ini bisa terjadi saat tubuh tidak aktif dalam waktu panjang. Gen survivin mencegah hal itu terjadi sehingga kodok selamat. (Baca juga: Trik Kejut Belut Listrik)

"Jika bisa mengetahui bagaimana jalur sinyal sel itu bekerja untuk melindungi tubuh maka bisa digunakan dalam studi otot mamalia," kata peneliti Beau Reilly seperti dikutip The Telegraph, Rabu, 2 Juli 2014.


Reilly mengatakan hal itu bisa diterapkan dalam terapi pasien yang banyak berbaring atau astronaut yang kerap kehilangan massa otot ketika berada dalam kondisi gravitasi rendah. "Manusia dan teknik pengobatan modern bisa mengambil keuntungan dengan mempelajari sistem hibernasi kodok itu," katanya.


TELEGRAPH | GABRIEL WAHYU TITIYIOGA

Berita Terpopuler:
Titiek: Keluarga Cendana 100% Dukung Prabowo-Hatta
Politikus Ini Masih Sakit Hati kepada Demokrat

Gunung Sinabung Meletus, Tidak Ada Korban Jiwa

Berita terkait

Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

50 hari lalu

Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

Minat pengunjung ke Observatorium Bosscha tergolong tinggi sejak kunjungan publik mulai dibuka kembali setelah masa pandemi.

Baca Selengkapnya

Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

27 November 2023

Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

Harijono Djojodihardjo, ahli penerbangan dan antariksa meraih anugerah Nurtanio Award 2023 dari BRIN.

Baca Selengkapnya

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Membuka Jalan untuk Gibran

26 September 2023

Membuka Jalan untuk Gibran

Peluang Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden menguat.

Baca Selengkapnya

Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

21 September 2023

Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan teknologi keantariksaan sendiri telah dimanfaatkan dalam berbagai sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

27 April 2023

Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

Misi Explorer 11 NASA bertujuan mempelajari sinar gamma di luar angkasa.

Baca Selengkapnya

Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

17 Januari 2023

Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

Pada 1 Februari 2003, pesawat ulang-alik Columbia meledak saat memasuki atmosfer di atas Texas dan menewaskan ketujuh awak di dalamnya.

Baca Selengkapnya

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

9 Desember 2022

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

China sedang membangun kemampuan yang menempatkan sebagian besar aset luar angkasa Amerika Serikat dalam risiko

Baca Selengkapnya

BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

30 November 2022

BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

Orbita merupakan peneliti ahli utama di bidang kepakaran, teknologi, dan aplikasi pengindraan jauh pada Pusat Riset Pengindraan Jauh BRIN.

Baca Selengkapnya

Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

3 Agustus 2022

Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

Observatorium Bosscha membagikan berbagai fenomena antariksa yang terjadi di bulan Agustus.

Baca Selengkapnya