Lubang Hitam P13 Rakus Melahap Bintang  

Reporter

Kamis, 9 Oktober 2014 17:13 WIB

Black hole. Foto: sciencedaily.com

TEMPO.CO, Jakarta - Para astronom mendapati sebuah lubang hitam yang rakus. Obyek jagat raya itu dideteksi mengkonsumsi gas yang ada di sekitarnya sepuluh kali lebih cepat daripada yang diperkirakan. Lubang hitam yang dilabeli P13 itu terletak di pinggiran galaksi NGC7793, sekitar 12 juta tahun cahaya dari Bumi. Jumlah gas yang dimakan P13 jika dikonversikan setara dengan 100 miliar hotdog per menit.

Roberto Soria, astronom dari International Centre for Radio Astronomy Research (ICRAR) di Perth, Australia, mengatakan, saat gas bergerak ke arah lubang hitam, obyek itu menjadi sangat panas dan terang-benderang. Menurut dia, ilmuwan awalnya mendeteksi P13 karena lebih terang ketimbang lubang hitam lain. Awalnya hal itu diduga terjadi akibat ukurannya yang besar.

Para ahli sempat berasumsi, P13 jauh lebih besar daripada lubang hitam yang ada di galaksi Bima Sakti. Ketika Soria dan koleganya dari University of Strasbourg mengukur massa P13, ternyata ukurannya termasuk kecil meski jutaan kali lebih terang daripada matahari. (Baca juga: NASA Temukan 10 Lubang Hitam Raksasa)

"Tidak ada batas ketat seperti yang kami duga sebelumnya. Lubang hitam bisa mengkonsumsi gas lebih banyak dan memproduksi cahaya kian terang," kata Soria seperti tertulis di laman ICRAR, Kamis, 9 Oktober 2014.

Lubang hitam adalah bintang-bintang mati yang memiliki tarikan gravitasi luar biasa kuat, sehingga cahaya pun tersedot. Lubang hitam berkategori raksasa biasanya berukuran minimal satu juta kali massa matahari. Obyek raksasa penyedot cahaya itu diperkirakan ada di pusat setiap galaksi. (Baca juga: Ada Lubang Hitam Baru di Galaksi Bima Sakti)

Galaksi Bima Sakti pun memiliki lubang hitam di bagian pusatnya dengan ukuran 4 juta kali massa matahari. Meski tergolong lubang hitam raksasa, ukurannya cuma 0,01 persen dari massa Bima Sakti yang diperkirakan sekitar 50 miliar lebih besar daripada matahari.

Menurut Soria, P13 kini berotasi di sekitar bintang "donor" superbesar yang ukurannya 20 kali lebih berat ketimbang matahari. Satu sisi dari bintang donor itu sekarang selalu lebih berkilau dibanding bagian lain karena diterangi sinar-X ketika berada di dekat lubang hitam. Dengan kondisi itu, ilmuwan berhasil mengetahui durasi rotasi lubang hitam selama 64 hari. "Ukuran lubang hitam itu tak lebih dari 15 kali massa matahari kita," kata Soria.

Soria membandingkan P13 dengan juara makan asal Jepang, Takeru Kobayashi. Dengan tinggi hanya 1,73 sentimeter, Kobayashi adalah legenda yang memegang beberapa rekor dunia makan hotdog, hamburger, piza, dan pasta terbanyak. "Kobayashi menunjukkan bahwa ukuran tubuh bukan masalah dalam kompetisi makan. Bahkan lubang hitam kecil bisa melahap gas dengan kecepatan luar biasa," katanya.

P13 termasuk dalam kelompok lubang hitam penghasil sinar-X paling terang. "Mereka adalah juara kompetisi makan gas di jagat raya, sanggup melahap bintang donor kurang dari sejuta tahun dan itu ukuran waktu yang singkat dalam skala kosmik," kata Soria.


NATURE | SCIENCEDAILY | GABRIEL WAHYU TITIYOGA




Berita Lainnya:
Pria Bunuh Diri di Menara BCA, Ini Identitasnya
PPP: PKS Tak Mau Mengalah Soal Wakil Ketua MPR
Incar Kursi Pimpinan MPR, PPP Membelot ke Koalisi Jokowi

Berita terkait

Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

49 hari lalu

Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

Minat pengunjung ke Observatorium Bosscha tergolong tinggi sejak kunjungan publik mulai dibuka kembali setelah masa pandemi.

Baca Selengkapnya

Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

27 November 2023

Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

Harijono Djojodihardjo, ahli penerbangan dan antariksa meraih anugerah Nurtanio Award 2023 dari BRIN.

Baca Selengkapnya

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Membuka Jalan untuk Gibran

26 September 2023

Membuka Jalan untuk Gibran

Peluang Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden menguat.

Baca Selengkapnya

Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

21 September 2023

Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan teknologi keantariksaan sendiri telah dimanfaatkan dalam berbagai sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

27 April 2023

Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

Misi Explorer 11 NASA bertujuan mempelajari sinar gamma di luar angkasa.

Baca Selengkapnya

Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

17 Januari 2023

Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

Pada 1 Februari 2003, pesawat ulang-alik Columbia meledak saat memasuki atmosfer di atas Texas dan menewaskan ketujuh awak di dalamnya.

Baca Selengkapnya

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

9 Desember 2022

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

China sedang membangun kemampuan yang menempatkan sebagian besar aset luar angkasa Amerika Serikat dalam risiko

Baca Selengkapnya

BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

30 November 2022

BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

Orbita merupakan peneliti ahli utama di bidang kepakaran, teknologi, dan aplikasi pengindraan jauh pada Pusat Riset Pengindraan Jauh BRIN.

Baca Selengkapnya

Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

3 Agustus 2022

Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

Observatorium Bosscha membagikan berbagai fenomena antariksa yang terjadi di bulan Agustus.

Baca Selengkapnya