Seorang anak Yazidi menerima vaksin polio di Khanke, Irak, Ahad 17 Agustus 2014. AP/Khalid Mohammed
TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa hari lalu, Google memasang doodle Jonas Salk yang berulang tahun ke-100 pada Selasa, 28 Oktober kemarin. Salk adalah ilmuwan pertama di dunia yang berhasil mengembangkan vaksin polio dan terbukti ampuh.
Dikutip dari Mirror.co.uk, Salk adalah seorang pria dari keluarga imigran Yahudi sederhana yang lahir di New York. Meskipun hanya merasakan pendidikan formal dalam waktu singkat, orang tua Salk ingin anak-anaknya sukses dan berguna untuk masyarakat.
Salk berhasil masuk ke New York School of Medicine tahun 1934. Namun di tengah perjalanan pendidikannya, Salk memutuskan untuk berhenti sekolah demi melakukan penelitian medis langsung, bukan menjadi dokter terlatih. (Baca: WHO: Kasus Polio Terbanyak Ada di Pakistan)
Tahun 1952, polio menjadi wabah terburuk sepanjang sejarah manusia. Polio menyerang hampir 58 ribu orang dan menewaskan 3.143 jiwa. Hanya 21.269 orang, kebanyakan adalah anak-anak, yang sembuh dari kelumpuhan.
Keberhasilan uji coba vaksin Salk diumumkan pada 12 April 1955. Salk banjir pujian dan disebut sebagai "pekerja ajaib". Saking meriahnya, keberhasilan Salk dijadikan hari libur nasional saat itu.
Pada 1957, vaksin Salk mulai diproduksi secara masal. Vaksin polio Salk dikirim ke seluruh dunia, termasuk Kanada, Swedia, Denmark, Norwegia, Jerman Barat, Belanda, Swiss, dan Belgia. Negara-negara itu pun mulai mengkampanyekan imunisasi polio dengan vaksin ciptaan Salk.
"Fokus penelitian ini adalah menemukan vaksin yang aman dan efektif secepatnya. Saya tidak mencari keuntungan pribadi. Tidak ada hak paten," kata Salk saat itu. (Baca: WHO Temukan Cara Efektif Berantas Polio)
Namun atas usul dari berbagai pihak internasional, vaksin Salk akhirnya dibuatkan hak paten dengan nilai US$ 7 miliar (Rp 85 triliun). Salk meninggal saat ia berusia 80 tahun karena gagal jantung. Sebelum meninggal, Salk memanfaatkan sisa hidupnya untuk menemukan vaksin HIV.
Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.