TEMPO.CO, California - Para peneliti dari University of California, Riverside Bourns College of Engineering, berhasil membuat baterai lithium-ion dari jamur kancing. Baterai dari jamur ini lebih ramah lingkungan dan mudah untuk diproduksi. Daya tahannya pun lebih kuat dibanding baterai biasa.
"Dengan material seperti ini, ponsel masa depan akan mengalami peningkatan waktu penggunaan setelah lama digunakan," kata Brennan Campbell, mahasiswa program Materials Science and Engineering UC Riverside, seperti dilansir dari Science Daily, Senin, 5 Oktober 2015.
Fenomena ini berkebalikan dengan baterai karbon grafit biasa, yang daya tahannya berkurang seiring dengan lamanya penggunaan. Hal ini disebabkan baterai karbon lebih cepat terkikis pori-porinya lantaran pergerakan sel yang terus menerus.
Daya tahan baterai jamur kancing ini terbentuk karena memiliki pori-pori yang luar biasa banyak. Pori ini, menurut para peneliti, sangat penting untuk baterai karena memberi lebih banyak tempat untuk menyimpan dan transfer energi.
Selain itu, kandungan potasium yang tinggi juga terus menambah pori yang ada, sehingga kapasitas pun terus meningkat. Namun, baterai jamur ini masih perlu penyempurnaan lagi untuk bisa menggantikan baterai karbon grafit.
Selain masalah daya tahan, karbon grafit juga dinilai sangat tak ramah lingkungan. Mihri Ozkan, profesor teknik elektro dan ilmu komputer, mengatakan pengolahan bahan jenis ini biasanya menggunakan bahan kimia yang berbahaya, seperti hidrofluorik dan asam sulfur. Proses ini menghasilkan limbah yang memiliki dampak pencemaran tinggi.
"Proses ini tak akan lagi dipertahankan, terutama oleh Uni Eropa, ke depan," kata Ozkan. Untuk itulah, pencarian karbon alternatif alami seperti jamur kancing ini semakin gencar dilakukan.
SCIENCE DAILY | URSULA FLORENE