Hasil Riset Ini Ungkap Misteri Pengalaman Mendekati Kematian

Reporter

Amri Mahbub

Editor

Amri Mahbub

Jumat, 20 Oktober 2017 10:50 WIB

Salah satu pengalaman jelang kematian (near-death experience) biasanya melihat ruh dan cahaya. (Daily Mail)

TEMPO.CO, New York City - Hasil riset mengenai pengalaman mendekati kematian (near-death experience) memang masih menjadi perdebatan. Sebab, berbagai riset yang dilakukan dinilai tidak bisa mewakili pembuktian soal kematian.

Beberapa orang yang pernah mengalaminya menyatakan melihat cahaya putih di ujung terowongan. Beberapa lainnya mengaku jiwanya melayang keluar dari tubuh dan menyaksikan tim medis mencoba menyelamatkan hidupnya.

Belum lama ini, para ilmuwan berhasil mengungkap fakta bahwa orang mati sebenarnya menyadari kematian mereka. Tim peneliti dari New York University Lagone School of Medicine menemukan bahwa kesadaran manusia terus bekerja bahkan ketika tubuhnya sudah tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

Baca: Kenapa Ada Penganut Teori Konspirasi? Hasil Riset Ini Menjawabnya

Tim tersebut melakukan investigasi tentang pengalaman mendekati kematian melalui twin studies di Eropa dan Amerika pada orang-orang yang mengalami gagal jantung namun berhasil selamat. Sam Parnia, penulis utama studi ini mengatakan, bahwa orang-orang tersebut mampu mendeskripsikan para medis melakukan upaya penyelamatan. Mereka bahkan menyadari percakapan dan apa saja yang terjadi di ruangan itu.

Advertising
Advertising

"Mereka mengatakan bahwa mereka melihat dokter dan perawat bekerja dan mereka mendeskripsikan percakapan serta hal-hal visual yang terjadi, yang sebaliknya tidak akan menyadari keberadaan mereka," jelas Parnia pada Live Science.

Secara medis, dokter akan menyatakan seorang pasien meninggal ketika jantungnya berhenti. Saat hal tersebut terjadi, bagian korteks di otak yang digunakan untuk berpikir dan memproses informasi dari lima indera akan berhenti bekerja karena tidak adanya aliran darah ke otak. Hal ini akan memicu kematian secara berantai pada sel otak. Namun proses tersebut memerlukan waktu hingga satu jam setelah jantung berhenti memompa darah.

Baca: Hasil Riset Ungkap Rahasia di Balik Pertemanan Anjing dan Manusia

Saat cardiopulmonary resuscitation (CPR), usaha medis untuk mengembalikan fungsi pernapasan gagal, sebetulnya upaya tersebut masih mangalirkan darah ke otak sebesar 15 persen dari kondisi normal. Hal tersebut memang tidak dapat mencegah kerusakan sel otak, namun dapat memperlambatnya.

Terkait dengan beberapa deskripsi kematian, seperti keluarnya jiwa seseorang dari dalam tubuh, ilmuwan menyatakan hal tersebut sebagai sebuah peristiwa fisiologis yang disebabkan oleh aktivitas tidak normal dari otak karena berkurangnya aliran darah ke otak.

Baca: Hasil Riset Ini Pecahkan Misteri Aroma Durian

Simak hasil riset menarik lainnya dan tentang pengalaman mendekati kematian hanya di kanal Tekno Tempo.co.

LIVE SCIENCE | DAILY MAIL | KISTIN SEPTIYANI | AMB

Berita terkait

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

3 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

9 hari lalu

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.

Baca Selengkapnya

Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

49 hari lalu

Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

Keramaian dan banyak teman di sekitar ak lantas membuat orang bebas dari rasa sepi dan 40 persen orang mengaku tetap kesepian.

Baca Selengkapnya

Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

49 hari lalu

Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

Cukup banyak kerusakan yang telah terjadi di Laut Cina Selatan, di antaranya 4 ribu terumbu karang rusak.

Baca Selengkapnya

Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

49 hari lalu

Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

Banyak pembahasan soal keamanan atau ancaman keamanan di Laut Cina Selatan, namun sedikit yang perhatian pada lingkungan laut

Baca Selengkapnya

Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

31 Januari 2024

Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

Stanford University, Amerika Serikat, merupakan salah satu universitas yang akan melakukan groundbreaking pusat ekosistem digital di IKN.

Baca Selengkapnya

Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

29 Januari 2024

Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi meninjau pabrik motherboard dan menegaskan perlunya riset terhubung dengan industri.

Baca Selengkapnya

Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

22 Januari 2024

Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

Riset Jatam menelusuri bisnis-bisnis di balik para pendukung kandidat yang berpotensi besar merusak lingkungan hidup.

Baca Selengkapnya

Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

15 Januari 2024

Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

Sekjen Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Dewi Kartika menyebut Proyek Strategis Nasional (PSN) pemerintah era Jokowi mendorong laju konflik agraria.

Baca Selengkapnya

BRIN: Pangan Jadi Salah Satu Prioritas Riset 2023, Kejar Target Hilirisasi

28 Desember 2023

BRIN: Pangan Jadi Salah Satu Prioritas Riset 2023, Kejar Target Hilirisasi

Dominasi riset bidang pangan sejalan dengan prioritas yang diminta oleh Presiden Joko Widodo.

Baca Selengkapnya