Elon Musk Khawatir AI Akan Menciptakan Diktator Abadi
Reporter
Terjemahan
Editor
Erwin Prima
Senin, 9 April 2018 14:30 WIB
TEMPO.CO, San Francisco - Superintelligence - bentuk kecerdasan buatan (AI) yang lebih pintar dari manusia - dapat menciptakan diktator abadi, kata pengusaha miliarder Elon Musk, sebagaimana dikutip CNBC akhir pekan lalu.
Baca: Serius, Elon Musk Hapus Akun Facebook 2,6M Like SpaceX dan Tesla
Dalam sebuah film dokumenter oleh pembuat film Amerika Chris Paine, Do You Trust This Computer?, Musk mengatakan bahwa pengembangan superintelligence oleh perusahaan atau organisasi dapat menghasilkan bentuk AI yang mengatur dunia.
"Masa depan yang paling tidak menakutkan yang dapat saya pikirkan adalah salah satu di mana kita setidaknya memiliki demokratisasi AI karena jika satu perusahaan atau sekelompok kecil orang berhasil mengembangkan kecerdasan super digital seperti dewa, mereka bisa mengambil alih dunia," kata Musk.
Menurutnya, AI yang dibangun oleh pemerintah otoriter dapat hidup lebih lama dari para pemimpin atau partai individu, menciptakan struktur penindasan permanen.
Melihat Rusia telah menggunakan algoritma untuk melemahkan demokrasi dan Cina berencana meluncurkan Sistem Kredit Sosial untuk memantau warganya pada tahun 2020, tampaknya tidak terlalu mengada-ada.
Tahun lalu, CEO Tesla dan SpaceX ini memperingatkan bahwa perlombaan global terhadap AI dapat mengakibatkan perang dunia ketiga. Pengusaha juga telah menyarankan bahwa teknologi yang muncul dapat menimbulkan risiko yang lebih besar bagi dunia daripada konflik nuklir dengan Korea Utara.
Musk percaya bahwa manusia harus bergabung dengan AI untuk menghindari risiko menjadi tidak relevan. Musk adalah salah satu pendiri Neuralink, sebuah startup yang dilaporkan ingin menghubungkan otak manusia dengan antarmuka komputer.
Baca: 2 Truk Listrik Elon Musk, Tesla Semi, Mulai Beroperasi
Elon Musk keluar dari dewan OpenAI, sebuah organisasi nirlaba yang bertujuan mempromosikan dan mengembangkan AI dengan aman pada bulan Februari.
CNBC | MASHABLE