Orangutan Tapanuli Ditemukan Melahirkan Anak Kembar
Reporter
Moh Khory Alfarizi
Editor
Erwin Prima
Rabu, 11 Juli 2018 12:10 WIB
TEMPO.CO, Medan - Dua orang staf Sumatran Orangutan Conservation Programme (SOCP) yang berbasis di pos pemantauan hutan Batang Toru di Tapanuli, Andayani Oerta G dan Ulil Amri Silitonga, menemukan seekor orangutan Tapanuli betina dengan dua ekor bayi orangutan.
Baca: Puan, Orangutan Sumatera Tertua di Dunia, Jalani Euthanasia
“Saya baru mulai mengelola camp beberapa bulan yang lalu dan sedang melakukan misi pencarian rutin orangutan. Tiba-tiba kami melihat ibu orangutan Tapanuli dengan dua bayi yang bersama, terasa sangat menakjubkan," ujar Andayani, dalam keterangan yang diterima Tempo, hari ini, Rabu, 11 Juli 2018.
Primata itu ditemukan hanya sekitar satu kilometer di sebelah barat laut pos. Bayi kembar itu, kata Andyani, tampak sangat mirip dan berukuran hampir sama. Bedanya, dia menjelaskan, salah satunya bayi terlihat cukup berani sementara yang satunya lagi sangat pemalu dan selalu ingin dekat dengan ibunya.
Andayani dan Ulil, pertama kali melihatnya pada Minggu, 20 Mei 2018, pukul 14.30 sekitar 15 meter di atas pohon dan sekitar pukul 15.40, induk orangutan mulai pindah dengan bayi yang menempel di setiap sisi. Menurut mereka, akan sangat menarik jika melihat bagaimana ibu orangutan melahirkan si kembar.
"Saya melihat induk orangutan itu melakukan pekerjaan luar biasa," tambah Andayani yang juga seorang sarjana kehutanan itu.
Kepala Unit Pemantauan Keanekaragaman Hayati SOCP Matius Nowak merasa takjub ketika mendengar informasi tersebut. Matius sudah menghabiskan waktu bertahun-tahun di ekosistem Batang Toru, rumah orangutan Tapanuli bernama latin Pongo Tapanuliensis yang masih tersisa.
"Saya segera memeriksa catatan untuk kelahiran kembar pada orangutan dan kera besar lainnya, dan hanya menemukan satu catatan sebelumnya dari kelahiran kembar orangutan Kalimantan liar, tidak ada orangutan Sumatera, apalagi orangutan Tapanuli," kata Matius.
Kelahiran kembar memang terjadi pada hewan penangkaran, tapi kata dia, jika ini terjadi di alam liar, sangat jarang bagi kedua bayi untuk bertahan hidup.
Orangutan Tapanuli adalah kera besar yang paling langka dan paling terancam di dunia, ini baru dijelaskan pada November tahun lalu. Namun, kata dia, hal langka yang terjadi sekarang sudah terpecah-pecah, dan sedang terancam oleh proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga air yang didanai Cina.
"Kita harus berhenti menghancurkan lebih banyak habitat orangutan dan menyambungkan kembali hutan ini secepat mungkin. Bayi kembar ini adalah harapan bahwa spesies ini dapat diselamatkan jika kita mengambil tindakan cepat untuk menyelamatkannya," tambah Direktur SOCP Ian Singleton.
Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru membantah merusak habitat orangutan Tapanuli. Perusahaan mengatakan proyek mereka berada di Area Pengguna Lain (APL) di Kabupaten Tapanuli Selatan dan bukan terletak di kawasan hutan primer.
Perusahaan mengatakan luas lahan yang dipergunakan dalam proses pembangunannya adalah sekitar 650 Ha. Termasuk di dalam luasan ini adalah jalan akses sementara, quarry, camp, dam, powerhouse, switchyard, jaringan listrik tegangan tinggi, jalan inspeksi jaringan.
"Sebagian besar lahan ini digunakan sementara dan selesai pembangunan akan dikembalikan ke kondisi mendekati semula," Idham Bachtiar Setiadi, Manajer Humas PT North Sumatera Hydro Energy, menulis dalam surat hak jawabnya, Rabu, 18 Juli 2018.
International Director of Corporate Responsibility and Campaigns The Body Shop International Christopher Davis mengatakam bahwa kabar tersebut luar biasa. "Kami bangga dapat ikut serta mendukung upaya pelestarian di hutan dengan keanekaragaman hayati yang besar ini," kata dia.
Orangutan Tapanuli kembar yang baru ditemukan, menurut Davis, memberi dorongan The Body Shop untuk terus meningkatkan kesadaran dan dukungan pada hutan Batang Toru sehingga spesies yang baru ditemukan ini akan berkembang.
"Tim kami di Indonesia bekerja dengan mitra lokal kami dan pemerintah untuk melakukan semua yang kami bisa untuk membuat proyek Bio-Bridges kami dsesukses mungkin," tambah Davis.
Simak artikel lainnya tentang orangutan di kanal Tekno Tempo.co
Catatan: Berita ini mengalami perbaikan pada hari ini, Kamis, 19 Juli 2018, pukul 19.45 setelah mendapat penjelasan dari PLTA Batangtoru.