Kenapa Letusan Gunung Anak Krakatau Selalu Berubah Warna?

Rabu, 5 September 2018 16:41 WIB

Lava pijar Gunung Anak Krakatau terlihat dari perairan Selat Sunda, Kalianda, Lampung Selatan, Kamis, 19 Juli 2018. Sejak pukul Rabu sore hingga Kamis pagi (18-19 Juli), jumlah letusan tercatat mencapai 117 kali, yang disertai asap kawah dan lontaran batu. ANTARA FOTO/Elshinta

TEMPO.CO, Bandung - Gunung Anak Krakatau di perairan Lampung Selatan masih aktif meletus. Vulkanolog dari Institut Teknologi Bandung, Mirzam Abdurrachman, mengatakan warna uap letusan gunung di tengah laut itu selalu berubah warna.

Baca:
Gunung Anak Krakatau Meletus, Dentumannya Terdengar Sejauh 42 KM
Gunung Anak Krakatau Kian Tinggi, Ini Penjelasan Ilmiahnya
Lontaran Material Gunung Anak Krakatau Capai Garis Pantai

Berdasarkan pengamatan langsung pekan lalu saat acara Festival Lampung Krakatau, warna uap letusan berubah dari gelap menjadi terang. Sedangkan data hasil pengamatan petugas dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di website Magma Indonesia menunjukkan letusan Gunung Anak Krakatau terlihat berwarna putih dengan intensitas tipis. Tingginya sekitar 50 meter dari puncak kawah gunung berketinggian 305 meter dari permukaan laut itu.

Dari hasil pengamatan pada malam dengan kamera pengawas, terlihat ada sinar api. Karena gunung itu tengah dalam status level II (waspada), masyarakat atau wisatawan dilarang mendekati dalam radius 2 kilometer dari kawah.

Mirzam mengatakan Gunung Anak Krakatau mengeluarkan letusan-letusan kecil yang dicirikan dengan erupsi vertikal. Tingginya bisa mencapai 200-300 meter dari puncaknya. Sebuah fenomena menarik yang dilihat dosen Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB itu berupa perubahan warna abu vulkanik yang dikeluarkan.

Letusan abu itu awalnya tampak gelap, lalu menjadi abu terang, hingga akhirnya menjadi seperti asap putih. "Perubahan warna ini secara vulkanologi disebut letusan ultravulcanian. Letusan Anak Krakatau seperti itu," katanya, Rabu, 5 September 2018.

Advertising
Advertising

Perubahan warna abu letusan itu disebabkan air yang sangat panas berubah menjadi uap berwarna gelap. Setelah kontak dengan udara, abu letusan seketika mengalami kondensasi dan berubah menjadi warna putih. Letusan Gunung Anak Krakatau, kata Mirzam, kemungkinan besar hanya berupa letusan kecil, yang mungkin akan diikuti lelehan aliran lava.

Mirzam menuturkan warna asap erupsi gunung api menceritakan proses yang sedang terjadi. Asap warna putih yang berbentuk kolom ke langit merupakan letusan freatik. “Letusan akibat air meteorik (hujan) yang terpanaskan oleh tubuh magma yang ada,” ucapnya, Ahad, 26 Agustus 2018.

Letusan freatik itu, misalnya, muncul saat erupsi Gunung Merapi pada Mei lalu. Kemudian, kata doktor di kelompok keahlian Petrologi, Vulkanologi, dan Geokimia Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB itu, abu letusan berwarna kelabu dan hitam merupakan rangkaian proses. “Biasanya ditafsirkan sudah transisi ke letusan magmatik,” ujarnya.

Dalam kondisi seperti itu, magma mulai terlibat sebagai materi erupsi sehingga warnanya berubah menjadi gelap. Contohnya pada letusan Gunung Anak Krakatau belakangan ini yang diiringi suara dentuman.

Gunung yang muncul di perairan Selat Sunda itu juga melontarkan material lava pijar. Menurut Mirzam, warna lava gunung api yang mengalir dari puncak juga beragam. “Merah, merah kekuningan, kuning, dan putih,” katanya. Urutan warna itu sesuai dengan tingkat panasnya lava.

Lebih spesifik lagi, lava berwarna jingga terang suhunya berkisar 1.000-1.050 derajat Celsius. Lava berwarna merah sekitar 800-1.000 derajat Celsius, merah gelap berkisar 650-800 derajat Celsius, dan merah kecokelatan 500-650 derajat Celsius.

Sesuai dengan namanya, Gunung Anak Krakatau merupakan keturunan Gunung Krakatau, yang pernah meletus dahsyat pada 1883. Pada 27 Agustus tahun ini merupakan peringatan 135 tahun letusan itu.

Berita terkait

Evakuasi Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang Terus Dilakukan, Letusan Masih Terjadi

5 hari lalu

Evakuasi Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang Terus Dilakukan, Letusan Masih Terjadi

Erupsi Gunung Ruang masih terjadi secara berkala dan menyemburkan abu vulkanik yang dapat berisiko bagi kesehatan masyarakat.

Baca Selengkapnya

Sejarah Letusan Gunung Ruang, Pernah Catat Tsunami Setinggi 25 Meter

9 hari lalu

Sejarah Letusan Gunung Ruang, Pernah Catat Tsunami Setinggi 25 Meter

Badan Geologi mencatat erupsi Gunung Ruang terjadi sedikitnya 16 kali sejak 1808.

Baca Selengkapnya

Gunung Marapi Erupsi Lagi, Sudah 49 Kali Sepanjang 2024

13 Februari 2024

Gunung Marapi Erupsi Lagi, Sudah 49 Kali Sepanjang 2024

Gunung Marapi tercatat sudah meletus sebanyak 49 kali sepanjang 2024.

Baca Selengkapnya

Gunung Marapi Sumbar Sudah Erupsi 161 Kali Sejak 3 Desember 2023

12 Februari 2024

Gunung Marapi Sumbar Sudah Erupsi 161 Kali Sejak 3 Desember 2023

Dalam rentang waktu 1-12 Februari 2024 terjadi erupsi Gunung Marapi sebanyak 22 kali.

Baca Selengkapnya

Gunung Marapi Sumbar Kembali Erupsi, Tinggi Kolom Abu 400 Meter

7 Februari 2024

Gunung Marapi Sumbar Kembali Erupsi, Tinggi Kolom Abu 400 Meter

Aktivitas Gunung Marapi sempat tidak terjadi lagi pada 23 Januari hingga 3 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Gunung Lewotobi Laki-Laki Meletus Dua Kali Disertai Guguran Awan Panas

2 Februari 2024

Gunung Lewotobi Laki-Laki Meletus Dua Kali Disertai Guguran Awan Panas

Masyarakat di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki harus mewaspadai potensi banjir lahar.

Baca Selengkapnya

Gunung Ili Lewotolok Erupsi Dua Kali Siang Ini, Terdengar Suara Dentuman

1 Februari 2024

Gunung Ili Lewotolok Erupsi Dua Kali Siang Ini, Terdengar Suara Dentuman

Masyarakat sekitar Gunung Ili Lewotolok diminta tidak memasuki dan melakukan aktivitas dalam radius 2 kilometer dari pusat letusan.

Baca Selengkapnya

Intensitas Letusan Gunung Semeru Meningkat, Masyarakat Diminta Waspadai Potensi Awan Panas

26 Januari 2024

Intensitas Letusan Gunung Semeru Meningkat, Masyarakat Diminta Waspadai Potensi Awan Panas

Intensitas letusan Gunung Semeru meningkat sejak Rabu malam, 24 Januari 2024, sekitar pukul 19.14 WIB.

Baca Selengkapnya

Terdengar Bunyi Gemuruh di Gunung Marapi, Kepala Pos Imbau Waspada dan Tidak Mendaki

30 Desember 2023

Terdengar Bunyi Gemuruh di Gunung Marapi, Kepala Pos Imbau Waspada dan Tidak Mendaki

Gunung Marapi terpantau mengeluarkan satu kali letusan dengan amplitudo 31 milimeter dan durasi 56 detik.

Baca Selengkapnya

Gunung Marapi Sumbar Kembali Erupsi Diiringi Dentuman Keras Mengagetkan Warga

30 Desember 2023

Gunung Marapi Sumbar Kembali Erupsi Diiringi Dentuman Keras Mengagetkan Warga

Dari arah Kota Bukittinggi, letusan Gunung Marapi tidak teramati dengan kondisi kabut tebal saat dentuman terjadi.

Baca Selengkapnya