Seberapa Aman Kedokteran Nuklir Menangani Aneka Kanker?

Kamis, 20 September 2018 20:06 WIB

Pesawat gamma camera untuk kedokteran nuklir di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Sistemnya berfungsi mengolah radiasi gamma dari tubuh manusia menjadi citra untuk diagnostik. (Foto Dok.Humas RSHS)

TEMPO.CO, Bandung - Masyarakat awam hingga dokter masih banyak yang takut dengan pelayanan diagnostik dan terapi kedokteran nuklir. Menurut akademisi dan praktisinya, mereka selama ini bekerja dengan standar operasional dan keamanan tingkat tinggi agar tidak membahayakan petugas medik dan pasien.

"Prinsip dasar soal nuklir itu bahaya atau tidak, sama seperti api atau air," kata Guru Besar Kedokteran Nuklir Achmad Hussein Kartamihardja.

Baca: Sejarah Lahirnya Kedokteran Nuklir, Bermula di Bandung
Baca: Kenapa Spesialis Kedokteran Nuklir Masih Langka di Indonesia?
Baca: Perkembangan Kedokteran Nuklir, Dosis Radioaktif Lebih Spesifik

Dari dulu sejak awal didirikan pada 1971 di Rumah Sakit Hasan Sadikin yang kemudian bermitra dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, kedokteran nuklir sering digunakan untuk terapi, khususnya pada penyakit tiroid dan hipertiroid yang terkait dengan fungsi kelenjar gondok berlebihan.

"Ke depan nanti untuk meratakan keloid atau bekas luka supaya nggak menjendul atau gatal, biasanya akibat bekas operasi atau luka," kata Hussein di sela pertemuan ilmiah tahunan internasional kedokteran nuklir ke-22 di Bandung, 14-16 September 2018.

Fungsi lain kedokteran nuklir untuk mengobati pasien yang nyeri tulang karena anak sebar kanker. Pada kondisi tertentu dengan pengobatan sekarang, pasien sampai harus diberi morfin agar tidak merasakan nyeri yang hebat. "Jadinya pasien itu mati nggak, hidup juga nggak, karena tidur terus," ujarnya.

Advertising
Advertising

Pemanfaatan kedokteran nuklir di Indonesia sejauh ini banyak untuk diagnostik penyakit, sementara untuk terapi masih terbatas. Salah satu faktornya, kata Hussein, karena jumlah ketersediaan alat.

Di Indonesia yang jadi rujukan nasional ada 14 rumah sakit pemerintah dan swasta. "Karena investasi alatnya besar, swasta juga ragu. Nuklir bukan tidak berbahaya tapi bisa dikendalikan dan bermanfaat," katanya.

Pengobatan nuklir, menurut Hussein, lebih sederhana caranya. Misalnya untuk tiroid hanya diberi yodium dengan cara diteteskan 1cc atau disuntikkan. "Nggak seperti di kemoterapi yang perlu diinfus," ujarnya. Target kedokteran nuklir untuk mengobati penyakitnya.

Cara lain terapi dan diagnostik kanker prostat misalnya memakai Prostate-Specific Membrane Antigen (PSMA) Ga 68. Menurut Hussein, PSMA yang bisa spesifik sampai ke kanker prostat dan anak sebarnya itu ikut membawa zat radioaktif. "Dia akan berhenti sampai ketemu sumber kankernya lalu pelacak itu diganti untuk membunuh sel kankernya dengan radiasi," ujar Hussein.

Dampak efek samping jika digunakan sesuai standar relatif minimal. Misal kanker tiroid yang diberi radioaktif iodium lalu dibuang lewat ludah. "Kalau kita nggak kasih tahu pasiennya supaya banyak minum, itu akan tersangkut di sana biasanya bikin sumbatan saluran ludah sehingga mulutnya suka kering," katanya.

Ketakutan orang lainnya soal efek samping kedokeran nuklir yaitu menimbulkan kanker lain, mandul, leukimia. "Sudah banyak studi dan panjang, hasilnya tidak mengkonfirmasi ketakutan itu. Radiasi nuklir tidak berpengaruh secara signifikan," kata Hussein.

Dokter spesialis kedokteran nuklir Ayu Rosemelia Dewi mengatakan, obat yang diberikan ke pasien bisa berbentuk cairan yang bisa diminum atau lewat suntikan, pun ada juga berupa plester. "Penanganannya khusus dan bukan jenis obat rumahan," katanya. Pengobatan hanya bisa berlangsung di rumah sakit, pun membuka plester karena penanganan limbah radiasinya harus khusus.

Ketika menangani diagnostik atau terapi, dokter tidak selalu harus memakai baju pelindung antiradiasi. "Kalau konsultasi dengan pasien atau foto tiroid jantung atau tulang nggak perlu," katanya. Pada baju khusus juga dipasang alat pemantau efek radiasi. Biasanya kalau sudah 2-3 bulan, dokter diistirahatkan dulu.

Simak artikel lainnya tentang kedokteran nuklir di kanal Tekno Tempo.co.

Berita terkait

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

3 hari lalu

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

Sejauh ini, 30 anak telah meninggal karena kelaparan dan kehausan di Gaza akibat blokade total bantuan kemanusiaan oleh Israel

Baca Selengkapnya

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

4 hari lalu

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

Topik tentang mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut tranparansi biaya pendidikan menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

5 hari lalu

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

Waktu konsultasi yang terbatas menyebabkan pasien kanker sering merasa bingung untuk memahami betul penyakitnya.

Baca Selengkapnya

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

7 hari lalu

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

Pemenang lotere jackpot bersejarah Powerball Amerika Serikat senilai lebih dari Rp21 triliun adalah seorang imigran dari Laos pengidap kanker

Baca Selengkapnya

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

8 hari lalu

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

Dokter menjelaskan cara mengendalikan nyeri pada pasien kanker. Berikut yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

10 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

14 hari lalu

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

Gaya hidup tidak sehat dan cenderung kebarat-baratan memicu pasien kanker usia muda semakin banyak.

Baca Selengkapnya

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

15 hari lalu

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

Dokter menjelaskan metode penyembuhan kanker darah dengan melakukan transplantasi sel punca atau stem cell. Simak penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

15 hari lalu

Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

Masyarakat diminta menghindari paparan zat asing demi mencegah risiko kanker darah. Apa saja yang dimaksud?

Baca Selengkapnya

11 Fakta Unik Isfahan Iran, Kota Terbaik di Timur Tengah yang Dijuluki "Separuh Dunia"

15 hari lalu

11 Fakta Unik Isfahan Iran, Kota Terbaik di Timur Tengah yang Dijuluki "Separuh Dunia"

Isfahan merupakan salah satu tujuan wisata utama dan salah satu kota bersejarah terbesar di Iran.

Baca Selengkapnya