Gelombang Pasang Berperan pada Tsunami Palu? Simak Penjelasannya

Minggu, 30 September 2018 15:50 WIB

Sebuah masjid terlihat rusak parah akibat gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu, 29 September 2018. Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB mencatat jumlah korban meninggal akibat gempa Donggala sebanyak 384 jiwa per pukul 13.00 WIB, Sabtu, 29 September 2018. AP/Rifki

TEMPO.CO, Bandung - Gempa Donggala yang bermagnitudo 7,4 pada Jumat, 28 September 2018 pukul 17:02 WIB diwarnai oleh kejadian tsunami Palu. Air laut setinggi 2 meter masuk ke teluk hingga sampai ke Kota Palu. Menurut tim dosen Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung, kenaikan air laut tidak semata oleh gempa.

Baca juga: Tsunami Palu, BNPB Temukan Banyak Korban di Pantai

Dari sudut pandang ilmu geologi dan ilmu kelautan, kenaikan air laut ini bukan saja disebabkan oleh gempa. Ahli Teknik Sedimentologi dari Geologi ITB Dardji Noeradie mengatakan, bentuk (geometri) pantai Teluk Donggala bisa memperkuat kenaikan air laut. "Selain itu memiliki analog dengan yang dikenal sebagai fenomena tidal bulge atau tidal bore," katanya lewat keterangan tertulis, Sabtu, 29 September 2018.

Menurut Dardji, peristiwa tidal bulge adalah fenomena geologi yang terjadi saat matahari, bumi dan bulan dalam satu garis sehingga bisa menimbulkan semacam gelombang pasang. Tingginya hanya beberapa sentimeter di samudra yang luas. Tetapi pada waktu mencapai daerah pantai yang berbentuk teluk, gelombang yang relatif rendah tersebut mengalami amplifikasi sehingga bisa mengakibatkan perbedaan pasang surut yang sangat besar.

Baca juga: Kerusakan Rumah Warga Pascagempa Donggala dan Tsunami Palu

Advertising
Advertising

"Mekanisme amplifikasi akibat geometri teluk tersebut yang saya duga mempunyai kontribusi terjadinya tsunami yang relatif besar di teluk Palu," kata Dardji. Alasannya, di tempat lain seperti di Mamuju tinggi pasangnya hanya 6 sentimeter dan di Donggala hanya 50 sentimeter. Selain itu, kata Dardji, faktor lain yang sangat memungkinkan amplitudo tsunami di Palu menjadi besar disebabkan oleh faktor jarak terhadap pusat gempanya.

"Tsunami di Palu tidak ada kaitanya dengan tidal bulge, tetapi sumbernya tetap gempa yang terjadi dan diamplifikasi oleh teluk yang sedemikian rupa," kata Dardji.

Dosen Geologi ITB lainnya, Bambang Priadi mengatakan, fenomena tidal bulge itu diartikan sebagai efek air pasang yang terjadi terutama pada delta yang bentuknya seperti corong. Di dunia, efek air pasang ini terekam di Teluk Benggala Bangladesh dan Teluk Fundy di Kanada.

Baca juga: Bantu Evakuasi Tsunami Palu, Uni Eropa Aktifkan Satelit Darurat

Di Bangladesh, yang terletak dekat Teluk Benggala, fenomena itu sering menyebabkan banjir sebagai akibat dari badai yang terjadi jauh dari pantai. Kejadian itu karena bentuk Teluk Benggala yang menyempit ke arah utara membuat amplifikasi gelombang ke arah Bangladesh.

Kondisi pasang surut biasa itu diperkuat atau diamplifikasi dengan geometri teluk. "Gelombang air laut setelah mengenai tepi teluk memantul dan beresonansi dengan gelombang laut dari sisi teluk yang berhadapan," katanya.

Kenaikan air laut yang semula kecil akibat tsunami, bisa saja diperkuat oleh bentuk morfologi pantai tempat gempa terjadi. Teluk Donggala memiliki orientasi utara-barat laut dan selatan-tenggara. Lautan dari Selat Makassar menjorok sekitar 30 kilometer ke dalam bagian tengah Pulau Sulawesi sisi sebelah barat yang berujung di Kota Palu.

Teluk Donggala memiliki lebar kurang dari 10 kilometer. Kedalaman teluk ini berangsur dari pantai hingga maksimum 200 meter menurut pengukuran batimetri oleh Bappeda Kota Palu. Benyamin Sapiie ahli Tektonik dari Geologi ITB menambahkan, gempa tektonik yang memicu longsoran di bawah laut serta geometri Donggala adalah penjelasan mengapa tsunami bisa terjadi dengan amplitudo yang meningkat saat mencapai daratan.

Baca juga: Gempa Donggala dan Tsunami Palu, Jepang Siap Bantu Indonesia

Simak kabar terbaru seputar tsunami Palu hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Berita terkait

Warga Jawa Barat Rasakan 6 Gempa Sepanjang April 2024, Sebenarnya Terjadi 106 Kali

4 jam lalu

Warga Jawa Barat Rasakan 6 Gempa Sepanjang April 2024, Sebenarnya Terjadi 106 Kali

BMKG mencatat 106 kali gempa di Jawa Barat pada April 2024. Dari 6 guncangan yang terasa, gempa Garut M6,2 jadi yang paling besar.

Baca Selengkapnya

4 Kali Gempa Menggoyang Garut dari Berbagai Sumber, Ini Data BMKG

2 hari lalu

4 Kali Gempa Menggoyang Garut dari Berbagai Sumber, Ini Data BMKG

Garut dan sebagian wilayah di Jawa Barat kembali digoyang gempa pada Rabu malam, 1 Mei 2024. Buat Garut ini yang keempat kalinya sejak Sabtu lalu.

Baca Selengkapnya

Gempa Magnitudo 4,2 di Kabupaten Bandung Diikuti Dua Lindu Susulan

3 hari lalu

Gempa Magnitudo 4,2 di Kabupaten Bandung Diikuti Dua Lindu Susulan

BMKG melaporkan gempa berkekuatan M4,2 di Kabupaten Bandung. Ditengarai akibat aktivitas Sesar Garut Selatan. Tidak ada laporan kerusakan.

Baca Selengkapnya

Cara BMKG Memantau Bahaya Tsunami Gunung Ruang yang Masih Berstatus Awas

3 hari lalu

Cara BMKG Memantau Bahaya Tsunami Gunung Ruang yang Masih Berstatus Awas

BMKG mengawasi kondisi muka air di sekitar pulau Gunung Ruang secara ketat. Antisipasi jika muncul tsunami akibat luruhan erups.

Baca Selengkapnya

Korban Gempa Garut Belum Dapat Bantuan dari Pemda

3 hari lalu

Korban Gempa Garut Belum Dapat Bantuan dari Pemda

Korban gempa di Kabupaten Garut, Jawa Barat, belum mendapatkan bantuan, baik bantuan sosial pangan ataupun yang lainnya. Pemerintah daerah beralasan masih melakukan pendataan. Bantuan akan diberikan setelah verifikasi dan validasi data.

Baca Selengkapnya

Korban Gempa Garut Belum Tersentuh Bantuan Pemkab, Kerugian Mencapai Rp 12,6 Miliar

4 hari lalu

Korban Gempa Garut Belum Tersentuh Bantuan Pemkab, Kerugian Mencapai Rp 12,6 Miliar

Data terakhir korban gempa mencapai 464 rumah rusak.

Baca Selengkapnya

Potensi Bahaya Gempa Deformasi Batuan Dalam, Ahli ITB: Lokasi Dekat Daratan

4 hari lalu

Potensi Bahaya Gempa Deformasi Batuan Dalam, Ahli ITB: Lokasi Dekat Daratan

Lokasi sumber gempa lebih dekat dengan daratan sehingga potensi untuk merusak lebih besar

Baca Selengkapnya

Intensitas Gempa di Jawa Barat Tinggi, BMKG Minta Masyarakat Adaptif dan Proaktif Mitigasi Bencana

4 hari lalu

Intensitas Gempa di Jawa Barat Tinggi, BMKG Minta Masyarakat Adaptif dan Proaktif Mitigasi Bencana

Wilayah Garut, Cianjur, Tasikmalaya, Pangandaran dan Sukabumi memiliki sejarah kejadian gempa bumi yang sering terulang sejak tahun 1844.

Baca Selengkapnya

Badan Geologi Peringatkan Potensi Lontaran Batuan Pijar dan Tsunami Akibat Letusan Gunung Ruang

4 hari lalu

Badan Geologi Peringatkan Potensi Lontaran Batuan Pijar dan Tsunami Akibat Letusan Gunung Ruang

Badan Geologi menaikkan status Gunung Ruang menjadi Awas dan memperingatkan potensi lontaran batuan pijar dan tsunami.

Baca Selengkapnya

BMKG Minta Warga Waspada 5 Potensi Bencana Susulan Akibat Gempa Bumi

4 hari lalu

BMKG Minta Warga Waspada 5 Potensi Bencana Susulan Akibat Gempa Bumi

Gempa bumi seperti yang terjadi di Garut, menurut BMKG sering disusul dengan bencana lainnya seperti tanah longsor, pohon tumbang, bahkan tsunami.

Baca Selengkapnya