Riset Batimetri di Palu, Ini Kecanggihan Kapal Baruna Jaya I

Sabtu, 6 Oktober 2018 14:00 WIB

Petugas Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi menunjukan titik kordinat yang diduga kotak hitam AirAsia QZ8501 di kantor BPPT, Jakarta, 11 Januari 2015. Kapal Baruna Jaya I milik BPPT mendeteksi ping QZ8501 di kordinat 3 derajat 37 menit 20,7 detik Lintang Selatan dan 109 derajat 42 menit 43 detik Bujur Timur. Tempo/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengirim Kapal Baruna Jaya I ke Palu. Kapal riset ini membawa bantuan untuk para korban bencana Palu dan Donggala sebagai wujud kepedulian.

Baca juga: BPPT Tingkatkan Kemampuan Baruna Jaya I Jadi Kapal Survei Khusus

Selain itu, kapal tersebut juga akan melakukan survei batimetri di lautan selama dua pekan ke depan. "Kapal Riset Baruna Jaya I BPPT akan melakukan operasi Survey Bakti Teknologi dan Bakti Sosial, dimulai Rabu, 3 Oktober 2018 hingga dua pekan ke depan," ujar Deputi Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam BPPT Hammam Riza, dalam keterangan tertulis, 4 Oktober 2018.

"Dalam survei ini, BPPT berupaya melakukan riset batimetri, serta mengirim bantuan untuk korban bencana gempa dan tsunami."

Baca juga: BPPT Kerahkan Baruna Jaya untuk Riset Palapa Ring Timur

Advertising
Advertising

Surver terasebut dimotori oleh Balai Teknologi Survei Kelautan dengan menurunkan Kapal Riset Baruna Jaya I milik BPPT. Kapal Riset yang beroperasi sejak 1989 itu, telah dilengkapi perangkat multibeam echosounder, alat untuk menentukan profil permukaan dasar laut dan kedalaman air dengan cakupan area dasar laut yang luas.

Kapal ini, kata Hammam, juga dilengkapi teknologi untuk mendeteksi gambaran morfologi laut Palu dan sekitarnya. Survei Batimetri sendiri dilakukan untuk mengetahui dan mempelajari fenomena di bawah air pasca gempa dan tsunami di Palu dan Donggala.

Berharap pada Baruna Jaya I

"Multibeam echosounder yang dimiliki kapal ini dapat menjangkau kedalaman kurang lebih dari 11.000 meter, dan belum ada kapal-kapal riset di Indonesia yang memiliki kemampuan pemetaan dasar laut dari kedalaman dangkal 20 meter hingga kedalaman tersebut," kata Hammam.

Baca juga: Mencari Bodi AirAsia, Ini Temuan Baruna Jaya I

Menurut Hammam Kapal Riset Baruna Jaya I milik BPPT ini, juga membawa teknologi air siap minum (Arsinum) yang ditujukan untuk menyediakan air bersih dan air siap minum kepada korban bencana. Teknologi Arsinum sebelumnya sudah diterapkan untuk membantu korban bencana di Lombok Utara.

“Terbukti selama pengoperasian alat tersebut sejak 9 September 2018 telah menghasilkan sekira 65.000 liter air siap minum, yang aman dikonsumsi oleh korban gempa di Lombok," lanjut Hammam.

Bahkan teknologi Arsinum, Hammam menjelaskan, ada yang sifatnya mobile, dipasang pada mobil berkabin ganda. Sehingga mampu menembus wilayah terdampak bencana dan menyediakan kebutuhan air bersih dan air siap minum.

Simak artikel menarik lainnya seputar Kapal Baruna Jaya 1 milik BPPT hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Berita terkait

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

49 hari lalu

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

Pelaksana tugas Deputi Modifikasi Cuaca BMKG pernah memimpin Balai Besar TMC di BPPT. Terjadi pergeseran SDM dari BRIN.

Baca Selengkapnya

Jalan Panjang LIPI Menjadi BRIN, Berikut Tugas dan Fungsinya

24 Agustus 2023

Jalan Panjang LIPI Menjadi BRIN, Berikut Tugas dan Fungsinya

LIPI didirikan 56 tahun lalu, pada 6 September 2021 diubah menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Apakah tugas dan fungsinya tetap sama?

Baca Selengkapnya

Kereta Cepat Merah Putih Makassar-Pare-pare Beroperasi 2023, Ini Spesifikasinya

8 Januari 2023

Kereta Cepat Merah Putih Makassar-Pare-pare Beroperasi 2023, Ini Spesifikasinya

Rencana pengoperasian kereta cepat Merah Putih di Sulawesi itu pada akhir tahun ini.

Baca Selengkapnya

Tahun Depan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik Beroperasi Penuh, Apa Itu SPBE?

13 Oktober 2022

Tahun Depan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik Beroperasi Penuh, Apa Itu SPBE?

Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) dirancang mewujudkan pemerintahan yang efektif. Ini revolusi sistem birokasi menjadi serba digital?

Baca Selengkapnya

Dapat Tunjangan Nyaris Rp 50 Juta, Ini Tanggapan Kepala BRIN

27 Agustus 2022

Dapat Tunjangan Nyaris Rp 50 Juta, Ini Tanggapan Kepala BRIN

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN, Laksana Tri Handoko menanggapi peraturan baru yang soal tunjangannya yang hampir mencapai Rp 50 juta per bulan.

Baca Selengkapnya

55 Tahun LIPI, Sejarah Panjang Hingga Lebur dalam BRIN

23 Agustus 2022

55 Tahun LIPI, Sejarah Panjang Hingga Lebur dalam BRIN

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) hari ini 55 tahun, begini sejarah panjangnya hingga dilebur dalam BRIN.

Baca Selengkapnya

BRIN Batalkan Renovasi Ruang Kerja Dewan Pengarah

18 Juli 2022

BRIN Batalkan Renovasi Ruang Kerja Dewan Pengarah

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menyatakan bahwa renovasi bertujuan mengubah ruangan yang ada sebelumnya menjadi ruang rapat dan ruang kerja.

Baca Selengkapnya

Alasan BRIN Renovasi Ruang Kerja Dewan Pengarah Rp6 Miliar: Mereka Sudah Sepuh

18 Juli 2022

Alasan BRIN Renovasi Ruang Kerja Dewan Pengarah Rp6 Miliar: Mereka Sudah Sepuh

Ruangan yang selama ini hanya digunakan satu orang, kini disekat menjadi 10 sesuai jumlah anggota Dewan Pengarah BRIN.

Baca Selengkapnya

BRIN: Kamar Tidur Megawati Soekarnoputri Bukan Fasilitas Baru, Bekas Ruangan Kepala BPPT

18 Juli 2022

BRIN: Kamar Tidur Megawati Soekarnoputri Bukan Fasilitas Baru, Bekas Ruangan Kepala BPPT

Kamar tidur Megawati Soekarnoputri di kantor BRIN disebut sudah ada sejak dulu.

Baca Selengkapnya

Renovasi Ruang Kerja Dewan Pengarah Rp 6,1 M, Ini Penjelasan BRIN

17 Juli 2022

Renovasi Ruang Kerja Dewan Pengarah Rp 6,1 M, Ini Penjelasan BRIN

BRIN akan melakukan renovasi ruangan yang ada di lantai 2 Gedung BJ Habibie.

Baca Selengkapnya