Dugaan Ahli LIPI Soal Tanah Retak Banjarnegara

Senin, 5 November 2018 14:54 WIB

Tanah retak di Desa Danaraja RT 01 dan RT 03 RW 06 Kecamatan Purwanegara, Banjarnegara, Jawa Tengah, Sabtu 3 November 2018 pukul 16.00 WIB setelah hujan dengan intensitas lebat. (Dok.BNPB)

TEMPO.CO, Bandung - Ahli dan peneliti longsor, Adrin Tohari, menduga fenomena tanah retak di Banjarnegara, Jawa Tengah, diakibatkan kenaikan air muka tanah. Kenaikan itu disebabkan infiltrasi air hujan.

Baca: Fenomena Tanah Retak di Depok, PVMBG: Dipicu Hujan Deras

"Kalau dilihat dari gejalanya ini, gerakan tanah yang terjadi kemungkinan besar adalah tipe nendatan," kata pakar dari Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bandung tersebut, Senin, 5 November 2018.

Tipe nendatan disebut juga pergerakan tanah yang berjalan lambat. Menurut Adrin, kejadian itu biasanya terjadi di daerah permukiman yang tata guna lahan di atas atau di bawahnya berupa persawahan. "Juga biasanya terdapat balong (kolam ikan)," ujarnya.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho menuturkan telah menerima laporan kejadian itu hingga kondisi terbaru Ahad, 4 November 2018. Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah setempat, retakan tanah berada di RT 01 dan 03 RW 06 Desa Danaraja, Kecamatan Purwanegara, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Peristiwa itu terjadi pada Sabtu, 3 November lalu, pukul 16.00, setelah hujan dengan intensitas lebat di wilayah Desa Danaraja dan sekitarnya. Retakan tanah memiliki kedalaman dan panjang yang beragam.

Advertising
Advertising

Kedalamannya berkisar 2-3 meter dengan panjang 20-300 meter. Bentuk retakan ada yang melingkar seperti tapal kuda, juga memanjang retak rambut atau zigzag.

Titik retakan tanah di wilayah RT 01 berada di sebidang tanah milik Imam W., 62 tahun, dan sebidang tanah lain milik Slamet R., 70 tahun.

Terdapat lima rumah yang berada tepat di samping dan di lingkaran retakan tanah, salah satunya milik Amad Sahroni, 55 tahun. Retakan tanah mengakibatkan tembok rumah permanen miliknya retak-retak dengan lebar dan panjang bervariasi, termasuk lantainya.

Menurut keterangan pemilik rumah dan ketua RT setempat, kejadian seperti itu baru pertama kali terjadi pada awal musim hujan tahun ini.

Saat hujan lebat, air yang mengalir dari sekitar pekarangan dan perumahan warga langsung hilang meresap ke lubang dan retakan tanah.

Tindakan yang sudah dilakukan warga dan perangkat desa, berdasarkan laporan petugas BPBD setempat, adalah langsung menutup tanah retak dan lubang tersebut. Tim BPBD juga mengimbau pemilik rumah untuk selalu waspada dan segera melaporkan perkembangan kejadian.

Selain itu, warga diimbau segera melakukan antisipasi dengan membuat jalur aliran agar air tidak mengalir ke retakan tanah serta segera menutup kembali bila terdapat retakan atau lubang pada tanah. Tim BPBD membutuhkan penelitian lebih lanjut oleh ahli.

Simak artikel lain tentang tanah retak di kanal Tekno Tempo.co.

Berita terkait

Inilah 4 Akar Masalah Papua Menurut LIPI

22 hari lalu

Inilah 4 Akar Masalah Papua Menurut LIPI

Ada empat akar masalah Papua, yakni sejarah dan status politik, diskriminiasi, kekerasan dan pelanggaran HAM berat, dan kegagalan pembangunan.

Baca Selengkapnya

Begini Bunyi Sumpah yang Diucapkan Para Saksi dan Ahli dalam Sengketa Pilpres di MK

33 hari lalu

Begini Bunyi Sumpah yang Diucapkan Para Saksi dan Ahli dalam Sengketa Pilpres di MK

Berikut bunyi sumpah yang diucapkan oleh ahli dan saksi dalam sidang sengketa Pilpres 2024 di MK.

Baca Selengkapnya

Ahli ITB Jelaskan Penyebab Longsor Mematikan di Cipongkor Bandung Barat

40 hari lalu

Ahli ITB Jelaskan Penyebab Longsor Mematikan di Cipongkor Bandung Barat

Faktor utama pemicu longsor adalah curah hujan yang lebat.

Baca Selengkapnya

Krisis Beras, Ahli Gizi Unair Beberkan Proses Pembuatan Beras Analog Sebagai Alternatif

59 hari lalu

Krisis Beras, Ahli Gizi Unair Beberkan Proses Pembuatan Beras Analog Sebagai Alternatif

Beras analog di satu sisi dapat dianggap sebagai solusi untuk mengatasi krisis beras.

Baca Selengkapnya

Disinggung dalam Debat Capres, Ini 4 Akar Permasalahan Papua Menurut LIPI

14 Desember 2023

Disinggung dalam Debat Capres, Ini 4 Akar Permasalahan Papua Menurut LIPI

LIPI menemukan setidaknya ada empat akar masalah Papua. Hal tersebut berdasarkan riset LIPI yang dilakukan pada 2009.

Baca Selengkapnya

KPU Belum Tunjuk Ahli Bahas Isu Debat Capres-Cawapres

27 November 2023

KPU Belum Tunjuk Ahli Bahas Isu Debat Capres-Cawapres

Aturan soal debat capres dan cawapres tercantum dalam Putusan KPU Nomor 1621 Tahun 2023 tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum.

Baca Selengkapnya

Alasan Hakim Tak Hiraukan Keterangan Ahli dalam Praperadilan Rempang

8 November 2023

Alasan Hakim Tak Hiraukan Keterangan Ahli dalam Praperadilan Rempang

Menurut Pengadilan Negeri Batam, keterangan ahli yang didatangkan pemohon dianggap memihak kepada warga Pulau Rempang itu.

Baca Selengkapnya

Jalan Panjang LIPI Menjadi BRIN, Berikut Tugas dan Fungsinya

24 Agustus 2023

Jalan Panjang LIPI Menjadi BRIN, Berikut Tugas dan Fungsinya

LIPI didirikan 56 tahun lalu, pada 6 September 2021 diubah menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Apakah tugas dan fungsinya tetap sama?

Baca Selengkapnya

Ahli Nuklir Asean Bahas Kerja Sama Teknis di Yogyakarta

24 Agustus 2023

Ahli Nuklir Asean Bahas Kerja Sama Teknis di Yogyakarta

Pertemuan tersebut membahas berbagai isu penting mengenai status implementasi proyek kerja sama teknis di bidang nuklir.

Baca Selengkapnya

LIPI Genap 56 Tahun: Lembaga Ilmu Pengetahuan yang Telah Dilebur ke BRIN

23 Agustus 2023

LIPI Genap 56 Tahun: Lembaga Ilmu Pengetahuan yang Telah Dilebur ke BRIN

Awal pembentukan LIPI pada 1967 dimulai dengan peleburan lembaga-lembaga ilmiah yang lebih dulu didirikan.

Baca Selengkapnya