Gempa Mamasa Tercatat 217 Kali dalam Sepekan, 39 Dirasakan
Reporter
Anwar Siswadi (Kontributor)
Editor
Amri Mahbub
Sabtu, 10 November 2018 19:31 WIB
TEMPO.CO, Bandung - Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) mencatat 217 kali gempa Mamasa sejak 3 November 2018. Sebanyak 39 lindu di antaranya bisa dirasakan orang. Peningkatan gempa secara signifikan terjadi sejak 6 November lalu.
Baca juga: Gempa M 5,2 Kembali Guncang Mamasa, Tercatat 78 Gempa Susulan
Wilayah Kabupaten Mamasa dan sekitarnya terguncang getaran gempa tektonik pada Selasa, 6 November 2018, pukul 01.35.54 WIB. Hasil analisis BMKG menunjukkan informasi awal gempa ini berkekuatan M=5,5. Setelah pemutakhiran data kekuatan gempanya menjadi M=5,2.
Episenter gempa terletak pada koordinat 2,93 LS dan 119,42 BT. "Atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 6 kilometer arah timur Kota Mamasa, Kabupaten Mamasa, Propinsi Sulawesi Barat," ujar Daryono lewat keterangan tertulis, Selasa 6 November 2018. Sumber gempa berkedalaman 10 kilometer.
Baca juga: Pergerakan Subduksi Sangihe Picu Gempa M 5,2
Setelah itu kata Daryono, Jumat, 9 November 2018, aktivitas gempa masih terjadi. "Memperhatikan tren frekuensi gempa Mamasa, ada kecenderungan peningkatan aktivitas kegempaan di wilayah ini," ujarnya lewat keterangan tertulis.
Jumlah gempa pada tiga hari pertama sejak 3 November tercatat sebanyak 31 gempa. Sejak 6 November aktivitas gempa melonjak drastis menjadi 116 gempa. "Artinya dalam waktu sepekan telah terjadi peningkatan aktivitas gempa sangat signifikan." Aktivitas gempa paling banyak terjadi pada Kamis 8 November 2018 mencapai sebanyak 67 gempa dalam sehari.
Ditinjau dari kekuatannya, aktivitas gempa yang terjadi sebenarnya didominasi oleh gempa dengan magnitudo kurang dari 4,0. Dari seluruh gempa yang terjadi hanya 3 gempa saja memiliki magnitudo 5,0.
Baca juga: Ini Penyebab Rentetan Gempa Sumba
Berdasarkan sebaran pusat gempanya, tampak ada kesesuaian dengan keberadaan struktur Sesar Saddang. Klaster sebaran gempa masih terkonsentrasi pada zona jalur sesar. "Ini merupakan fakta bahwa aktivitas gempa Mamasa berkaitan erat dengan reaktivasi Sesar Saddang," kata Daryono.
Dalam Peta Geologi Sulawesi, jalur Sesar Saddang tampak melintas dari pesisir Pantai Mamuju Sulawesi Barat memotong diagonal melintasi Sulawesi Selatan bagian Tengah lalu ke Sulawesi Selatan bagian Selatan, selanjutnya bersambung dengan Sesar Walanae.
Di Mamasa perlitasan jalur Sesar Saddang ini berarah barat laut - tenggara. Pada segmen inilah gempa beruntun terjadi. Berdasarkan mekanismenya, Sesar Sadang pada segmen ini merupakan sesar mendatar mengiri (sinistral strike-slip).
Hasil analisis mekanisme sumber beberapa gempa signifikan yang terjadi di Mamasa, menunjukkan adanya kesamaan mekanisme yaitu sesar mendatar (strike-slip) dengan pergerakan mengiri. Sehingga beralasan jika peningkatan aktivitas gempa di Mamasa saat ini berkaitan dengan aktivitas Sesar Saddang.
Baca juga: BMKG: Gempa Kuat Lombok Tergolong Gempa Kembar
Simak artikel menarik lainnya tentang gempa Mamasa hanya di kanal Tekno Tempo.co.