Perlu Usaha Radikal Atasi Sampah Plastik di Laut

Minggu, 25 November 2018 11:45 WIB

Sampah plastik dan karet yang ditemukan di dalam perut paus yang terdampar di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Senin, 19 November 2018. Bangkai paus ini memiliki panjang 9,5 meter dan lebar 4,37 meter. REUTERS/KARTIKA SUMOLANG

TEMPO.CO, Sharm el Sheik - Ratusan peserta Konferensi Keanekaragaman Hayati PBB (United Nations Biodiversity Conference) di Sharm el-Sheikh, Mesir meminta pemerintah negara-negara peserta konferensi lebih progresif mengatasi sampah plastik yang mencemari dan merusak kehidupan laut.

Baca juga: Bangkai Paus Sperma Penuh Plastik, Greenpeace: Semua Perlu Serius

Ratusan pegiat konservasi laut dari beragam organisasi non-pemerintah, komunitas masyarakat adat, aktivis perempuan yang mengadvokasi masyarakat pesisir, peneliti laut, sutradara film satwa liar, lembaga yang mengkonservasi mamalia menyatakan kepeduliannya pada kerusakan laut akibat polusi sampah yang semakin tak terkendali. Di acara itu juga hadir Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO). Ada juga penasehat menteri lingkungan hidup Mesir.

Mereka datang di acara Sustainable Ocean Day: Ocean Voices di Hotel Hyatt Regency, Jumat sore (malam waktu Indonesia), 23 November 2018. Acara itu bagian dari United Nations Biodiversity Conference, 13-29 November 2018. Tempo berkesempatan meliput konferensi tersebut atas dukungan Climate Tracker, jaringan global yang beranggotakan 10 ribu jurnalis muda peliput iklim.

Baca juga: Bangkai Paus Sperma Penuh Pastik, Greenpeace: Semua Perlu Serius

Advertising
Advertising

Sekretaris Eksekutif International Whaling Commision atau badan global untuk konservasi ikan paus, Rebecca Lent, meminta semua negara peserta konferensi untuk membuat langkah yang progresif mengatasi sampah plastik demi ekosistem yang berkelanjutan. Delegasi masing-masing negara ketika kembali dari konferensi ini harus benar-benar melakukan aksi secara teknis untuk menyelesaikan sampah plastik. "Buatlah tujuan yang lebih maju," kata dia kepada Tempo di sela acara itu.

Polusi, banjir sampah kantong plastik, polusi suara karena aktivitas manusia, perubahan iklim membuat perubahan temperatur membuat biota laut harus berjuang lebih untuk bertahan hidup. Negara-negara peserta konferensi harus lebih tegas soal penggunaan kantong plastik. Dia mencontohkan Kenya yang telah melarang penggunaan kantong plastik. Jika ada warga yang ketahuan membuat, menjual, atau membawa kantong plastik, pemerintah Kenya menghukumnya dengan denda sebesar Rp506 juta atau hukuman penjara hingga empat tahun.

Selain aturan yang tegas soal larangan penggunaan kantong plastik, orang-orang di dunia perlu mendengarkan dan memperhatikan temuan-temuan para ilmuwan ihwal sampah plastik yang merusak ekosistem laut. Dunia juga perlu solusi-solusi alternatif melalui teknologi untuk mendaur ulang sampah. Orang-orang juga harus punya kesadaran untuk tidak sembarangan membuang sampah dan terus berusaha keras mengurangi penggunaan sampah.

Baca juga: 5,9 Kg Sampah di Perut Bangkai Paus Sperma Terdampar

Manas Roshan, Program Officer International Collective in Support of Fishworkers (ICSF) India, mengatakan sampah plastik menjadi masalah global yang berdampak untuk komunitas, misalnya para buruh atau pekerja perikanan. Sampah-sampah plastik di laut mengancam ekosistem dan membunuh biota laut. Dampaknya adalah buruh-buruh ikan akan kekurangan pasokan ikan dan ini mengancam kehidupan mereka. "Perlu usaha radikal mengubah perilaku. Kurangi penggunaan plastik untuk menyelematkan kehidupan laut dan manusia," kata dia.

Di acara khusus bertajuk suara lautan itu, peserta menyampaikan suaranya untuk penyelamatan laut. Acara yang digelar hampir satu hari itu diisi materi tentang terumbu karang, laut dalam, mamalia laut atau spesies migran, ikan, mangrove dan sea gras atau lamun atau rumput di dasar laut, dan suara manusia.

Dalam laporan BBC, diperkirakan 10 juta ton plastik terbawa ke laut setiap tahunnya. Tahun 2010 ilmuwan dari National Centre for Ecological Analysis and Synthesis di Universitas Georgia Athena memperkirakan 8 juta ton dengan prediksi meningkat menjadi 9,1 juta ton. Jurnal Science 2015 mencatat 192 negara-negara pantai menyumbang sampah plastik ke laut. Negara-negara Asia masuk dalam 13 dari 20 penyumbang terbesar. Cina berada di puncak dalam peringkat negara-negara dengan pengelolaan sampah yang buruk.

Baca juga: Pemerintah Siapkan Kebijakan Kurangi Sampah Plastik

Simak artikel lainnya seputar penanganan sampah plastik hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Berita terkait

Didukung Mahasiswa dari 104 Kampus, KOBI Himpun 11.137 Data Keanekaragaman Hayati Indonesia

1 hari lalu

Didukung Mahasiswa dari 104 Kampus, KOBI Himpun 11.137 Data Keanekaragaman Hayati Indonesia

Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI) himpun 11.137 data keanekaragaman hayati Indonesia dengan dukungan mahasiswa dari 104 kampus.

Baca Selengkapnya

Kandungan Plastik dalam Makanan dan Minuman: Dampak Kesehatan dan Cara Kurangi Konsumsi Mikroplastik

5 hari lalu

Kandungan Plastik dalam Makanan dan Minuman: Dampak Kesehatan dan Cara Kurangi Konsumsi Mikroplastik

Penelitian menunjukkan bahwa hampir semua makanan kita mengandung mikroplastik, dalam bentuk apa saja? Apa bahaya bagi kesehatan?

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

5 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

5 hari lalu

Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

Kementerian Perindustrian atau Kemenperin menyatakan impor untuk komoditas bahan baku plastik kini tidak memerlukan pertimbangan teknis lagi.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

6 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya

Tantangan Besar Tema Hari Bumi 2024: Planet vs Plastics

8 hari lalu

Tantangan Besar Tema Hari Bumi 2024: Planet vs Plastics

Hari Bumi 2024 menyoroti masalah plastik, termasuk sampah plastik, dan mendorong aksi global melawan produksi plastik global yang tak terkendali.

Baca Selengkapnya

Koalisi Desak Pemimpin ASEAN Sukseskan Perjanjian Plastik Global untuk Akhiri Pencemaran

11 hari lalu

Koalisi Desak Pemimpin ASEAN Sukseskan Perjanjian Plastik Global untuk Akhiri Pencemaran

TEMPO, Jakarta- Koalisi Organisasi Masyarakat Sipil mendesak pemimpin ASEAN untuk mengambil sikap tegas dalam negosiasi yang sedang berlangsung untuk mengembangkan instrumen hukum internasional yang mengikat demi mengatasi pencemaran plastik, termasuk di lingkungan laut.

Baca Selengkapnya

Bahaya Sampah Plastik Hasil Mudik

17 hari lalu

Bahaya Sampah Plastik Hasil Mudik

Isu penanganan sampah kembali mencuat di tengah perayaan Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah. Sebagian di antaranya berupa sampah plastik.

Baca Selengkapnya

Aktivis Lingkungan Desak Jepang Hentikan Pengiriman Sampah Plastik ke Indonesia

26 hari lalu

Aktivis Lingkungan Desak Jepang Hentikan Pengiriman Sampah Plastik ke Indonesia

Jepang dinilai menjadi negara eksportir sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah Jerman.

Baca Selengkapnya

Hasil Survey UI, ICEL dan Greenpeace Ingatkan Dampak Lingkungan Sampah Plastik Scahet dan Pouch

32 hari lalu

Hasil Survey UI, ICEL dan Greenpeace Ingatkan Dampak Lingkungan Sampah Plastik Scahet dan Pouch

Dari total timbunan sampah plastik, ditaksir sekitar 14-16 persen itu berupa sachet dan pouch.

Baca Selengkapnya