BMKG Namakan Badai Baru Kenanga, Ini Alasannya
Reporter
Anwar Siswadi (Kontributor)
Editor
Erwin Prima
Minggu, 16 Desember 2018 14:20 WIB
TEMPO.CO, Bandung - Pola penamaan siklon atau badai tropis di sekitar wilayah Indonesia oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bukan berdasarkan lokasi munculnya, namun berdasarkan aneka jenis bunga.
Baca: BMKG: Ada Badai Kenanga, Gelombang Tinggi ke Mentawai dan Banten
"Penamaan baru berdasarkan munculnya bibit badai baru," kata Kepala Sub Bidang Prediksi Cuaca BMKG Agie Wandala Putra, Ahad, 16 Desember 2018.
Kini ada siklon tropis baru yang muncul di Samudera Hindia sebelah barat daya Bengkulu. Lokasinya di koordinat 8,9LS dan 90,8BT atau berjarak sekitar 1360 kilometer sebelah barat barat daya Kerinci. BMKG menamakan siklon tropis Kenanga.
Kemunculan bibit baru siklon tropis sebelumnya telah dinamakan bunga Anggrek, Bakung, Cempaka, Dahlia, Flamboyan. Setelah Kenanga, badai tropis baru akan dinamakan Lili, Mangga, Seroja, dan Teratai. BMKG telah membuat daftar penamaan badai itu secara alfabetikal.
Setelah daftar nama bunga nanti, disiapkan daftar nama buah-buahan, mulai dari Anggur, Belimbing, Duku, Jambu, Lengkeng, Melati, Nangka, Pisang, Rambutan, dan Sawo. Menurut BMKG, penamaan itu agar badai tidak terkesan menyeramkan.
Menurut Agie, siklon tropis merupakan badai dengan kekuatan yang besar. Radius rata-rata siklon tropis mencapai 150-200 kilometer. Siklon tropis terbentuk di atas lautan luas yang umumnya mempunyai suhu permukaan air laut hangat, lebih dari 26,5 °Celcius.
"Angin kencang yang berputar di dekat pusatnya mempunyai kecepatan angin lebih dari 63 kilometer per jam," katanya Ahad, 16 Desember 2018.
Masa hidup suatu siklon tropis rata-rata berkisar antara 3 hingga 18 hari. Karena energi siklon tropis didapat dari lautan hangat, maka siklon tropis akan melemah atau punah ketika bergerak dan memasuki wilayah perairan yang dingin atau memasuki daratan.
Simak artikel lainnya tentang BMKG di kanal Tekno Tempo.co.