Ilmuwan Pernah Ungkap Potensi Tsunami Selat Sunda, Ini Risetnya

Senin, 24 Desember 2018 08:05 WIB

Seorang pria mencari barang berharga miliknya di puing rumah mereka yang hancur tersapu tsunami di Desa Way Muli, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Lampung, Ahad, 23 Desember 2018. Dikabarkan sebanyak 20 orang masih dalam pencarian, seluruh korban merupakan warga setempat. ANTARA/Ardiansyah

TEMPO.CO, Bandung - Badan Geologi sempat melakukan riset seputar potensi penyebab tsunami Selat Sunda. Kepala Sub-Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Wilayah Barat PVMBG Badan Geologi, Akhmad Solikhin, menyodorkan riset tsunamigenik di Selat Sunda hasil kajian katalog tsunami Soloviev.

Baca juga: Tsunami Selat Sunda, BMKG Sarankan Warga Tak Dekati Pantai

Catatan riset tersebut disusun dua peneliti dari Badan Geologi, yakni Yudhicara (PVMBG) dan K Budiono (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan). Tsunamigenik adalah kejadian alam yang berpotensi menimbulkan tsunami.

Kedua peneliti itu menyebutkan tsunami misterius di Selat Sunda tersebut diduga disebabkan longsoran baik terjadi di kawasan pantai maupun di dasar laut. "Kejadiannya bersifat lokal," kata Akhmad, saat ditemui di kantornya, Ahad, 23 Desember 2018.

Riset dua peneliti itu mendapati potensi terjadinya longsor bawah laut di Selat Sunda yang bisa memicu tsunami. Morfologi dasar laut Selat Sunda menampakkan pola alur dasar laut berupa lembah yang dalam. Di beberapa tempat menyempit dengan kelerangan terjal.

Advertising
Advertising

"Sekitar perairan ini merupakan daerah berarus cukup kuat dan berpotensi membentuk longsoran dasar laut," dikutip dari tulisan keduanya di Jurnal Geologi Indonesia edisi 4 Desember 2008.

Baca juga: Tsunami Selat Sunda, Gubernur Banten: Lima Pantai Terdampak

Selain longsoran bawah laut, kedua peneliti Badan Gelogi itu menyebutkan di Pantai Barat Merak terdapat bidang dasar laut dengan lereng terjal dan pola sesar rapat. Di bagian dasar serta sekitar dinding lereng juga terdapat kantong sedimen yang tidak terkonsolidasi, sehingga ketika arus pada alur lembah semakin kuat, sedimen bisa bergerak turun mengikuti alur dan berpoteni menimbulkan tsunami dalam skala kecil dan lokal.

Potensi pemicu tsunami selanjutnya yang ditemukan keduanya berasal dari morfologi dinding teluk yang terjal. Peristiwa tsunami Selat Sunda pada 1851, misalnya, diduga dipicu oleh longsornya material tanah di tebing teluk ini dalam volume besar.

Sedangkan erupsi gunung api dan gempa bumi terhitung menjadi pemicu tsunami yang paling banyak di Selat Sunda. Tsunami akibat erupsi gunung api terjadi beberapa kali, seperti pada tahun 416 Masehi, 27 Agustus 1883, Februari 1884, serta 26 Maret 1928. "Kala itu, erupsi Gunung Krakatau yang sangat dahsyat sehinga menimbulkan tsunami,” kata dia.

Tsunami pada 27 Agustus 1883 teramati ketinggian maksimum gelombang menembus 30 meter di atas permukaan laut, 4 meter di pantai selatan Sumatera, serta 2-2,5 meter di pantai utara dan selatan Jawa, 1-1,5 meter di Samudar Pasifik hingga menjangkau Ameriksa Selatan. Disebutkan 36 ribu orang tewas akibat peristiwa ini. "Dipublikasikan sebagai tsunami terbesar akibat erupsi gunung," kata Akhmad.

Baca juga: Tsunami Selat Sunda, Paus Fransiskus Minta Solidaritas Dunia

Selanjutnya tsunami Selat Sunda 1928. Ini disebut memiliki kaitan dengan aktivitas awal kelahiran Gunung Anak Krakatau yang muncul dari sisa kompleks Gunung Krakatau yang meletus dahsyat pada 1883. "Gunung Krakatau aktif kembali tahun 1927. Sejak tahun 1927 sampai 1929 itu awal-awal aktivitas Anak Krakatau,” kata dia.

Akhmad mengatakan, tsunami terjadi akibat letusan gunung api di bawah laut. Saat itu Gunung Anak Krakatau belum muncul ke permukaan. "Kejadian erupsi Anak Krakatau mengiringi gelombang laut yang termaati di beberapa tempat di sekitar wialyah gunung api. Gunung apinya masih di bawah laut, erupsinya menimbulkan tsunami. Tinggi gelombangnya tidak tercatat," kata dia.

Sementara empat peristiwa tsunami terkait dengan gempa bumi terjadi pada Oktober 1722, 24 Agustus 1757, 9 Januari 1852, serta 22 April 1958. "Kebanyakan tsunami terjadi akibat gempabumi bukan di Selat Sunda, tapi bersumber di Megathrust di selatan Selat Sunda," kata Akhmad.

Pada Okober 1722, gempa kuat di laut tercatat membuat air luat naik seperti mendidih. Pada 24 Agustus 1757, tsunami terjadi pukul 02.00 WIB. Gempa terasa di Jakarta kurang dari 5 menit dan membuat air Sungai Ciliwung naik 0,5 meter, sehingga membanjiri Jakarta.

Pada 9 Januari 1852 terjadi gempa pukul 18.00 WIB yang terasa di di Jawa bagian barat dan selatan, hingga Sumatera. Gempa ini menyebabkan fluktuasi air tidak biasa sekitar 2 jam kemudian yakni pukul 20.00 WIB. Sementara pada 22 April 1958 gempa terasa di Bengkulu, Palembang, Teluk Banten, dan Banten di ikuti kenaikan muka air laut.

Baca juga: Tidak Ada Gempa Tektonik, Apa Penyebab Tsunami Anyer?

Simak kabar terbaru seputar tsunami Selat Sunda hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Berita terkait

Alat Pemantau Erupsi Gunung Ruang Rusak Lagi

4 jam lalu

Alat Pemantau Erupsi Gunung Ruang Rusak Lagi

Erupsi Gunung Ruang kembali menyebabkan alat pemantau gunung api rusak. Badan Geologi memanfaatkan pemantauan dengan alat di stasiun sekitarnya.

Baca Selengkapnya

Erupsi Gunung Ruang Selasa Pagi Hasilkan Kolom Setinggi 5 Kilometer, Radius Bahaya Jadi 7 Kilometer dan Ada Potensi Tsunami

5 jam lalu

Erupsi Gunung Ruang Selasa Pagi Hasilkan Kolom Setinggi 5 Kilometer, Radius Bahaya Jadi 7 Kilometer dan Ada Potensi Tsunami

Batu-batuan material erupsi Gunung Ruang mencapai daerah yang cukup jauh radiusnya.

Baca Selengkapnya

Badan Geologi Peringatkan Potensi Lontaran Batuan Pijar dan Tsunami Akibat Letusan Gunung Ruang

8 jam lalu

Badan Geologi Peringatkan Potensi Lontaran Batuan Pijar dan Tsunami Akibat Letusan Gunung Ruang

Badan Geologi menaikkan status Gunung Ruang menjadi Awas dan memperingatkan potensi lontaran batuan pijar dan tsunami.

Baca Selengkapnya

BMKG Minta Warga Waspada 5 Potensi Bencana Susulan Akibat Gempa Bumi

9 jam lalu

BMKG Minta Warga Waspada 5 Potensi Bencana Susulan Akibat Gempa Bumi

Gempa bumi seperti yang terjadi di Garut, menurut BMKG sering disusul dengan bencana lainnya seperti tanah longsor, pohon tumbang, bahkan tsunami.

Baca Selengkapnya

Aktivitas Meningkat Lagi, Gunung Ruang Kembali Berstatus Awas per Hari Ini

10 jam lalu

Aktivitas Meningkat Lagi, Gunung Ruang Kembali Berstatus Awas per Hari Ini

Dengan naiknya status aktivitas Gunung Ruang tersebut, daerah bahaya kembali diperlebar menjadi radius 6 kilometer. Termasuk waspada potensi tsunami

Baca Selengkapnya

Gempa Mengguncang dari Laut Selatan, Wisatawan Ramai Tinggalkan Pantai Pangandaran

2 hari lalu

Gempa Mengguncang dari Laut Selatan, Wisatawan Ramai Tinggalkan Pantai Pangandaran

Dinas Pariwisata Kabupaten Pangandaran membantah banyak wisatawan pulang mendadak dan sebabkan kemacetan pasca-guncangan gempa pada dinihari tadi.

Baca Selengkapnya

Gempa 6,5 Magnitudo di Laut Selatan Jawa Barat, Guncangan Terasa Hingga Depok

2 hari lalu

Gempa 6,5 Magnitudo di Laut Selatan Jawa Barat, Guncangan Terasa Hingga Depok

Warga Depok merasakan guncangan gempa 6,5 magnitudo yang terjadi pada Sabtu malam. Titik gempa di laut selatan Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Seismograf Gunung Semeru di Jawa Timur Rekam Guncangan Kuat Gempa Garut

2 hari lalu

Seismograf Gunung Semeru di Jawa Timur Rekam Guncangan Kuat Gempa Garut

Ada tujuh kali gempa tektonik jauh yang terekam dengan amplitudo 4-26 mm, S-P 12-60 detik, dan lama gempa 29-533 detik.

Baca Selengkapnya

Gempa yang Mengguncang Kencang Garut hingga Jakarta, Ini Data dan Penjelasan BMKG

2 hari lalu

Gempa yang Mengguncang Kencang Garut hingga Jakarta, Ini Data dan Penjelasan BMKG

BMKG memperbarui informasi gempa yang mengguncang kuat dari laut selatan Pulau Jawa pada Kamis menjelang tengah malam, 27 April 2024.

Baca Selengkapnya

Gempa Magnitudo 4,7 Guncang Boalemo Gorontalo, Tidak Berpotensi Tsunami

3 hari lalu

Gempa Magnitudo 4,7 Guncang Boalemo Gorontalo, Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa tersebut dirasakan di Kabupaten Boalemo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Bone Bolango, Kota Gorontalo hingga Kabupaten Pohuwato.

Baca Selengkapnya