Lewat Sebulan, Penyebab Tsunami Selat Sunda Masih Misteri

Kamis, 31 Januari 2019 05:59 WIB

Warga membakar puing bangunan yang rusak akibat gelombang tsunami di Way Muli, Rajabasa, Lampung Selatan, Rabu,2 Januari 2019. Presiden menginstruksikan relokasi dan rekonstruksi permukiman rumah warga pesisir di Lampung serta melakukan pemetaan ulang permukiman dalam jangka waktu tiga bulan. ANTARA

TEMPO.CO, Bandung - Sebulan lebih setelah tsunami Selat Sunda, penyebabnya belum juga diketahui secara pasti. Para ahli dan peneliti masih simpang siur menduga penyebabnya dengan beragam teori dari sudut pandang keilmuan. Koleksi data lapangan pun belum banyak mengungkap misteri tsunami Selat Sunda 22 Desember 2018.

Baca: BPPT: Kawasan Wisata Perlu Alat Pendeteksi Tsunami
Baca: Pemerintah Diminta Siapkan Mitigasi Potensi Tsunami Bandara NYIA

Gunung Anak Krakatau di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, setelah erupsi 19 Februari 2017, kembali meningkat aktivitas vulkanisnya sejak 18 Juni 2018. Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) mencatat puncak-puncak letusannya terhitung dari September hingga November 2018. Di sela erupsinya pada 22 Desember lalu, muncul tsunami yang menelan korban jiwa di Banten dan Lampung.

Diskusi ilmiah populer oleh Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) di kampus Institut Teknologi Bandung pada Selasa, 29 Januari 2019, belum berhasil mengerucutkan apa penyebab tsunami itu. “Apa yang terjadi pada 22 Desember? Data yang ada masih samar-samar menurut saya,” kata pakar gempa Danny Hilman Natawidjaja di tengah diskusi.

Secara umum, dugaan penyebab tsunami dalam diskusi setengah hari itu terpencar tiga. Pertama akibat lava panas yang masuk ke laut lalu menimbulkan ledakan hingga menghasilkan tsunami.

Pakar tsunami ITB Hamzah Latief mengatakan, keterangan saksi warga mendengar adanya suara ledakan sebelum muncul gelombang tinggi air laut. “Dari sisi tsunami pada 1927-1930 suka ada tsunami kecil-kecil yang dilepas, kemungkinan karena bertemunya benda panas dengan air,” ujarnya.

Advertising
Advertising

Dugaan kedua, akibat longsoran tubuh gunung Anak Krakatau, seperti dilansir Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Namun faktor ini masih banyak mengundang pertanyaan, misalnya soal berapa volume longsoran, jarak luncuran, dan lebar longsorannya.

Selain itu, menurut citra satelit, pada 23 Desember siang tubuh gunung berkurang sedikit. “Kami kaget setelah 26-27 Desember citra satelit memperlihatkan tubuh Gunung Anak Krakatau sudah habis,” kata Kristianto. Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat PVMBG itu memperkirakan terjadinya longsoran besar itu pada 25-27 Desember 2018.

Faktor ketiga dikaitkan dengan gempa tektonik. “Antara tektonik, longsoran, atau dinamika geologi di bawah. Mungkin tanggal 22 Desember itu ada sesuatu,” kata Hendra Gunawan dari Badan Geologi.

Simak artikel lainnya tentang tsunami Selat Sunda di kanal Tekno Tempo.co.

Berita terkait

Gempa Mengguncang dari Laut Selatan, Wisatawan Ramai Tinggalkan Pantai Pangandaran

22 jam lalu

Gempa Mengguncang dari Laut Selatan, Wisatawan Ramai Tinggalkan Pantai Pangandaran

Dinas Pariwisata Kabupaten Pangandaran membantah banyak wisatawan pulang mendadak dan sebabkan kemacetan pasca-guncangan gempa pada dinihari tadi.

Baca Selengkapnya

Gempa 6,5 Magnitudo di Laut Selatan Jawa Barat, Guncangan Terasa Hingga Depok

1 hari lalu

Gempa 6,5 Magnitudo di Laut Selatan Jawa Barat, Guncangan Terasa Hingga Depok

Warga Depok merasakan guncangan gempa 6,5 magnitudo yang terjadi pada Sabtu malam. Titik gempa di laut selatan Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Gempa yang Mengguncang Kencang Garut hingga Jakarta, Ini Data dan Penjelasan BMKG

1 hari lalu

Gempa yang Mengguncang Kencang Garut hingga Jakarta, Ini Data dan Penjelasan BMKG

BMKG memperbarui informasi gempa yang mengguncang kuat dari laut selatan Pulau Jawa pada Kamis menjelang tengah malam, 27 April 2024.

Baca Selengkapnya

Gempa Magnitudo 4,7 Guncang Boalemo Gorontalo, Tidak Berpotensi Tsunami

1 hari lalu

Gempa Magnitudo 4,7 Guncang Boalemo Gorontalo, Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa tersebut dirasakan di Kabupaten Boalemo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Bone Bolango, Kota Gorontalo hingga Kabupaten Pohuwato.

Baca Selengkapnya

Gempa Getarkan Pacitan dan Banyak Wilayah Lain di Indonesia Sepanjang Hari Ini

6 hari lalu

Gempa Getarkan Pacitan dan Banyak Wilayah Lain di Indonesia Sepanjang Hari Ini

Kebanyakan gempa memiliki Intensitas guncangan pada skala III MMI. Ada juga yang IV MMI. Simak data selengkapnya dari BMKG.

Baca Selengkapnya

Tips Menyusun Jurnal Scopus, Pemicu Banjir Dubai, dan Catatan Tsunami Gunung Ruang di Top 3 Tekno

10 hari lalu

Tips Menyusun Jurnal Scopus, Pemicu Banjir Dubai, dan Catatan Tsunami Gunung Ruang di Top 3 Tekno

Langkah untuk menyusun jurnal terindeks Scopus, basis data paling bergengsi di dunia akademik, menjadi artikel utama Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Erupsi Gunung Ruang dan Bencana Dahsyat 1871

10 hari lalu

Erupsi Gunung Ruang dan Bencana Dahsyat 1871

Erupsi Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara tak hanya menghasilkan gumpalan abu vulkanik.

Baca Selengkapnya

Letusan Gunung Ruang Rusak Fasilitas Pemantau Kegempaan, Alat Apa Saja yang Dipasang?

10 hari lalu

Letusan Gunung Ruang Rusak Fasilitas Pemantau Kegempaan, Alat Apa Saja yang Dipasang?

Erupsi Gunung Ruang sempat merusak alat pemantau aktivitas vulkanik. Gunung tak teramati hingga adanya peralatan pengganti.

Baca Selengkapnya

Sejarah Letusan Gunung Ruang, Pernah Catat Tsunami Setinggi 25 Meter

11 hari lalu

Sejarah Letusan Gunung Ruang, Pernah Catat Tsunami Setinggi 25 Meter

Badan Geologi mencatat erupsi Gunung Ruang terjadi sedikitnya 16 kali sejak 1808.

Baca Selengkapnya

Fakta Erupsi Gunung Ruang: Ancaman Tsunami sampai Belasan Penerbangan di Manado Dibatalkan

11 hari lalu

Fakta Erupsi Gunung Ruang: Ancaman Tsunami sampai Belasan Penerbangan di Manado Dibatalkan

Erupsi Gunung Ruang di Sulawesi Utara menyebabkan sejumlah penerbangan dari dan ke Manado dibatalkan, peringatan dini tsunami dan hujan kerikil.

Baca Selengkapnya