Badai Matahari, LAPAN: Tak Ada Potensi Badai yang Signifikan

Jumat, 15 Maret 2019 09:32 WIB

Memprediksi Badai Matahari dalam 24 Jam

TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menanggapi informasi mengenai Badai Matahari yang menuju ke Bumi hari ini, Jumat, 15 Maret 2019.

Menurut Peneliti Pusat Ilmu Antariksa LAPAN Rhorom Priyatikanto, hari ini tidak ada potensi badai Matahari yang signifikan.

Waspada, Jumat Besok Ada Badai Matahari ke Arah Bumi

"Beberapa lembaga pemantau cuaca antariksa memberikan prediksi yang selaras dengan prediksi kami di swifts.sains.lapan.go.id, bahwa hari ini tidak ada potensi badai yang signifikan," ujar Rhorom, saat dihubungi Tempo melalui pesan WhatsApp, Jumat pagi, 15 Maret 2019.

Sebelumnya, lembaga layanan cuaca Inggris Met Office memberikan peringatan bahwa Jumat, 15 Maret 2019, akan terjadi ledakan besar sinar kosmik dari Matahari menuju Bumi. Badai Matahari itu dapat melumpuhkan GPS, sinyal ponsel dan TV digital, seperti dilansir laman express, Rabu, 13 Maret 2019.

Fenomena tersebut merupakan hasil dari lubang berbentuk ngarai di atmosfer atas Matahari. Celah panjang dan sempit di atmosfer Matahari, yang dikenal sebagai lubang koronal, melepaskan rentetan sinar kosmik. Pakar peramalan cuaca luar angkasa memperkirakan badai matahari akan mencapai Bumi.

Lubang korona pada 13 Maret 2019. Posisi lubang korona di sekitar ekuator matahari. (instagram/lapan-ri)

"Beberapa hari terakhir memang ada lubang korona yang mengarah ke Bumi. Lubang ini menjadi sumber angin surya berkecepatan tinggi, yakni aliran partikel bermuatan dari matahari," kata Rhorom. "Partikel ini tidak mudah mencapai muka Bumi karena ada medan magnet yang membelokkannya. Sebagian partikel dapat masuk dan membentuk aurora di dekat kutub".

Selain itu, laman Space Weather juga memperjelas bahwa lubang akan berbentuk ngarai di atmosfer Matahari menghadap Bumi, dan itu memuntahkan aliran angin matahari ke arah Bumi. Fenomena yang juga disebut badai geomagnetik minor G1 tidak berbahaya.

Menurut Rhorom, peningkatan intensitas angin surya mungkin terjadi, tapi tidak meningkat tajam. Bukan kasus ekstrim yang mengganggu sinyal dan membahayakan manusia dengan beragam aktivitasnya.

"Lubang korona yang teramati saat ini diperkirakan hanya memicu badai geomagnet kelas G0-G1. G0 bermakna tidak ada badai, G1 badai lemah, dan seterusnya sampai G5 badai ekstrim. G5 jarang terjadi, terakhir tahun 2003," tutur Rhorom.

8 Badai Matahari Terbesar yang Pernah Terjadi dalam Sejarah

Advertising
Advertising

Berita terkait

BRIN: Satelit LAPAN Bantu Proses Komunikasi Wilayah Terlanda Bencana

31 hari lalu

BRIN: Satelit LAPAN Bantu Proses Komunikasi Wilayah Terlanda Bencana

Satelit LAPAN-A2/LAPAN-ORARI merupakan salah satu hasil riset karya anak bangsa yang dikembangkan oleh BRIN.

Baca Selengkapnya

Ramai Isu Badai Matahari, Peneliti Antariksa BRIN Jelaskan Dampaknya ke Bumi

44 hari lalu

Ramai Isu Badai Matahari, Peneliti Antariksa BRIN Jelaskan Dampaknya ke Bumi

Badai matahari merupakan istilah dari aktivitas tata surya terkait bintik matahari yang kemunculannya bisa diamati atau dipantau dari bumi.

Baca Selengkapnya

Ledakan Beruntun Bintik Matahari Raksasa, Apa Dampaknya ke Bumi?

28 Februari 2024

Ledakan Beruntun Bintik Matahari Raksasa, Apa Dampaknya ke Bumi?

Bintik di salah satu sisi matahari mengeluarkan sejumlah ledakan dahsyat pada pekan lalu. Lontaran gelombangnya menghadap ke bumi.

Baca Selengkapnya

Apa Itu Badai Matahari yang Dikabarkan Bakal Hantam Bumi di akhir 2023

22 Desember 2023

Apa Itu Badai Matahari yang Dikabarkan Bakal Hantam Bumi di akhir 2023

Badai matahari dikabarkan akan menghantam bumi pada akhir tahun 2023? Kenali apa itu badai matahari di artikel ini.

Baca Selengkapnya

Jalan Panjang LIPI Menjadi BRIN, Berikut Tugas dan Fungsinya

24 Agustus 2023

Jalan Panjang LIPI Menjadi BRIN, Berikut Tugas dan Fungsinya

LIPI didirikan 56 tahun lalu, pada 6 September 2021 diubah menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Apakah tugas dan fungsinya tetap sama?

Baca Selengkapnya

Hari Raya Idul Fitri Akan Dirayakan 2 Kali Setahun Pada 2030, Kok Bisa?

18 April 2023

Hari Raya Idul Fitri Akan Dirayakan 2 Kali Setahun Pada 2030, Kok Bisa?

Pada 2030, Hari Raya Idul Fitri akan terjadi 2 kali dalam setahun. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Laboratorium LAPAN di Pasuruan Ditutup, Kepala BRIN: Kecil Banget

10 Februari 2023

Laboratorium LAPAN di Pasuruan Ditutup, Kepala BRIN: Kecil Banget

Kepala BRIN juga menilai alat yang ada hanya teropong kecil dan balon.

Baca Selengkapnya

BRIN Tutup Balai Pengamatan di Pasuruan, Astronom Amatir Sedih

9 Februari 2023

BRIN Tutup Balai Pengamatan di Pasuruan, Astronom Amatir Sedih

Astronom amatir mengenang Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer di Watukosek, Pasuruan, Jawa Timur. BRIN telah meninggalkannya mulai awal bulan ini.

Baca Selengkapnya

Era BRIN: Fasilitas Riset Ini Berpamitan Setelah Beroperasi 35 Tahun

2 Februari 2023

Era BRIN: Fasilitas Riset Ini Berpamitan Setelah Beroperasi 35 Tahun

BRIN Pasuruan, Jawa Timur, mengucap salam perpisahan pada 31 Januari 2023. Puluhan orang terdampak, harus memilih penempatan unit baru.

Baca Selengkapnya

Seabad Usia Observatorium Bosscha, Waktunya Astronom Pindah ke Timau?

30 Januari 2023

Seabad Usia Observatorium Bosscha, Waktunya Astronom Pindah ke Timau?

Observatorium Bosscha genap berusia 100 tahun. Astronom BRIN cerita polusi cahaya parah dari Kota Bandung.

Baca Selengkapnya