Peneliti: Tsunami Anak Krakatau dari Longsoran Akibat Gempa

Sabtu, 16 Maret 2019 13:19 WIB

Suasana pantauan udara dari lokasi terjadinya tsunami di Pantai Tanjung Lesung, Pantai Sumur, Pantai Teluk Lada, Pantai Panimbang, dan Pantai Carita di Kabupaten Pandeglang, Banten pada Ahad, 23 Desember 2018. Tsunami ini diduga akibat erupsi Gunung Anak Krakatau. TEMPO/Syafiul Hadi

TEMPO.CO, Bandung - Tsunami Gunung Anak Krakatau pada 22 Desember 2018 lalu diyakini disebabkan oleh longsoran yang dipicu gempa bumi. Peneliti dari Pusat Survei Geologi Asdani Soehami menyimpulkan kejadian itu dengan analisis data mekanisme sumber gempa bumi.

Baca: Peneliti Geologi: Waspada Gempa Besar dan Tsunami Selat Sunda

“Terjadi gempa di sana dan record-nya ada,” kata Asdani saat acara Geoseminar di Auditorium Museum Geologi Bandung, Jumat, 15 Maret 2019.

Sebelum muncul tsunami, ujarnya, ada catatan gempa dari badan geofisika Jerman, GFZ. Besaran gempanya 5,0 di sekitar Gunung Anak Krakatau. Lindu itu juga tercatat empat stasiun pemantau Badan Geologi seperti di Rajabasa Lampung, Gunung Gede, Salak, dan Sertung.

Peneliti gempa itu mendapat kesamaan dengan data GFZ terkait mekanisme fokal atau mekanisme sumber gempa bumi. “Hasilnya memperkuat keyakinan saya memang terjadi gempa, dan ada rekaman gempa dari berbagai lokasi,” ujarnya.

Advertising
Advertising

Mekanisme itu disebutnya strike slip dan pusat gempanya di dekat Gunung Anak Krakatau. Peristiwa gempa bumi itu patahan aktif mendatar menganan turun. Gunung itu, menurutnya, teriris oleh kelurusan patahan, sehingga saat terjadi gempa itu, ada blok batuan yang turun dan naik.

Blok yang turun itu kemudian meruntuhkan material sedimen hasil letusan gunung yang bertumpuk di lereng sebelah tenggara-barat daya. Longsoran itu, kata Asdani, kemudian meluncur ke dalam cekungan di laut sekitar gunung. “Begitu longsor masuk cekungan sedalam 300 meter, itu bisa menimbulkan tsunami yang cukup dahsyat,” ujarnya.

Gempa dan longsoran itu, menurutnya, terjadi dengan gerakan cepat. Dari hasil perbandingannya dengan tsunami letusan Gunung Krakatau 1883, daerah landaannya persis dengan tsunami Desember 2018.

Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) juga mencatat adanya getaran setara magnitude 3,4 yang bertitik sumber di lereng Gunung Anak Krakatau. Namun BMKG tidak mengakuinya sebagai gempa bumi, melainkan longsoran material gunung. "Kalau gempa dengan kekuatan (magnitude) 5, mana ada manusia tidak merasakan," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono saat dihubungi Senin, 24 Desember 2018.

Longsoran itu, menurut BMKG, kemudian memicu tsunami, di antaranya sekitar setengah jam kemudian sampai di pesisir barat Banten.

Berita terkait

Gempa Mengguncang Kuat Seram Sampai Papua, Ini Penjelasan BMKG

4 jam lalu

Gempa Mengguncang Kuat Seram Sampai Papua, Ini Penjelasan BMKG

Gempa M6,0 yang mengguncang Seram Bagian Utara, Maluku, pada Senin dinihari masih memiliki rangkaian gempa susulan hingga pagi

Baca Selengkapnya

Gempa Terkini Kembali Getarkan Bawean, Kenapa Masih Terus Terjadi?

1 hari lalu

Gempa Terkini Kembali Getarkan Bawean, Kenapa Masih Terus Terjadi?

BMKG mencatat gempa terkini yang guncangannya bisa dirasakan terjadi di Bawean, Gresik, Jawa Timur, pada Minggu pagi ini, 5 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Bima NTB Diguncang Gempa Magnitudo 4,9, Dampak Pergerakan Lempeng Indo-Australia

1 hari lalu

Bima NTB Diguncang Gempa Magnitudo 4,9, Dampak Pergerakan Lempeng Indo-Australia

Gempa M4,9 di area Bima, NTB, dipicu aktivitas lempeng Indo-Australia. Tidak ada gempa susulan dan tidak berpotensi tsunami.

Baca Selengkapnya

Warga Jawa Barat Rasakan 6 Gempa Sepanjang April 2024, Sebenarnya Terjadi 106 Kali

2 hari lalu

Warga Jawa Barat Rasakan 6 Gempa Sepanjang April 2024, Sebenarnya Terjadi 106 Kali

BMKG mencatat 106 kali gempa di Jawa Barat pada April 2024. Dari 6 guncangan yang terasa, gempa Garut M6,2 jadi yang paling besar.

Baca Selengkapnya

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

2 hari lalu

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.

Baca Selengkapnya

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

3 hari lalu

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.

Baca Selengkapnya

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

3 hari lalu

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

Di Indonesia diperkirakan terdapat 200 ribu spesies jamur, yang di antaranya mampu memproduksi enzim.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

4 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

4 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

4 Kali Gempa Menggoyang Garut dari Berbagai Sumber, Ini Data BMKG

4 hari lalu

4 Kali Gempa Menggoyang Garut dari Berbagai Sumber, Ini Data BMKG

Garut dan sebagian wilayah di Jawa Barat kembali digoyang gempa pada Rabu malam, 1 Mei 2024. Buat Garut ini yang keempat kalinya sejak Sabtu lalu.

Baca Selengkapnya