Harimau Sumatera Korban Perangkap Itu Akhirnya Mati

Reporter

Antara

Editor

Yudono Yanuar

Kamis, 4 Juli 2019 09:33 WIB

Petugas medis BBKSDA Riau, BKSDA Sumbar dan Yayassn Arsyari / PRHSD melakukan kegiatan rekam medik terhadap harimau Inung Rio yang terjerat, Kamis (28/3/2019). (Antaranews/HO-BBKSDA Riau)

TEMPO.CO, Jakarta - Harimau sumatera, yang diberi nama Inung Rio, mati saat mendapat perawatan di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera di Dharmasraya (PR-HSD), Sumatera Barat pada 15 April 2019.

Baca juga: Harimau Sumatera Ditemukan Terluka Parah Mulai Pulih

Pihak Yayasan Arsari Djojohadikusumo selaku pengelola PR-HSD mengungkapkan bahwa Inung mati akibat komplikasi penyakit.

“Harimau Inung Rio mati karena komplikasi berbagai penyakit bawaan sebelum direhabilitasi di PR-HSD,” kata Direktur Eksekutif Yayasan Arsari Djojohadikusumo, Catrini Pratihari Kubontubuh ketika dihubungi Antara dari Pekanbaru, Rabu, 3 Juli 2019.

Harimau Sumatera (panthera tigris sumatrae) itu sebelumnya terjerat di kawasan restorasi ekosistem Riau (RER) yang dikelola PT Gemilang Cipta Nusantara (GCN) di Desa Sangar, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau pada Maret 2019. Harimau jantan yang diperkirakan berusia 3 hingga 4 tahun itu terluka parah di kaki depan bagian kirinya akibat jerat sling baja.

Advertising
Advertising

Untuk proses penanganan lebih lanjut, harimau yang diberi nama Inung Rio itu dititipkan oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau ke PR-HSD, namun umur satwa belang itu hanya bertahan 20 hari karena komplikasi penyakitnya.

Catrini mengungkapkan tim dokter hewan langsung melakukan bedah bangkai atau nekropsi pada 16 April 2019, sehari setelah kematian Inung. Hasil diagnosa awal juga sudah disampaikan kepada BBKSDA Sumatera Barat pada 18 April 2019.

Dalam surat itu dijelaskan bahwa diagnosa sementara Inung Rio mati akibat pneumonia, gangguan fungsi saraf, kegagalan sirkulasi darah dan distemper yang ditandai dengan adanya pembentukan eksudat dan peradangan hebat pada organ paru. Kemudian juga ada pendarahan pada selaput otak, pembendungan pembuluh darah pada otak besar serta kerusakan jaringan hebat pada organ hati, limpa dan jantung.

Ia mengatakan pihaknya juga sudah melakukan pemeriksaan di laboratorium untuk hasil diagnosa tetap yang lebih rinci. Menurut dia, hasil lab keluar pada 12 Juni 2019 dan hasilnya langsung dilaporkan pada 13 Juni 2019 ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Surat itu juga ditembuskan ke Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK, Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati KLHK, Kepala BBKSDA Riau dan Kepala BBKSDA Sumbar. Namun, ia menyebutkan pihaknya merasa tidak berwenang untuk menyampaikan hasil diagnosa tetap karena KLHK berjanji akan mengeluarkan pernyataan pers tentang hal tersebut.

“Mohon maaf lampiran data kami serahkan langsung ke KLHK agar satu pintu,” ujarnya.

Berdasarkan rekam berita Antara, terakhir kali BBKSDA Riau menyampaikan kondisi Inung Rio pada 12 April 2019. Kepala BBKSDA Riau, Suharyono saat itu menyampaikan proses kesembuhan luka jerat Inung Rio menunjukkan progres yang baik, tampak luka mulai menutup dengan kedalaman luka yang mendangkal. Ia juga mengatakan harimau itu sakit akibat infeksi sistemik yang disebabkan oleh luka terbuka di kaki kiri, dan infeksi organ hepatika atau hati.

Suharyono belum bersedia untuk berkomentar terkait matinya harimau sumatera Inung Rio.

Berita terkait

Tersangka Kasus Perdagangan Satwa Dilindungi di Makassar Segera Jalani Persidangan

9 hari lalu

Tersangka Kasus Perdagangan Satwa Dilindungi di Makassar Segera Jalani Persidangan

Saat ini kejahatan perdagangan satwa dilindungi kerap dilakukan melalui media online.

Baca Selengkapnya

Masukkan Sektor Laut Dalam Second NDC, KLHK: Ekosistem Pesisir Menyerap Karbon

10 hari lalu

Masukkan Sektor Laut Dalam Second NDC, KLHK: Ekosistem Pesisir Menyerap Karbon

KLHK memasukkan sektor kelautan ke dalam dokumen Second NDC Indonesia. Potensi mangrove dan padang lamun ditonjolkan.

Baca Selengkapnya

Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, KLHK Prioritaskan Pembatasan Gas HFC

10 hari lalu

Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, KLHK Prioritaskan Pembatasan Gas HFC

Setiap negara bebas memilih untuk mengurangi gas rumah kaca yang akan dikurangi atau dikelola.

Baca Selengkapnya

Ditarget Rampung Tahun Ini, Begini RUU KSDAHE Beri Ruang Dukungan untuk Konservasi Internasional

16 hari lalu

Ditarget Rampung Tahun Ini, Begini RUU KSDAHE Beri Ruang Dukungan untuk Konservasi Internasional

Rancangan Undang-undang tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya atau RUU KSDAHE ditarget segera disahkan pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Temuan Baru Anak Badak Jawa di Ujung Kulon, KLHK: Masih Banyak Ancaman

25 hari lalu

Temuan Baru Anak Badak Jawa di Ujung Kulon, KLHK: Masih Banyak Ancaman

Temuan individu baru badak Jawa menambah populasi satwa dilindungi tersebut di Taman Nasional Ujung Kulon. Beragam ancaman masih mengintai.

Baca Selengkapnya

Kualitas Udara Jakarta dan Sekitarnya Membaik, Gara-gara Mudik Lebaran?

25 hari lalu

Kualitas Udara Jakarta dan Sekitarnya Membaik, Gara-gara Mudik Lebaran?

Selama tiga hari terakhir, bersamaan dengan mudik lebaran, 11 stasiun pemantau kualitas udara Jakarta dan sekitarnya mencatat membaiknya level ISPU.

Baca Selengkapnya

Turut Dipicu Pasar Tumpah, Tambahan Sampah H-1 Lebaran di Depok Bisa Mencapai 180 Ton

25 hari lalu

Turut Dipicu Pasar Tumpah, Tambahan Sampah H-1 Lebaran di Depok Bisa Mencapai 180 Ton

Sampah di Depok diprediksi bertambah hingga 180 ton dari hari biasa pada malam Lebaran. Muncul dari pasar tumpah.

Baca Selengkapnya

KLHK: Ada Potensi Sampah 58 Juta Kilogram dari 2 Minggu Arus Mudik dan Balik Lebaran

28 hari lalu

KLHK: Ada Potensi Sampah 58 Juta Kilogram dari 2 Minggu Arus Mudik dan Balik Lebaran

KLHK menghitung potensi sampah hingga 58 juta kilogram dari mobilitas 193,6 juta penduduk dalam periode dua minggu arus mudik dan balik Lebaran 2024.

Baca Selengkapnya

Kena Getah Penambangan Ilegal di IKN

32 hari lalu

Kena Getah Penambangan Ilegal di IKN

KLHK menjatuhkan denda Rp 1,34 miliar kepada pemilik konsesi PT Mandiri Sejahtera Energindo di areal IKN. Penambangan diduga dilakukan pihak lain.

Baca Selengkapnya

Publikasi Penelitian Harimau Jawa di Jurnal Ilmiah, Peneliti Sempat Sepelekan Temuan

35 hari lalu

Publikasi Penelitian Harimau Jawa di Jurnal Ilmiah, Peneliti Sempat Sepelekan Temuan

Baru-baru ini ada publikasi hasil analisis pemeriksaan DNA dari sehelai rambut yang membuktikan keberadaan harimau jawa di Sukabumi, Jawa Barat.

Baca Selengkapnya