Cara Mengangkat Batu Situs Stonehenge, Arkeolog: Pakai Lemak Babi

Reporter

Tempo.co

Editor

Yudono Yanuar

Senin, 22 Juli 2019 09:00 WIB

Monumen Stonehenge di dataran Salisbury, Wiltshire, Inggris. REUTERS/Kieran Doherty

TEMPO.CO, Jakarta - Banyak teori bagaimana peninggalan megalitik Stonehenge di Inggris dulu dibuat, terutama dengan alat apa batu besar seberat 25 ton itu diletakkan di atas batu-batu lain setinggi 4 meter. Stonehenge dibuat sekitar 3.000 tahun Sebelum Masehi.

Baca juga: Beberapa Batu Stonehenge Sudah Ada Sebelum Peradaban Manusia

Beberapa teori menyebutkan, bahwa batu dipasang di puncak batu tegak dengan menggelindingkannya di atas tumpukan kayu bulat sampai teori yang menyebut Stonehenge adalah buatan Alien.

Sebuah penelitian baru yang dilakukan arkeolog Inggris menemukan bahwa kemungkinan batu-batu berukuran raksasa itu digeser menggunakan kereta luncur yang diminyaki lemak babi.

Kesimpulan ini diambil setelah penelitian terhadap sejumlah mangkuk gerabah di sekitar situs, yang semula diduga hanya sebagai alat masak. Arkeolog Lisa-Marie Shillito menyimpulkan bahwa banyak wadah itu mungkin telah digunakan untuk mengumpulkan lemak yang menetes dari daging babi saat dipanggang.

Advertising
Advertising

Minyak itu digunakan untuk melumasi kereta luncur yang diyakini sebagian besar arkeolog digunakan untuk memindahkan batu.
"Sampai sekarang, telah ada asumsi umum bahwa jejak lemak hewani yang diserap oleh potongan-potongan tembikar ini terkait dengan memasak dan konsumsi makanan, dan ini mengarahkan interpretasi awal ke arah itu," kata Shillito dalam sebuah pernyataan.

"Tapi mungkin ada hal-hal lain yang terjadi juga, dan residu ini bisa menjadi bukti dari teori kereta luncur yang dilumuri minyak."

Fragmen gerabah itu berasal dari Durrington Walls, sebuah situs dekat Stonehenge tempat para pekerja tinggal saat membangun monumen. Sejak penggalian dimulai pada 1960-an, para arkeolog telah menemukan kombinasi artefak yang membingungkan di situs tersebut, termasuk fragmen tembikar dan sisa-sisa hewan.

Para arkeolog dapat belajar banyak tentang pecahan-pecahan tembikar dengan menganalisis bentuk, ukuran, dan bahan dari mana mereka dibuat. Selama sekitar 30 tahun, para peneliti juga menggunakan teknik yang disebut analisis residu organik untuk menduga apa yang orang-orang kuno masukkan ke dalam wadah.

Dengan melihat jejak senyawa yang tertinggal, termasuk isotop, atau versi berbeda dari unsur-unsur kimia, "kita dapat menentukan jenis makanan apa yang diproses dalam wadah ini," kata Julie Dunne, seorang arkeolog biomolekul di Universitas Bristol Inggris.

Sebuah analisis pada 2018 menyebutkan bahwa sekitar sepertiga wadah gerabah yang ditemukan, digunakan untuk memasak daging babi.

"Kami menemukan jumlah lipid dalam pot yang sangat tinggi," kata Dunne, yang tidak terlibat dalam penelitian ini. "Panci itu sendiri cukup besar, dan mereka memiliki sinyal lipid yang tinggi, yang berarti mereka mungkin digunakan untuk memproses banyak produk hewani."

Hanya ada satu masalah dengan kesimpulan studi 2018 bahwa pot digunakan untuk memasak daging babi: tulang babi yang ditemukan di situs tersebut berasal dari hewan yang belum dimasak dalam wadah.

Mayoritas tulang babi yang ditemukan di situs itu hangus bagian ujungnya, menunjukkan mereka terkena api terbuka, dan banyak kerangka ditemukan utuh, demikian hasil penelitian yang muncul di jurnal Antiquity, 15 Juli 2019.

Bagaimanapun, seekor babi utuh tidak bisa masuk ke dalam wadah gerabah. Bukti itu dan bukti-bukti lain membuat Shillito berpendapat bahwa wadah itu bukan untuk memasak makanan tetapi untuk mengumpulkan dan menyimpan lemak babi yang digunakan dalam pembangunan Stonehenge.

Pada 2018, Barney Harris, seorang mahasiswa doktoral arkeologi di University College London, memimpin simulasi teori kereta luncur yang dilumasi minyak. Dia dan relawannya menunjukkan bahwa 10 orang dapat memindahkan 1 ton (0,9 metrik ton) batu dengan kecepatan 1,6 km / jam.

Temuan Shillito "sesuai dengan pengamatan yang tidak dipublikasikan yang dibuat selama percobaan pemindahan batu saya di London," kata Harris kepada Live Science.

Baca juga: Menikmati Wisata Batu Misterius ala Stonehenge di Indonesia

Teori kereta luncur yang diminyaki juga didukung oleh contoh-contoh pekerja dari peradaban lain yang secara mandiri mengembangkan metode serupa. Penggambaran dari Mesopotamia dan Mesir kuno menunjukkan para pekerja yang tampaknya menggunakan pelumas cair untuk memindahkan balok-balok batu besar, dan seorang arkeolog eksperimental yang bekerja di Pulau Paskah menggunakan pepaya tumbuk untuk membantu memindahkan batu-batu besar.

Berita lain tentang Stonehenge dan penelitian arkeologi, bisa Anda simak di Tempo.co.

LIVESCIENCE | PHYS.ORG

Berita terkait

UGM Raih 25 Bidang Ilmu Peringkat QS WUR 2024, Apa Itu?

13 hari lalu

UGM Raih 25 Bidang Ilmu Peringkat QS WUR 2024, Apa Itu?

Apa itu QS World University Rankings (WUR) yang menobatkan UGM meraih 25 bidang ilmu dalam pemeringkatan ini?

Baca Selengkapnya

Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

32 hari lalu

Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

33 hari lalu

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

Topik tentang pencabutan artikel Gunung Padang bisa mencoreng nama penulis dan reviewer menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Piramida Purba di Gunung Padang, Begini Suara Kontra Arkeolog Asing

34 hari lalu

Piramida Purba di Gunung Padang, Begini Suara Kontra Arkeolog Asing

Arkeolog asal Singapura ini lega publikasi laporan penelitian situs Gunung Padang ditarik penerbit jurnal. Sebut kental pseudoarchaeological.

Baca Selengkapnya

Publikasi Gunung Padang Piramida Tertua di Dunia Dicabut, Penelitinya: Saya Nyaman-nyaman Saja

35 hari lalu

Publikasi Gunung Padang Piramida Tertua di Dunia Dicabut, Penelitinya: Saya Nyaman-nyaman Saja

Dia mengaku nyaman-nyaman saja saat pertama mendengar kepastian laporan penelitian situs Gunung Padang dicabut publikasinya dari jurnal ilmiah.

Baca Selengkapnya

Rencana Tim Peneliti Situs Gunung Padang Setelah Pencabutan Publikasi dari Jurnal

37 hari lalu

Rencana Tim Peneliti Situs Gunung Padang Setelah Pencabutan Publikasi dari Jurnal

Tim peneliti situs Gunung Padang akan mengirimkan penelitian yang dicabut Willey Online Library ke jurnal lagi, namun dalam bentuk berbeda.

Baca Selengkapnya

Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

38 hari lalu

Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

Tim peneliti Gunung Padang sedang berkoordinasi apakah akan menempuh mekanisme pengaduan ke komite etik yang mewadahi jurnal internasional.

Baca Selengkapnya

Publikasi Ilmiah Situs Gunung Padang Dicabut dari Jurnal, Ini Alasannya

38 hari lalu

Publikasi Ilmiah Situs Gunung Padang Dicabut dari Jurnal, Ini Alasannya

Wiley Online Library mengumumkan mencabut publikasi artikel ilmiah berisi hasil penelitian situs megalitik Gunung Padang di Cianjur dari jurnalnya.

Baca Selengkapnya

Peneliti UI Datangi Lokasi Temuan Batu Berlapis Dikira Situs Kuno di Rejang Lebong

55 hari lalu

Peneliti UI Datangi Lokasi Temuan Batu Berlapis Dikira Situs Kuno di Rejang Lebong

Tim peneliti UI bergabung dengan peneliti dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VII Bengkulu-Lampung

Baca Selengkapnya

Arab Saudi Temukan Ribuan Artefak pada Awal Periode Islam

6 Februari 2024

Arab Saudi Temukan Ribuan Artefak pada Awal Periode Islam

Di antara temuan arkeologi itu adalah artefak-artefak dari Masjid Usman bin Affan pada abad ke 7 hingga ke 8 sebelum masehi

Baca Selengkapnya