WWF Indonesia: Karhutla 2019 Tidak Separah 2015, tapi...

Kamis, 19 September 2019 12:28 WIB

Foto udara kondisi hutan dan lahan yang terbakar berdampingan dengan lahan kebun sawit milik salah satu perusahaan sawit di Indonesia, di Desa Tuah Indrapura, Kabupaten Siak, Riau, Rabu, 18 September 2019. Kebakaran hutan dan lahan yang melanda daerah tersebut menghanguskan ratusan hektar lahan. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Policy & Advocacy WWF Indonesia Aditya Bayunanda membandingkan kasus kebakaran hutan dan lahan 2015 dengan tahun ini di wilayah Kalimantan dan Sumatera. Menurut Aditya kedua peristiwa karhutla itu berbeda.

"Pemerintah perlu mendudukkan persoalan karhutla yang terjadi, dan jangan dianggap normal. Jika kita bandingkan 2015, itu terjadi karena fase hangat el nino di beberapa tempat. Selama setahun lebih tidak hujan itu dahsyat sekali dan akibatnya luar biasa," ujar Aditya, di Kantor WWF Indonesia, Jakarta Selatan, Selasa, 17 September 2019.

Karhutla pada 2015 menyebabkan kerugian negara hingga Rp 221 triliun dan lahan yang terbakar mencapai 2,6 juta hektare. Dalam diskusi Indonesia Darurat Karhutla dan Upaya Penyelamatan Hutan yang Tersisa, Aditya menyampaikan bahwa 2015 adalah karhutla yang lebih parah dibandingkan 2019.

Seharusnya, kata Aditya, peristiwa 2015 bisa dijadikan pembelajaran untuk mengatasi karhutla tahun ini. "Kita beruntung pada 2016-2018. Dan 2019 sebenarnya bukan kemarau yang ekstraordinari, ini kemarau normal," kata Aditya.

Untuk 2019, berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui SiPongi Karhutla Monitoring System, rekapitulasi luas karhutla pada 2019 mencapai 328.722 hektare. Yang jika tanpa dukungan dan inovasi penanganan, karhutla tahun ini bisa sama buruknya dengan tahun sebelumnya yaitu seluas 510.564,21 hektare.

Hingga hari ini, Adtya menambahkan, upaya pemadaman karhutla yang dipimpin KLHK beserta tim gabungan yang terdiri dari BNPB, BPBD, Polisi, TNI, masyarakat dan LSM terus dilakukan.

"Selama 7 hari, kalau kita lihat di peta, menunjukkan kebakaran di mana-mana, di wilayah produksi, konsesi, di luar konsesi, termasuk area konservasi," kata Aditya. "Kita harus tidak mau menerima ini secara biasa, bandara tutup, sekolah libur, mereka tidak bisa keluar sejak 2-3 minggu lalu."

Selain itu, Aditya berujar, ada masalah ISPA, karena akibatnya kemungkinan tidak langsung. Lukas Adhyakso, Direktur Konservasi WWF Indonesia mengajak untuk peduli terhadap karhutla.

Berita terkait

Mentan Amran Genjot Produksi di NTB Melalui Pompanisasi

21 jam lalu

Mentan Amran Genjot Produksi di NTB Melalui Pompanisasi

Kekeringan El Nino sudah overlap dan harus waspada.

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

3 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

5 Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas, Indonesia Diserang DBD

4 hari lalu

5 Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas, Indonesia Diserang DBD

Negara-negara Asia Tenggara tengah berjuang melawan gelombang panas yang mematikan tahun ini.

Baca Selengkapnya

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

7 hari lalu

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

Sekitar 140 paus pilot yang terdampar di perairan dangkal negara bagian Australia Barat. Apakah jenis paus pilot itu?

Baca Selengkapnya

Separuh Jawa Barat Kemarau Mulai Juni, Durasi Cuaca Kering di Indramayu Paling Panjang

9 hari lalu

Separuh Jawa Barat Kemarau Mulai Juni, Durasi Cuaca Kering di Indramayu Paling Panjang

Sebagian besar Jawa Barat baru akan memasuki kemarau pada pertengahan 2024. Durasi di beberapa wilayah lebih panjang.

Baca Selengkapnya

Harga Gabah Anjlok, Kemendag: Gara-gara Panen Raya

9 hari lalu

Harga Gabah Anjlok, Kemendag: Gara-gara Panen Raya

Harga gabah anjlok menjadi Rp 4.500 per kilogram. Kemendag sebut gara-gara panen raya.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

13 hari lalu

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam turun menjadi di bawah 5 persen karena dampak konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Tanggapi Airlangga Hartarto soal Produksi Beras Anjlok 5,88 Juta Ton karena El Nino: Bluffing Luar Biasa

19 hari lalu

Faisal Basri Tanggapi Airlangga Hartarto soal Produksi Beras Anjlok 5,88 Juta Ton karena El Nino: Bluffing Luar Biasa

Faisal Basri mengkritik statment Airlangga Hartarto dalam sidang sengketa Mahkamah Konstitusi yang menyebut produksi beras di Indonesia turun karena El Nino.

Baca Selengkapnya

Pemahaman ENSO, IOD, dan Hujan Ekstrem di Indonesia Dinilai Masih Sangat Terbatas

28 hari lalu

Pemahaman ENSO, IOD, dan Hujan Ekstrem di Indonesia Dinilai Masih Sangat Terbatas

Kemungkinan besar hujan ekstrem semakin ekstrem di masa depan termasuk di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Airlangga Sebut Perlinsos Sudah Dibahas Transparan dan Akuntabel Bersama DPR

28 hari lalu

Airlangga Sebut Perlinsos Sudah Dibahas Transparan dan Akuntabel Bersama DPR

Airlangga mengatakan sejumlah negara termasuk Indonesia terdampak El Nino pada bulan Desember 2023.

Baca Selengkapnya