Di Balik Nama COVID-19 untuk Virus Corona Mematikan Asal Wuhan

Reporter

Terjemahan

Rabu, 12 Februari 2020 12:21 WIB

Petugas medis menggunakan pakaian pelindung saat mengunjungi pasien virus corona baru di unit perawatan intensif (ICU) rumah sakit di Wuhan, provinsi Hubei, Cina 6 Februari 2020. Jumlah orang yang meninggal dunia akibat virus korona baru melonjak menjadi 908. China Daily via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Kesehatan Dunia atau WHO telah menetapkan nama untuk virus corona baru yang sedang mewabah dari Wuhan, Cina. WHO menyebut virus itu memberi 'ancaman yang sangat menakutkan' untuk dunia saat ini, namun tetap ada kesempatan untuk menghentikannya.

"Dan kita telah memiliki nama untuk virus itu. Dia adalah COVID-19," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam keterangan yang diberikannya di markas WHO di Jenewa, Swiss, Selasa 11 Februari 2020. Tedros mengeja 'co' berarti 'corona, 'vi' untuk 'virus', dan 'd' adalah 'disease', sedang '19' menunjuk tahun ketika wabah teridentifikasi pertama yakni pada 31 Desember 2019.

Menurut Tedrosn, nama COVID-19 sengaja dipilih menghindari stigma terhadap lokasi geografis, spesies hewan, atau komunitas tertentu sesuai rekomendasi internasional dalam hal penamaan. Sebelumnya, label sementara yang diberikan WHO adalah "2019-nCoV", sedang Komisi Kesehatan Nasional Cina sejak awal pekan ini telah menggunakan nama "novel coronavirus pneumonia" atau NCP.

Berdasarkan panduan yang diterbitkannya 2015 lalu, WHO menyarankan tidak menggunakan nama lokasi seperti yang pernah dilakukannya dengan virus Ebola dan Zika. Penamaan dua virus itu menggunakan nama lokasi di mana penyakitnya pertama teridentifikasi, akibatnya publik kini selalu mengaitkan lokasi-penyakit itu.

Nama-nama yang lebih umum atau generik seperti halnya "Middle East Respiratory Syndrome atau MERS" atau "Flu Spanyol" juga kini dihindari karena bisa menciptakan stigma ke seluruh wilayah atau kelompok etnik tertentu. Menggunakan nama orang--biasanya nama penemunya--juga dilarang berdasarkan panduan terbaru WHO.

Advertising
Advertising

WHO juga mencatat kalau pemberian nama menggunakan nama spesies hewan bisa menciptakan kebingungan. Contoh yang ini ketika virus H1N1 populer sebagai flu babi pada 2009 lalu. Penamaan itu memukul industri babi meski penyakit flu itu sebenarnya bisa menyebar lebih luas karena penularan oleh manusia daripada oleh babi.

SCIENCEALERT

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

9 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

15 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

21 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

1 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

4 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

7 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

8 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya