Salah kaprah menduga sisik trenggiling adalah obat, dan dagingnya yang lezat, membuat mamalia bersisik ini diburu. Foto: @pangolinconservation
TEMPO.CO, Jakarta - Trenggiling tidak hanya berpotensi sebagai hewan perantara dalam kasus infeksi virus corona ke manusia. Tapi mamalia bersisik yang kerap ditemukan di Indonesia diselundupkan ke Cina itu juga memiliki virus corona sendiri.
"Trenggiling memang inang atau tempat virus corona. Ada analisis viral metagenomic dari trenggiling bahwa virus corona itu termasuk yang dominan bersama juga virus sendai," kata peneliti mikrobiologi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Sugiyono Saputra, ketika dihubungi, Kamis 13 Februari 2020.
Sugiyono menerangkan, sampai saat ini keberadaan kedua virus itu masih belum diketahui efek sampingnya untuk hewan inangnya. Bisa saja, kata Sugiyono, adanya virus corona dan sendai menyebabkan penyakit di hewan terancam punah itu. "Atau bisa juga menyebabkan kondisi sub-klinis, artinya tidak menimbulkan gejala."
Sebelumnya, virus corona jenis baru mewabah dari Wuhan, Cina. Virus yang kini dinamai COVID-19 sejauh ini menginfeksi puluhan ribu orang dan menyebabkan kematian lebih dari 1.000 orang di Cina saja. Sedang virus diketahui sudah menyebar ke lebih dari 25 negara.
Virus diduga menyebar dari kelelawar lewat perantara ular. Belakangan, South China Agricultural University di Guangzhou menyampaikan hasil penelitian yang menyimpulkan urutan genom virus corona dari trenggiling 99 persen identik dengan yang diambil dari pasien yang terinfeksi.
"Asumsinya bisa jadi memang ada rekombinasi antara virus yang dari kelelawar dengan yang ada di trenggiling itu, terus mengalami mutasi sehingga akhirnya bisa menginfeksi manusia," kata Sugiyono, "Tapi itu masih berupa kemungkinan-kemungkinan."
Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI
12 hari lalu
Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI
MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa