TEMPO.CO, Jakarta - Steve Walsh, seorang pebisnis asal Inggris, diduga telah menularkan virus corona mematikan (COVID-19) ke belasan orang lain sesama warga Inggris di beberapa negara. Secara tidak sengaja dia menjadi seorang 'superspreader'--berperan besar dalam penularan virus penyakit--karena perjalanan bisnis dan wisata yang dijalaninya.
Walsh yang diketahui terinfeksi virus corona saat berobat di sebuah klinik di Brighton, Inggris, teridentifikasi sebagai seorang superspreader pada Selasa, 11 Februari 2020. Semua bermula dari kehadirannya dalam sebuah seminar marketing di Singapura, 18-22 Januari lalu. Pimpinan proyek perusahaan analisis gas, Servomex, tersebut diduga membawa virus corona dari lokasi seminar itu
Dalam sebuah pernyataan yang dikirim lewat stafnya ke Washington Post, Walsh menyampaikan penyesalannya telah membuat orang lain tertular dan berdoa agar mereka bisa kembali sehat. Walsh sendiri telah dinyatakan sembuh oleh Layanan Kesehatan Nasional Inggris.
Dia sempat menjalani isolasi di rumah sakit setelah dipastikan positif terinfeksi virus yang telah menyebabkan kematian lebih dari 1000 orang dan menginfeksi lebih dari 41 ribu lainnya itu. "Ketika saya diisolasi pun, untuk antisipasi, keluarga saya diminta untuk mengisolasi diri," katanya.
Dalam pernyataan terpisah, Servomex mengungkap kelegaannya Walsh telah sembuh. "Kami terus mendukungnya dan keluarganya."
Otoritas kesehatan di Inggris langsung melacak perjalanan Walsh sejak dari Singapura karena mengetahui masa inkubasi virus itu bisa bertahan hingga 14 hari. Adapun Walsh, dari Singapura, sempat terbang ke Prancis lalu ke Swiss sebelum terbang pulang ke Inggris pada 28 Januari.
Di Prancis, Walsh berkunjung ke resor ski di Les Contamines-Montjoie di Pegunungan Alpen. Dia, menurut data Kementerian Kesehatan Prancis, tinggal di cottage bersama lima warga negara Inggris lainnya termasuk seorang anak usia sembilan tahun. Seluruhnya disebut positif terinfeksi COVID-19.