Studi: Virus Corona Bisa Bertahan Hidup di Meja dan Gagang Pintu
Reporter
Moh Khory Alfarizi
Editor
Zacharias Wuragil
Jumat, 14 Februari 2020 10:22 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Virus corona baru 2019-nCoV (sekarang COVID-19) belum diketahui secara detail asal dan penularannya. Untuk mendapat jawabannya para peneliti menggunakan pemahaman atas keluarga virus corona umumnya, termasuk yang sama mematikan yang sudah muncul lebih dulu seperti SARS dan MERS.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat menjelaskan, saat ini tidak jelas apakah seseorang bisa tertular COVID-19 lewat perantaraan benda mati. Misalnya, menyentuh gagang pintu yang sama yang pernah dipegang orang yang terinfeksi. Tangan yang memegangnya lalu digunakan menyentuh mulut, hidung, atau mungkin mata.
Meninjau literatur tentang virus corona yang ada pada manusia dan hewan, para peneliti menemukan bahwa patogen manusia dapat bertahan di permukaan sebuah benda dan tetap menular pada suhu kamar hingga sembilan hari. Sebagai pembanding, virus campak hanya bisa hidup di lingkungan bebas dua jam.
Peneliti terbaru di Jerman--diterbitkan di Journal of Hospital Infection--menunjukkan sebagian anggota keluarga virus corona pun dapat bertahan empat dan lima hari di atas berbagai benda berbahan aluminium, kayu, kertas, plastik, dan kaca. Sebagian lain, yang hanya menginfeksi hewan, bahkan ditemukan bisa bertahan lebih dari 28 hari.
"Suhu rendah dan kelembapan udara tinggi meningkatkan umur mereka," kata Gunter Kampf, dokter di Rumah Sakit Universitas Greifswald, Jerman, seperti dikutip laman Science Alert, Kamis, 13 Februari 2020.
Untuk mengurangi penyebaran virus corona secara umum, para penulis studi itu menyarankan setiap rumah sakit yang merawat pasien infeksi COVID-19 membersihkan lingkungannya lebih hati. Berbagai cairan dari natrium hipoklorit, hidrogen peroksida, atau etanol direkomendasikan digunakan.
"Di rumah sakit, ini bisa saja ada di pegangan pintu, tombol-tombol yang terpasang, meja samping tempat tidur, rangka tempat tidur dan benda-benda lain di sekitar pasien yang sering terbuat dari logam atau plastik," kata Kampf.
Riset dilakukan terhadap sejumlah virus corona selain COVID-19 tapi para penelitinya merasa perlu segera mempublikasikan temuan dengan alasan, bisa saja hal sama berlaku untuk virus baru itu. "Virus corona yang berbeda dianalisis, dan hasilnya semua sama," kata ahli virus, Eike Steinmann, dari Leibniz University Hanover, Jerman.
Tim peneliti mengindikasikan mereka tidak memiliki data apakah tangan bisa terkontaminasi virus corona setelah kontak dengan pasien atau setelah menyentuh permukaan yang terkontaminasi.
Sementara MERS tidak mudah ditransfer antar manusia seperti virus corona lainnya, sedangkan SARS menyebar dengan efisien setiap kali orang yang terinfeksi bersin atau batuk. Jika lendir atau liur (droplet) mendarat di permukaan dan disentuh oleh seseorang, itu dapat mencemari mereka, bahkan jika kontak terjadi beberapa hari setelah paparan awal.
SCIENCE ALERT | JOURNAL OF HOSPITAL INFECTION