Ilmuwan Temukan Salamander Tertua di Siberia, Usia 167 Juta Tahun

Kamis, 20 Februari 2020 16:43 WIB

Ilustrasi spesies salamander Egoria malashichevi yang baru ditemukan. Kredit: PA/Standard

TEMPO.CO, Jakarta - Para ilmuwan telah menemukan salamander tertua di dunia di Siberia. Spesimen amfibi yang penampilannya mirip kadal itu berumur 167 juta tahun.

Fosil itu ditemukan di kuburan hewan yang disebut tambang Berezovsky, tempat makhluk prasejarah lainnya, termasuk dinosaurus, reptil, ikan, dan mamalia telah ditemukan sebelumnya.

Ilmuwan menemukan empat tulang punggung fosil salamander kuno yang digali, termasuk bagian atas tulang belakang yang memungkinkan kepalanya bisa mengangguk.

“Dikenal sebagai Egoria malashichev, salamander itu kemungkinan berenang bersama makhluk laut lainnya, seperti hiu besar, kadal laut raksasa, dan kalajengking besar,” kata para peneliti, dalam jurnal penelitian yang diterbitkan dalam Plos One, baru-baru ini.

Menurut penulis utama studi tersebut, Pavel Skutschas, salamander pertama kali muncul dalam catatan fosil di Jurassic Tengah, termasuk perwakilan dari kedua keluarga salamander masa kini dan yang paling primitif.

Advertising
Advertising

"Ketika mereka baru saja muncul, salamander melakukan upaya untuk menempati ceruk ekologi yang berbeda. Adapun salamander yang baru ditemukan itu, ia menempati posisi tengah, meskipun secara morfologis, ia lebih dekat dengan primitif,” ujar Skutschas.

Skutschas menyebutkan bahwa penemuan itu sangat penting. Dia mencatat hal itu memungkinkan identifikasi spesies baru karena informasi unik yang muncul.

Salamander lain juga telah ditemukan di lokasi tersebut, termasuk versi panjang 2 kaki yang dikenal sebagai Urupia monstrosa yang hidup sekitar 165 juta tahun yang lalu. Skutschas menunjukkan bahwa Egoria Malashichev dan Urupia monstrosa mungkin mewakili genus yang sama, tapi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

"Pada musim semi mendatang, kolega kami dari Inggris akan datang ke St. Petersburg untuk mempelajari materi penelitian kami," tutur Skutschas. "Kami mungkin menemukan bahwa Urupia dan Egoria dulu memiliki habitat yang sangat luas, membentang di seluruh Eropa dan Asia."

PLOS ONE | FOX NEWS

Berita terkait

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

2 hari lalu

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.

Baca Selengkapnya

Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

2 hari lalu

Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

Berikut beberapa hewan yang kerap dijadikan hewan percobaan dalam penelitian:

Baca Selengkapnya

Begini Cara Menulis Artikel Ilmiah di Jurnal Terindeks Scopus

10 hari lalu

Begini Cara Menulis Artikel Ilmiah di Jurnal Terindeks Scopus

Jurnal terindeks Scopus menjadi salah satu tujuan para peneliti di Indonesia untuk mempublikasikan artikel ilmiah atau penelitiannya, bagaimana cara menulis artikel ilmiah yang terindeks scopus?

Baca Selengkapnya

Monash University Gelar World Health Summit, Demam Berdarah Hingga Penelitian Soal Obat Jadi Bahasan

18 hari lalu

Monash University Gelar World Health Summit, Demam Berdarah Hingga Penelitian Soal Obat Jadi Bahasan

World Health Summit akan pertama kali digelar di Monash University. Ada beberapa tema yang akan dibahas oleh peneliti, salah satunya, demam berdarah

Baca Selengkapnya

Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

24 hari lalu

Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

Sistem yang disebut dengan kode astronomi TYC 2505-672-1 memecahkan rekor alam semesta untuk gerhana matahari terlama.

Baca Selengkapnya

Publikasi Ilmiah Senasib Gunung Padang dan SNBP 2024 di Top 3 Tekno Berita Terkini

31 hari lalu

Publikasi Ilmiah Senasib Gunung Padang dan SNBP 2024 di Top 3 Tekno Berita Terkini

Seperti situs Gunung Padang, ada banyak laporan penelitian yang pernah dicabut dari jurnal ilmiah internasional. Cek asal negaranya yang terbanyak.

Baca Selengkapnya

Heboh Pencabutan Artikel Gunung Padang, Dua Negara Ini Catat Skor Tertinggi Penarikan Makalah di Jurnal

32 hari lalu

Heboh Pencabutan Artikel Gunung Padang, Dua Negara Ini Catat Skor Tertinggi Penarikan Makalah di Jurnal

Pencabutan artikel Gunung Padang pada 18 Maret 2024 didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.

Baca Selengkapnya

Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

32 hari lalu

Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Kronologi Pencabutan Artikel Arkeologi Situs Gunung Padang, Gerhana Bulan, Gempa Bawean

36 hari lalu

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Kronologi Pencabutan Artikel Arkeologi Situs Gunung Padang, Gerhana Bulan, Gempa Bawean

Topik tentang kronologi pencabutan artikel arkeologi situs Gunung Padang dari Jurnal Wiley menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Penanggalan Karbon dan Kontroversi Situs Gunung Padang

37 hari lalu

Penanggalan Karbon dan Kontroversi Situs Gunung Padang

Penerbit menyebut laporan penelitian situs Gunung Padang yang dibuat Danny Hilman dkk mengandung kekeliruan besar, terkait penanggalan karbon.

Baca Selengkapnya