Sedikit Kasus Virus Corona, Ini Kelemahan dan Kekuatan Afrika

Kamis, 12 Maret 2020 13:14 WIB

Petugas medis menggunakan pakaian pelindung saat memeriksa kondisi pasien terinfeksi virus corona di ruang isolasi Rumah Sakit Cremona di Italia Utara, 5 Maret 2020. Jumlah kasus infeksi virus corona di Italia sebanyak 7.375 kasus. LA7 PIAZZAPULITA/Reuters TV via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Para ahli masih belum mengetahui mengapa begitu sedikit kasus infeksi virus corona baru, COVID-19, yang dilaporkan di Afrika. Negara-negara di Afrika mestinya tak terkecuali dalam paparan penularan virus itu karena Cina--negara pertama yang mengalami epidemi--menjadi mitra dagang utama benua pemilik populasi 1,3 miliar orang itu.

Sejauh ini, saat sejumlah negara di Asia, Eropa, Timur Tengah, dan Amerika harus berjibaku melawan wabah virus corona tersebut, hanya Mesir di Afrika yang tercatat memiliki kasus menonjol. Sepanjang akhir pekan lalu, jumlah kasus infeksi COVID-19 di Mesir melonjak menjadi 59. Sedang di seluruh Afrika jumlah kasusnya tetap rendah.

Sampai dengan Selasa pagi, 10 Maret 2020, hanya ada 95 kasus infreksi yang terkonfirmasi di benua itu. Di antaranya adalah Togo dan Kamerun yang melaporkan kasus pertama pada akhir pekan lalu.

Ancaman penyebaran wabah penyakit di Afrika selalu menjadi perhatian karena rapuhnya sistem kesehatan masyarakat di banyak negaranya. Wabah yang pernah dan sedang mencabik Afrika adalah malaria, TB, dan HIV.

Terkait ancaman dari virus corona, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan telah bergegas meningkatkan kemampuan negara-negara di Afrika untuk mendeteksi dan menguji keberadaan virus itu. WHO juga melatih para dokter di sana dalam merawat para pasien yang terdampak. Hingga akhir Januari lalu, misalnya, hanya Senegal dan Afrika Selatan yang dilaporkan memiliki laboratorium yang dapat menguji virus, tapi kini ada sebanyak 37 negara yang memiliki kemampuan uji itu.

Mary Stephen dari WHO di Brazzaville, Republik Kongo, percaya dengan data jumlah kasus virus corona COVID-19 yang ada di Afrika saat ini. Dasarnya, hasil pemeriksaan yang sudah dillakukan terhadap lebih dari 400 orang sejauh ini.

Keyakinan sama diungkap peneliti Universitas Edinburgh, Inggris, Mark Woolhouse. Menurutnya, selalu ada kemungkinan salah perhitungan dari sebuah data di manapun data itu berasal. Tetapi dia percaya minimnya kasus saat ini memang menunjukkan belum ada wabah besar yang terdeteksi.

"Jika ada seperti yang sedang terjadi di Italia atau Iran, di mana pun di Afrika ini saya pasti akan melihat angka kematian yang jauh lebih besar," kata Woolhouse. Per Selasa suda sebanyak 10.149 warga Italia terkonfirmasi terinfeksi virus corona COVID-19 dan 631 di antaranya meninggal. Di Iran, 354 orang meninggal dari total kasus terinfeksi 9.000 kasus.

Jimmy Whitworth dari London School of Hygiene and Tropical Medicine mengatakan sebagian besar kasus infeksi COVID-19 di Afrika diimpor bukan dari Cina, tetapi dari Eropa. Isolasi yang dilakukan terhadap setiap pendatang asal Eropa diduganya berperan menekan perkembangan wabah. "Empat negara Afrika telah memberlakukan karantina pada pengunjung dari hotspot virus corona," kata Whitworth.

Vittoria Colizza dari Sorbonne University di Perancis, penulis makalah tentang kerentanan negara-negara Afrika terhadap COVID-19, mengatakan jumlah kasus yang rendah itu hanya bisa dijelaskan dengan kombinasi faktor. Dia menyebut di antaranya, kurangnya kapasitas untuk memantau dan melakukan pengawasan aktif.

Menurut WHO, sebagian besar dari 37 negara di Afrika dengan kapasitas uji memang hanya memiliki 100-200 kit pengujian. Para peneliti sepakat lebih banyak kit uji akan diperlukan ketika kasus menyebar. "Tetapi ini sudah jauh lebih baik memiliki beberapa daripada tidak memiliki kapasitas sama sekali," kata Woolhouse.

Advertising
Advertising

Sebagian kalangan menganggap karakter populasi Afrika yang berusia jauh lebih muda daripada di Eropa dan Cina sebagai satu keuntungan tersendiri menghadapi ancaman virus corona. Usia populasi rata-rata di Inggris adalah 40,2 tahun dan di Cina adalah 37 tahun, tapi di Nigeria, negara terpadat di Afrika, angkanya 17,9 tahun.

"Jika Anda melihat statistik dari Cina, orang-orang yang memiliki prognosis yang lebih buruk adalah orang yang lebih tua," kata Stephen. "Tapi memang sisi buruknya adalah sistem kesehatan masyarakat pada umumnya lebih rapuh di banyak negara Afrika."

NEWSCIENTIST | WHO

Berita terkait

Ajudan Klaim Pembicaraan Vladimir Putin dan Xi Jinping Sangat Sukses

4 jam lalu

Ajudan Klaim Pembicaraan Vladimir Putin dan Xi Jinping Sangat Sukses

Seorang ajudan dari Pemerintah Rusia mengklaim Vladimir Putin dan Xi Jinping bertemu dalam "suasana hati yang sedang baik" di Beijing.

Baca Selengkapnya

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

14 jam lalu

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

Pemerintah telah merevisi kebijakan impor menjadi Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag Nomor 8 Tahun 2024. Wamendag sebut alasannya.

Baca Selengkapnya

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

17 jam lalu

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

OJK mengungkap prediksi kredit bermasalah perbankan.

Baca Selengkapnya

Mengintip Vila Mewah yang Diinapi Taylor Swift dan Travis Kelce di Danau Como

17 jam lalu

Mengintip Vila Mewah yang Diinapi Taylor Swift dan Travis Kelce di Danau Como

Taylor Swift dan Travis Kelce menginap di vila dari abad ke-16 saat liburan singkat di Danau Como Italia

Baca Selengkapnya

Daftar Negara yang Mendukung Palestina, Ada Indonesia

1 hari lalu

Daftar Negara yang Mendukung Palestina, Ada Indonesia

Mulai dari Indonesia hingga Afrika Selatan, berikut ini adalah negara yang mendukung Palestina melawan agresi Israel

Baca Selengkapnya

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

2 hari lalu

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

Putin mengunjungi Cina dan bertemu Xi Jinping setelah dilantik kembali sebagai Presiden Rusia.

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

3 hari lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Cina kepada Pemimpin terpilih Taiwan: Pilih Damai atau Perang

3 hari lalu

Cina kepada Pemimpin terpilih Taiwan: Pilih Damai atau Perang

Cina menganggap Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri, namun Taiwan bersikeras pihaknya sudah memiliki pemerintahan independen sejak 1949.

Baca Selengkapnya

Kalah dari Cina, Biden Naikkan Tarif Impor Termasuk Mobil Listrik

3 hari lalu

Kalah dari Cina, Biden Naikkan Tarif Impor Termasuk Mobil Listrik

Biden memutuskan menaikkan tarif impor produk Cina termasuk mobil listrik dan baterainya.

Baca Selengkapnya

5 Proyek Besar Cina di Era Presiden Jokowi

3 hari lalu

5 Proyek Besar Cina di Era Presiden Jokowi

Hubungan ekonomi Cina-Indonesia disebut mencapai masa keemasan di era Presiden Jokowi.

Baca Selengkapnya