Wabah COVID-19 Viralkan Istilah Herd Immunity, Ini Penjelasannya

Selasa, 24 Maret 2020 15:18 WIB

Ruangan Instalasi Gawat Darurat, Rumah Sakit Darurat Corona di Wisma Atlet Kemayoran Jakarta, Senin, 23 Maret 2020. TEMPO/M Rosseno Aji

TEMPO.CO, Bandung - Istilah herd immunity atau kekebalan bersama viral di grup-grup percakapan di tengah kasus infeksi virus corona COVID-19 di Indonesia yang terus bertambah. Ada beragam makna yang menyertai, di antaranya ambang batas dari kekebalan tubuh banyak orang yang dapat menurunkan jumlah kejadian infeksi dengan sendirinya.

Menurut Wakil Ketua Tim Pencegahan dan Kewaspadaan COVID-19 Universitas Padjadjaran, Irvan Afriandi, herd immunity terbentuk dari individu-individu yang memiliki kekebalan terhadap suatu infeksi secara alami tanpa vaksin. Ketika jumlah mereka mencapai proporsi tertentu dari suatu populasi, maka peluang terjadinya infeksi di populasi tersebut akan menurun.

“Tindakan vaksinasi merupakan suatu contoh dari pemanfaatan pemahaman kita terhadap herd immunity ini,” kata Wakil Dekan Fakultas Kedokteran yang juga dosen di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat itu, Selasa 24 Maret 2020.

Irvan menjelaskan, angka proporsi orang yang kebal dalam suatu populasi beragam terhadap jenis infeksi penyakitnya. Dia mencontohkannya dengan difteri dan campak.

Mengutip tabel penyakit infeksi dalam artikel Paul Fine dari London School of Hygiene and Tropical Medicine pada 1993, angka reproduksi dasar (basic reproduction number) difteri sebesar 6-7. Artinya seorang yang terinfeksi virus itu mampu menularkannya ke 6-7 orang lain.

Advertising
Advertising

Pada kasus difteri tercatat herd immunity treshold 85%. “Kekebalan bersama dianggap efektif akan melindungi masyarakat, jika telah terjadi tingkat kekebalan individu 85 persen,” ujar Irvan.

Sedang pada virus campak (measles), angka reproduksi dasar 12-18 orang dan kekebalan bersama berkisar 83-94 persen. Semakin tinggi angka reproduksi dasar suatu infeksi, Irvan menjelaskan, semakin tinggi pula kekebalan populasi atau herd immunity yang diperlukan agar bisa mengeliminasi penyakitnya.

"Teori itu digunakan sebagai dasar kenapa pemerintah harus mencapai cakupan atau persentase tertentu dari program imunisasi di masyarakat," katanya.

Dalam kasus infeksi COVID-19 saat ini, menurut Irvan, semua orang rentan. Para ahli sedang meneliti berapa angka reproduksi dasar dari infeksi virus penyebab pneumonia akut ini.

Dia memberi catatan tambahan bahwa angka reproduksi dasar dari suatu penyakit tergantung dari derajat keganasan virus. Selain beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti seberapa lama kuman penyebab infeksi dapat bertahan hidup di lingkungan atau alam, jumlah paparan atau dosis kuman yang diperlukan untuk terjadinya penyakit, durasi paparan terhadap kuman, dan seberapa cepat infeksi kuman menimbulkan gejala-gejala awal.

“Tentu saja dengan tidak mengabaikan upaya-upaya penanggulangan yang bersifat kuratif atau pengobatan dan perawatan bagi penderita yang terkena,” katanya.

Berita terkait

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

2 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

4 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

4 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

4 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

4 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

5 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

10 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

11 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

12 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

15 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya