Biar Data Akurat, Ini Dua Alat Uji COVID-19 Rekomendasi WHO

Reporter

Antara

Rabu, 8 April 2020 20:34 WIB

Seorang dokter berjalan di dekat alat tes swab virus Corona berupa Polymerase Chain Reaction diagnostic kit (PCR) di Laboratorium Rumah Sakit Pertamina Jaya, Cempaka Putih, Jakarta, Senin, 6 April 2020. Alat tersebut nantinya dapat melakukan tes virus corona hingga 1.300 sampel tiap harinya. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan dua alat tes COVID-19 masuk daftar alat uji darurat di era pandemi saat ini. Keduanya, yakni genesig Real-Time PCR Coronavirus (COVID-19) dan cobas SARS-CoV-2 Qualitative assay for use on the cobas® 6800/8800 Systems telah diuji para ahli di WHO dan didapati akurat mendeteksi penyebab penyakit, virus SARS-CoV-2.

WHO bermaksud memberi panduan kepada otoritas kesehatan di negara-negara di dunia untuk membeli atau melakukan pengadaan alat uji COVID-19. "Dengan masuknya dua alat ini dalam daftar penggunaan darurat memungkinkan banyak negara untuk meningkatkan kapasitas tes dengan kualitas yang terjamin (akurat, red)," kata Asisten Direktur Jenderal WHO untuk Obat-Obatan dan Produk Kesehatan, Mariângela Simão, lewat pernyataan tertulis di laman resmi WHO, Selasa 7 April 2020.

Dalam pernyataan tertulisnya WHO menerangkan genesig Real-Time PCR Coronavirus (COVID-19) merupakan alat uji COVID-19 buatan Primerdesign, perusahaan bio-teknologi asal Inggris. Alat itu, menurut WHO, dapat digunakan dalam laboratorium dengan kapasitas pengujian sampel yang moderat atau menengah.

Sedang cobas SARS-CoV-2 Qualitative assay for use on the cobas® 6800/8800 Systems merupakan alat uji buatan Roche, perusahaan bio-teknologi asal Amerika Serikat. Alat ini direkomendasikan digunakan di laboratorium yang berukuran dan berkapasitas lebih besar.

Dua alat itu telah lolos rangkaian pemeriksaan dan tes dari sejumlah ahli WHO yang telah mencari alat uji COVID-19 untuk situasi darurat sejak akhir Januari lalu. Lewat pengumuman secara terbuka, WHO mengundang perusahaan bioteknologi untuk mengirim proposal mengenai alat ujinya agar dapat ditelaah lebih jauh oleh pakar.

Prosedur itu ditetapkan WHO untuk mempercepat pengadaan alat uji COVID-19 di tengah situasi darurat kesehatan. Harapannya membantu lembaga pengadaan dan negara-negara mencari alat yang akurat di tengah banyaknya pilihan yang tersedia.

<!--more-->

"Proses pemeriksaan yang dilakukan membuat kualitas dan performa produk terjamin baik," ujar WHO lewat pernyataan tertulisnya.

Sejak COVID-19 mewabah pertama kali di Kota Wuhan, Cina, pada akhir tahun lalu sampai dengan hari ini, WHO mencatat kasus positif telah ditemukan pada 1.317.130 orang di 202 negara dan wilayah. Dari total pasien, 74.304 di antaranya meninggal, sementara lebih dari 300 ribu pasien dinyatakan sembuh.

Banyak negara lalu berlomba dengan penularan virus itu. Sayangnya, beberapa tersandung masalah alat uji yang cacat dan akurat. Ini seperti yang pernah dilaporkan negara seperti Spanyol, Republik Ceko, Belanda, Filipina, dan Malaysia.

Test kit didatangkan karena sudah digunakan lebih dulu dalam penanggulangan wabah virus itu di Cina dan Korea Selatan. Namun Spanyol dan Ceko sama-sama melaporkan masalah akurasi alat-alat uji cepat atau rapid test kit itu. Pemerintah Spanyol sampai mengatakan akan menarik sekitar 8 ribu kit uji yang dibeli dari Shenzhen Bioeasy Biotechnology, Cina, dan sudah terdistribusi di Madrid. Sebanyak 50 ribu lainnya yang belum digunakan pun akan dikembalikan.

Alat-alat itu disebut hanya memiliki akurasi 30 persen, jauh lebih rendah dari standar Badan Pengawasan Obat dan Makanan Amerika Serikat, yakni 80 persen, sebagai standar yang diadopsi di Spanyol. Sebagai ganti alat-alat yang dikembalikan itu, Spanyol mendapat janji pengiriman ulang alat yang lebih baik.

Advertising
Advertising

Kedutaan Cina di Spanyol berdalih bahwa perusahaan yang dimaksud tidak memiliki lisensi untuk mengekspor alat tes COVID-19. Saat ini Pemerintah Cina sedang menyelidiki Shenzhen Bioeasy Biotechnology atas tuduhan menjual test kit yang cacat dan dengan harga yang mahal ke Spanyol dan Ceko itu. Beijing juga memastikan peralatan

Berita terkait

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

3 jam lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

21 jam lalu

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

Zulkifli Hasan mengungkap asal mula ditemukannya baja ilegal produksi pabrik milik Cina.

Baca Selengkapnya

Kisah Besi Beton 'Banci' Produksi Investor Asal Cina yang Disidak Zulhas

1 hari lalu

Kisah Besi Beton 'Banci' Produksi Investor Asal Cina yang Disidak Zulhas

Mendag Zulkifli Hasan menginspeksi mendadak sebuah pabrik baja milik investor Cina yang meproduksi baja ilegal tidak sesuai SNI.

Baca Selengkapnya

Seperti Dongeng, Kisah Cinta Li Ran Perempuan Cina yang Dinikahi Pangeran Belgia

1 hari lalu

Seperti Dongeng, Kisah Cinta Li Ran Perempuan Cina yang Dinikahi Pangeran Belgia

Seorang perempuan Cina merebut hati Pangeran Charles dan Belgia. Kisah percintaan mereka seperti dalam dongeng.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Sumber Kekayaan Iran hingga Pertemuan Hamas-Fatah di Beijing

1 hari lalu

Top 3 Dunia: Sumber Kekayaan Iran hingga Pertemuan Hamas-Fatah di Beijing

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 27 April 2024 diawali oleh berita soal lima sumber kekayaan negara Iran, yang sedang menghadapi ketegangan dengan Israel

Baca Selengkapnya

Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal Produksi Pabrik Milik Cina

1 hari lalu

Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal Produksi Pabrik Milik Cina

Sebuah pabrik baja Cina, PT Hwa Hok Steel, terungkap memproduksi baja tulangan beton tidak sesuai SNI sehingga produk mereka dinyatakan ilegal.

Baca Selengkapnya

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

2 hari lalu

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

Filipina menyangkal klaim Beijing yang menyebut kedua negara telah mencapai kata sepakat terkait sengketa Laut Cina Selatan

Baca Selengkapnya

Cina Turun Tangan Pertemukan Fatah dan Hamas di Beijing

2 hari lalu

Cina Turun Tangan Pertemukan Fatah dan Hamas di Beijing

Pemerintah Cina turun tangan mempertemukan dua kelompok berseteru di Palestina yaitu Fatah dan Hamas

Baca Selengkapnya

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

2 hari lalu

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas melantik Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama atau Pejabat Eselon I dan II Kementerian Perdagangan.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

2 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya