Kasus Baru Ebola Ditemukan Saat Deklarasi Bebas Wabah Disiapkan

Reporter

Terjemahan

Senin, 13 April 2020 09:45 WIB

Seorang perawat membawa bayi yang dicurigai terinfeksi virus Ebola di rumah sakit di Oicha, Provinsi Kivu Utara Republik Demokratik Kongo, 6 Desember 2018. Virus ebola yang menyebabkan pendarahan parah, kegagalan organ, dan dapat menyebabkan kematian. REUTERS/Goran Tomasevic

TEMPO.CO, Jakarta - Satu kasus baru penyakit virus Ebola terkonfirmasi di Beni, Republik Demokratik Kongo, pada 10 April 2020. Kabar ini datang saat Badan Kesehatan Dunia atau WHO menyiapkan deklarasi berakhirnya wabah penyakit itu.

“Ini bukan perkembangan yang diinginkan, tapi kita harus antisipasi," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, seperti dikutip dari berita terikini di laman resmi WHO, Senin 13 April 2020.

Tedros memastikan masih mempertahankan tim respons di Beni dan wilayah lain yang berisiko tinggi. "Kami lakukan itu untuk antisipasi hal seperti ini terjadi," katanya.

Tedros juga menerangkan kalau ribuan tanda-tanda di Kongo masih berada dalam penelitian setiap harinya. Itu diklaim sebagai bagian dari sistem pengawasan Ebola yang masih aktif di kawasan tersebut. Tanda-tanda itu meliputi orang atau individu yang memiliki gejala penyakit virus Ebola ataupun peristiwa kematian di kawasan yang sangat berisiko Ebola.

Terhadap kasus-kasus terkonfirmasi positif, upaya melacak setiap orang yang mungkin pernah kontak telah dilakukan. Pemberian vaksi dan pengawasan atas status kesehatannya juga disebut Tedros telah dilakukan.

Advertising
Advertising

Direktur Regional WHO untuk Afrika, Matshidiso Moeti, menambahkan bahwa WHO telah bekerja bahu membahu dengan petugas medis di Kongo selama lebih dari 18 bulan. Termasuk, dia menambahkan, tim WHO kini memberi dukungan untuk investigasi terhadap kasus yang terbaru.

“Meski pandemi COVID-19 menambah beban yang ada, kami akan terus melanjutkan kerja sama ini hingga akhirnya kita bisa mendeklarasikan bersama berakhirnya wabah Ebola ini," kata Moeti.

Kasus positif terbaru datang beberapa menit setelah kesimpulan pertemuan International Health Regulations Emergency Committee on Ebola di Republik Demokratik Kongo dibacakan. Komite Darurat itu menyatakan akan kembali bertemu pekan depan untuk mengevaluasi ulang rekomendasi yang sudah disiapkan berdasarkan kasus yang terbaru itu.

Petugas kesehatan duduk dekat cairan disinfektan yang digunakan untuk membersihkan ruangan pasien virus ebola di Rumah Sakit di Bwana Suri, Ituri, Kongo, 10 Desember 2018. REUTERS/Goran Tomasevic

Sebelumnya, sebuah deklarasi sedang disiapkan untuk menyatakan berakhirnya wabah penyakit virus Ebola ini. Deklarasi dipertimbangkan setelah orang terakhir positif Ebola di Kongo telah dua kali teruji negatif dan dipulangkan dari rumah sakit pada 3 Maret lalu.

Per 10 April 2020, sebanyak 3.456 orang terkonfirmasi dan diduga terinfeksi virus itu dan 2.276 di antaranya meninggal.

Kemunculan pertama virus Ebola diketahui dalam kasus wabah yang terjadi berturut-turut di Sudan dan Republik Demokratik Kongo pada 1976. Ebola menyebar lewat kontak darah atau cairan tubuh lainnya, atau dari jaringan luka korban yang terinfeksi, manusia maupun hewan.

Sejumlah turunan virus ini memiliki sifat mematikan yang bervariasi. Satu di antaranya, Ebola Reston, misalnya, tidak membuat orang yang diinfeksinya sakit. Tapi tidak jika terinfeksi Ebola bundibugyo. Tingkat kematian turunan virus yang satu itu bisa sampai 71 persen seperti yang terjadi dalam wabah di Sudan.

Berita terkait

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

3 jam lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

15 jam lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

1 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

1 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

2 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

2 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

2 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

2 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

3 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

3 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya