Covid-19, Pasien Parah di RSPAD Diobati Pakai Donor Plasma Darah

Reporter

Antara

Jumat, 8 Mei 2020 09:35 WIB

Ilustrasi virus corona atau Covid-19. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Pengobatan pasien Covid-19 dengan cara pemberian plasma darah atau konvalesen milik pasien yang sudah sembuh sudah diterapkan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto. Terapi pengobatan ini telah dicoba di beberapa negara seperti Cina, Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris dalam upaya memerangi pandemi penyakit virus corona 2019.

Penerapannya di Indonesia diungkap Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio, kepada ANTARA Jakarta, Rabu 6 Mei 2020. Dia menuturkan, berdasarkan informasi terakhir yang diperolehnya, konvalesen diberikan kepada tiga pasien di rumah sakit itu. Termasuk yang menyumbangkannya adalah pasien asal Depok, Jawa Barat, yang merupakan kasus terkonfirmasi pertama Covid-19 di Indonesia.

"Plasma konvalesen diambil dari orang dalam kasus-kasus pertama di Indonesia," katanya.

Plasma darah atau konvalesen, Amin menerangkan, mengandung antibodi terhadap SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19. Antibodi itu dianggap dapat membantu memerangi virus yang ada dalam tubuh pasien yang masih sakit. Namun, dia menambahkan, plasma konvalesen bukan merupakan terapi massal .

Terapi ini hanya diberikan kepada pasien COVID-19 yang berada dalam kondisi berat atau kritis. Selain jumlah plasma darah yang terbatas, Amin mengatakan, "Satu plasma itu tidak bisa dipakai untuk semua orang."

Terapi pengobatan dengan plasma darah juga sedapat mungkin diberikan kepada pasien yang memiliki golongan darah sama dengan pendonornya, untuk menghindari potensi reaksi yang tidak diharapkan karena berbeda golongan darah.

Amin juga menuturkan, tidak semua pasien sembuh bisa mendonorkan plasma darahnya. Selain kesamaan golongan darah, syarat lainnya adalah minimal sudah dua pekan sembuh total dari Covid-19, harus dalam keadaan sehat secara fisik dan secara laboratorium, serta mengandung antibodi yang cukup tinggi untuk bisa menetralisasi virus.

Terpisah, dalam diskusi online yang diselenggarakan oleh Indonesian Clinical Training and Education Center (ICTEC) dan Bagian Penelitian RSCM-FKUI di Jakarta, Selasa lalu, disampaikan bahwa terapi pengobatan dengan konvalesen cukup menjanjikan. Meskipun uji-uji yang sudah dilakukan dianggap belum besar.

"Kalau melihat datanya, promising (menjanjikan) karena datanya kecil-kecil, tetapi belum bisa untuk mendapatkan data yang cukup untuk melihat dalam satu persentase," kata dokter spesialis hematologi dan onkologi Lugyanti Sukrismananggota, juga anggota Tim Peneliti Plasma Konvalesen RSCM/FKUI.

Advertising
Advertising

Sedang anggota tim yang lain, Robert Sinto, mengatakan, secara hipotesis, terapi pengobatan ini bisa lebih baik jika diberikan di awal infeksi virus. Bukan saat pasien sudah terpapar parah. "Karena pada waktu awal itu kita bisa memberikannya untuk clearence virus lebih baik," katanya.

Tapi, beberapa uji klinis yang dilakukan sejauh ini dilakukan kepada pasien COVID-19 dengan gejala berat dengan alasan bila diberikan kepada semua pasien positif dalam semua tingkatan gejala maka jumlah plasma tidak akan mencukupi.

Pemilihan pemberian terapi plasma darah kepada pasien dengan gejala berat juga karena kebanyakan proses pengobatannya tidak mencukupi dengan terapi standar dan diperlukan tambahan. "Jadi, dalam uji klinis di berbagai negara biasanya terapi plasma darah diberikan bersama dengan terapi standar lain," kata Lugyanti.

Berita terkait

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

7 jam lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

2 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

2 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

2 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

2 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

3 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

8 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

9 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

10 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Guru Besar FKUI Soal Kenapa 1 Juta Lebih WNI Pilih Berobat di Luar Negeri

10 hari lalu

Penjelasan Guru Besar FKUI Soal Kenapa 1 Juta Lebih WNI Pilih Berobat di Luar Negeri

Jokowi menyebut 1 juta lebih WNI berobat ke luar negeri. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya