TEMPO.CO, Jakarta -Prancis akan memulai eksperimen uji klinis transfusi plasma darah untuk pasien COVID-19 di sejumlah rumah sakit di Paris. Prancis mengikuti jejak Cina mengambil strategi itu setelah kini menempati peringkat empat dunia penyumbang terbesar kasus penyakit menular tersebut setelah Amerika Serikat, Spanyol, dan Italia.
Dari total 1,7 juta kasus infeksi di dunia per Minggu 12 April 2020, Prancis menyumbang lebih dari 130 ribu kasus. Sedang angka kematiannya, Prancis menyumbang hampir 14 ribu dari angka global 108 ribu orang.
Perusahaan-perusahaan farmasi sedang berlomba mengembangkan vaksin dan pengobatan untuk pandemi COVID-19 ini. Sementara menunggunya, Prancis melirik terapi dengan plasma darah yang diambil dari sesama pasien COVID-19 tapi yang sudah sembuh dari infeksi parah virus penyebab penyakit itu.
Plasma, cairan dalam darah berisi antibodi pasca sakit, telah terbukti efektif di kelompok kecil studi kasus Ebola dan SARS. Administrasi Obat dan Makanan Amerika telah lebih dulu mengizinkan para dokter untuk bereksperimen dengan strategi yang sama. Adapun di Cina, uji yang sama sudah lebih dulu berjalan.
Uji klinis di Prancis rencananya bergulir mulai Selasa, 14 April 2020. Uji dilakukan bersama otoritas rumah sakit di Paris AP-HP, institut riset medis nasional INSERM, dan layanan darah nasional EFS.
"Uji klinis ini menggunakan transfusi plasma milik pasien-pasien yang sudah sembuh dari COVID-19, berisi antibodi antivirus itu, dan yang bisa mentransfer kekebalan tubuhnya kepada pasien yang masih berjuang melawan COVID-19," bunyi pernyataan bersama tiga institusi itu pada Sabtu, 11 April 2020.
Ilustrasi virus corona atau Covid-19. REUTERS
Dalam uji di Cina, seorang pasien virus corona dilaporkan berhasil lepas dari ventilator hanya dua hari setelah menerima donasi plasma darah. Hasil itu dimuat dalam jurnal Proceedings of National Academy of Sciences.
Namun, para ahli Inggris mengatakan studi yang lebih besar diperlukan untuk memastikan bahwa pengobatan dengan plasma darah itu aman dan efektif sebelum diluncurkan secara luas. Merek mengingatkan masalah keamanan potensial di sekitar perawatan ini, termasuk penyakit yang terjadi melalui transfusi.
"Bahkan jika terbukti berhasil, skalabilitas untuk mengobati sejumlah besar pasien dapat menjadi masalah," kata Munir Pirmohamed, presiden British Pharmacological Society.
FRANCE24 | DAILY MAIL