Jokowi Minta Kurva Corona Turun, Menristek Harap 1 Juta Tes Dulu

Reporter

Antara

Jumat, 8 Mei 2020 21:09 WIB

Penumpang KRL Commuterline saat menjalani test polymerase chain reaction (PCR) di Stasiun Bekasi, Jawa Barat, Selasa, 5 Mei 2020. Pemkot Bekasi menggelar tes massal corona terhadap penumpang KRL Commuterline dengan menyiapkan 300 alat test PCR, tes secara massal tersebut dilakukan setelah tiga penumpang KRL dari bogor terdeteksi terpapar virus corona atau Covid-19. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia idealnya melakukan hingga satu juta tes Covid-19 dengan polymerase chain reaction (PCR) untuk bisa mendeteksi dan memetakan penularan penyakit virus corona 2019 di wilayahnya. Per artikel ini dibuat, Jumat malam 8 Mei 2020, data di situs Info Infeksi Emerging, Kementerian Kesehatan RI, menyebut jumlah spesimen tes baru sebanyak 103 ribu, atau 490 tes per satu juta penduduk berdasarkan Worldometers.

Penilaian jumlah tes ideal di Indonesia itu disampaikan Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro. Dia membandingkan dengan negara-negara seperti Jerman, Jepang, dan Korea Selatan yang berdasarkan dara Worldometers masing-masing telah melakukan 2,7 juta tes (32 ribu tes per sejuta penduduk), 190 ribu tes (1.500 per sejuta), 654 ribu tes (12 ribu per sejuta).

"Kalau mencoba membuat kita setara dengan negara-negara tersebut, mungkin idealnya satu juta ya, minimal satu juta tes Indonesia atau kalaupun mau dikurangi ratusan ribu," kata Menristek Bambang dalam bincang yang ditayangkan secara langsung di Jakarta, Jumat.

Dia menuturkan belum ada formulasi pasti mengenai jumlah sampel dari total penduduk suatu negara untuk melakukan uji PCR deteksi COVID-19. Soal ini dia merujuk negara seperti Amerika Serikat, Rusia, Turki, Inggris, dan Spanyol yang rata-rata sudah melakukan lebih dari satu juta uji PCR namun jumah kasus infeksi masih sangat tinggi.

Namun dia meyakini, harus tetap dilakukan tes spesimen yang massif kalau ingin menurunkan kurva Covid-19 pada Mei 2020, sesuai instruksi Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Menristek Bambang menuturkan harus dilakukan tes massif untuk melihat peta penyebaran virusnya.

"Satu hal yang harus kita kejar adalah tes massal tadi, karena dengan tes massal kita bisa mendapatkan gambaran bagaimana kita melakukan pembatasan sosial yang lebih tepat dan kebijakan apa yang harus dilakukan," kata dia.

Saat ini, Bambang menambahkan, pemerintah Indonesia mengupayakan 10 ribu tes spesimen per hari dengan teknik PCR, namun belum bisa terpenuhi. Alasannya, masih ada isu keterbatasan sumber daya manusia terutama untuk laboratorium yang melakukan pengujian PCR.

Ilustrasi PCR Test. Shutterstock

Advertising
Advertising

Menurutnya, tantangan terbesar adalah bekerja di laboratorium biosafety level 2. Laboratorium untuk memeriksa virus ini memiliki tingkat keselamatan (safety) yang cukup serius. "Cukup tinggi, sehingga teknisinya harus dilatih dulu. Kan kalau analisa bisa di 'on the spot' atau biasanya dikembalikan ke rumah sakit atau dikembalikan ke Balitbangkes (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan)," kata Bambang.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) disebutnya melakukan pelatihan untuk relawan di bidang uji PCR. Dari 800 peserta pelatihan, sudah 600 orang dilatih, sehingga sisa 200 lagi yang akan mengikuti pelatihan.

Sebelumnya, sebuah studi literatur mengungkap bahkan Indonesia tergolong terendah jumlah tes Covid-19 yang sudah dilakukan di kawasan Asia Tenggara. Dengan 76.58 ts per 1 Mei lalu, Indonesia hanya lebih banyak daripada Myanmar jika dihitung per seribu penduduknya.

Berita terkait

Jokowi Tambah Anggaran Perbaikan Jalan untuk Tahun Ini, Total jadi Rp 15 Triliun

4 menit lalu

Jokowi Tambah Anggaran Perbaikan Jalan untuk Tahun Ini, Total jadi Rp 15 Triliun

Jokowi meyakini pembangunan infrastruktur pada gilirannya akan mempengaruhi perekonomian lokal secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Antara Program Dokter Spesialis Berbasis RS dan Kekagetan Jokowi

17 menit lalu

Antara Program Dokter Spesialis Berbasis RS dan Kekagetan Jokowi

Presiden Jokowi kaget melihat jumlah dokter spesialis sangat kurang, sehingga Indonesia peringkat ketiga terbawah dalam rasio dokter dan masyarakat

Baca Selengkapnya

Hari Ketiga di Sultra, Jokowi akan Resmikan Bendungan hingga Bagikan Bansos

30 menit lalu

Hari Ketiga di Sultra, Jokowi akan Resmikan Bendungan hingga Bagikan Bansos

Ini agenda kunjungan kerja hari terakhir Jokowi di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Baca Selengkapnya

Kaesang Pangarep: Tanggapan Jokowi Soal Pilkada 2024 hingga Respons PSI

2 jam lalu

Kaesang Pangarep: Tanggapan Jokowi Soal Pilkada 2024 hingga Respons PSI

Belakangan nama Kaesang Pangarep disoroti, karena Relawan Nasional Pro Prabowo-Gibran mendorong anak bungsu Jokowi itu maju Pilkada Kota Bekasi

Baca Selengkapnya

Anggota Parlemen Korea Selatan Puji Jokowi: Sosok Revolusioner!

2 jam lalu

Anggota Parlemen Korea Selatan Puji Jokowi: Sosok Revolusioner!

Anggota Majelis Nasional Korea Selatan Kim Gi-Hyeon menilai Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) adalah sosok revolusioner

Baca Selengkapnya

Freeport Indonesia, Kritik Pengamat Ekonomi UGM hingga Perpanjangan Kontrak

3 jam lalu

Freeport Indonesia, Kritik Pengamat Ekonomi UGM hingga Perpanjangan Kontrak

Pengamat Ekonomi Energi UGM Fahmy Radhi mengkritik perpanjangan izin ekspor konsentrat tembaga PT Freeport Indonesia

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Jokowi Berlakukan Kelas Standar BPJS Kesehatan, Muhammadiyah Tanggapi Bagi-bagi Izin Tambang Ala Bahlil

3 jam lalu

Terpopuler: Jokowi Berlakukan Kelas Standar BPJS Kesehatan, Muhammadiyah Tanggapi Bagi-bagi Izin Tambang Ala Bahlil

Terpopuler: Jokowi memberlakukan kelas standar untuk rawat inap pasien BPJS Kesehatan, Muhammadiyah tanggapi bagi-bagi izin tambang untuk Orman.

Baca Selengkapnya

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

6 jam lalu

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

Seorang jurnalis warga yang dipenjara selama empat tahun setelah dia mendokumentasikan fase awal wabah virus COVID-19 dari Wuhan pada 2020.

Baca Selengkapnya

Jokowi Berlakukan Kelas Rawat Inap Standar BPJS Kesehatan, Rumah Sakit Diklaim Sudah Siap

12 jam lalu

Jokowi Berlakukan Kelas Rawat Inap Standar BPJS Kesehatan, Rumah Sakit Diklaim Sudah Siap

Presiden Jokowi menerapkan kelas standar untuk rawat inap pasien BPJS Kesehatan. Dirut BPJS Kesehatan klaim pihak rumah sakit sudah siap.

Baca Selengkapnya

Profil Nahdlatul Wathan, Organisasi Massa Islam Pertama Bangun Ekosistem di IKN

13 jam lalu

Profil Nahdlatul Wathan, Organisasi Massa Islam Pertama Bangun Ekosistem di IKN

Nahdlatul Wathan (NW) menjadi organisasi massa Islam pertama yang membangun ekosistem di Ibu Kota Nusantara (IKN). Begini profilnya?

Baca Selengkapnya