Bos Facebook Pilih Obat daripada Vaksin Covid-19, Simak Alasannya

Kamis, 21 Mei 2020 11:05 WIB

Pendiri dan CEO Facebook, Mark Zuckerberg, pria asal Palo Alto, California, menepati urutan kelima orang terkaya di dunia 2018 versi Forbes dengan kisaran kekayaan 71 miliar Dollar AS. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - CEO Facebook Mark Zuckerberg bicara potensi vaksin Covid-19 yang, menurutnya, belum akan tersedia sampai 2021. Pernyataannya bertolak belakang dengan yang di antaranya disampaikan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Saat tampil di acara Hugh Hewitt, Zuckerberg mengatakan terus waspada dengan pandemi yang sedang terjadi. Dia mengakui bukan ahli soal vaksin dan virus penyakit, tapi informasi dibagikannya berdasarkan yang sudah didengarnya.

Seperti diketahui, Zuckerberg, melalui Chan Zuckerberg Initiative, telah ikut mengeluarkan dana US$ 25 juta untuk penelitian tentang Covid-19. "Saya tidak berpikir bahwa kita harus mengharapkan vaksin tahun ini," katanya, seperti dikutip lamam Fox News, Rabu, 20 Mei 2020.

Zuckerberg menerangkan, kebutuhan menguji vaksin untuk keamanan dan kemanjurannya sebelum dirilis ke publik sebagai alasan penantian tersebut. Dia juga menjelaskan risiko yang tidak diketahui yang dapat menunda pengembangan vaksin.

Menurut informasi yang didapatnya, vaksin Ebola yang akan segera disongsong manusia di Bumi. Itu pun karena sudah makan waktu selama empat tahun.

"Bahkan kalaupun siap pada akhir tahun atau 2021, (vaksin Covid-19) itu akan menjadi...Anda tahu...itu tetap saja akan ada banyak risiko yang bisa berakhir lama juga," katanya.

Tapi tidak dengan terapi obat. Menurut Zuckerberg, para peneliti dapat menggunakan obat-obatan yang telah disetujui untuk menguji kemanjuran dalam mengobati iCovid-19 daripada harus melipatgandakan pengujian vaksin.

"Di sana, Anda mendapatkan manfaatnya, tidak seperti pengembangan vaksin," katanya sambil menambahkan, "Di mana Anda tahu bahwa obat-obatan ini aman, atau setidaknya efek sampingnya didokumentasikan dengan baik."

Jadi di sini, Zuckerberg menambahkan, peneliti hanya menguji efektivitas obat. Misalnya, Remdesivir, "Yang bukan berarti itu merupakan obat mujarab untuk mengobati Covid-19, tapi ini adalah langkah kecil ke arah yang benar dan memberikan sesuatu yang dapat mereka bangun sebagai sebuah perusahaan obat," katanya menuturkan.

Pekan lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump baru saja mengumumkan kemitraan publik-swasta baru untuk mengembangkan vaksin Covid-19 sebagai bagian dari 'Operation Warp Speed'. Tujuannya, menyelesaikan pengembangan dan kemudian memproduksi dan mendistribusikan vaksin yang sudah teruji sebelum akhir tahun ini.

"Saya pikir kita akan memiliki beberapa hasil yang sangat baik dan keluar dengan sangat cepat," ujar sang presiden.

FOX NEWS | HUGHHEWITT

Advertising
Advertising

Berita terkait

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

15 jam lalu

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

Pemerintah telah merevisi kebijakan impor menjadi Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag Nomor 8 Tahun 2024. Wamendag sebut alasannya.

Baca Selengkapnya

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

18 jam lalu

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

OJK mengungkap prediksi kredit bermasalah perbankan.

Baca Selengkapnya

Malaysia Sempat Mengutuk Facebook yang Hapus Berita PM Anwar Ibrahim Bertemu Pemimpin Hamas

2 hari lalu

Malaysia Sempat Mengutuk Facebook yang Hapus Berita PM Anwar Ibrahim Bertemu Pemimpin Hamas

Sebelumnya Oktober lalu, Fahmi memperingatkan tindakan tegas terhadap Meta dan Facebook dan medsos jika mereka memblokir kontennya

Baca Selengkapnya

Meta Naikkan Kembali Unggahan Facebook Pertemuan PM Anwar Ibrahim dengan Hamas

2 hari lalu

Meta Naikkan Kembali Unggahan Facebook Pertemuan PM Anwar Ibrahim dengan Hamas

Meta Platforms kembali menaikkan unggahan Facebook dari media Malaysia tentang pertemuan PM Anwar Ibrahim dengan petinggi Hamas.

Baca Selengkapnya

Facebook Hapus Unggahan Pertemuan Anwar Ibrahim dengan Hamas

3 hari lalu

Facebook Hapus Unggahan Pertemuan Anwar Ibrahim dengan Hamas

Anwar Ibrahim melakukan pertemuan dengan para pemimpin Hamas di Qatar. Unggahannya soal pertemuan itu dihapus oleh Facebook.

Baca Selengkapnya

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

3 hari lalu

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

Berasal dari kalangan biasa, Lawrence Wong mampu melesat ke puncak pimpinan negara paling maju di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

3 hari lalu

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

AstraZeneca menarik vaksin Covid-19 buatannya yang telah beredar dan dijual di seluruh dunia.

Baca Selengkapnya

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

5 hari lalu

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

Seorang jurnalis warga yang dipenjara selama empat tahun setelah dia mendokumentasikan fase awal wabah virus COVID-19 dari Wuhan pada 2020.

Baca Selengkapnya

Sejarah WhatsApp: Bermula Hanya Aplikasi Pesan Status Bikinan Eks Insinyur Yahoo

7 hari lalu

Sejarah WhatsApp: Bermula Hanya Aplikasi Pesan Status Bikinan Eks Insinyur Yahoo

WhatsApp terus berkembang sejak diakuisisi oleh Facebook pada 2014. Indonesia menjadi yang terbesar ketiga per tahun lalu dengan 112 pengguna aktif.

Baca Selengkapnya

4 Vaksin Wajib Bagi Jamaah Haji 2024, Dua Jamaah dari Provinsi Ini Ada Tambahan Vaksin Polio

8 hari lalu

4 Vaksin Wajib Bagi Jamaah Haji 2024, Dua Jamaah dari Provinsi Ini Ada Tambahan Vaksin Polio

Jamaah Haji 2024 wajib menerima 3 vaksin, namun khusus jamaah dari Jawa Timur dan Jawa Tengah, ada penambahan vaksin polio.

Baca Selengkapnya