Ini Peneliti Top Indonesia Berdasarkan SINTA 2020

Jumat, 29 Mei 2020 15:00 WIB

Ilustrasi penelitian di Lembaga Biologi Molekular Eijkman. Sumber: dokumen Lembaga Eijkman

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro resmi mengumumkan pemeringkatan baru untuk peneliti Indonesia berdasarkan Science and Technology Index (SINTA) 2020. Hasilnya, terhimpun 500 peneliti terbaik Indonesia dari berbagai latar belakang daerah dan perguruan tinggi.

Dalam video konferensi, Kamis 28 Mei 2020, Bambang hanya menyebutkan 20 pemilik nilai tertinggi dari daftar 500 peneliti itu. “Saya tidak bisa menyebutkan semuanya, tapi saya akan sebutkan 20 saja,” ujarnya, Kamis, 28 Mei 2020.

Suharyo Sumowidagdo, peneliti fisika partikel di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), muncul sebagai peneliti paling top berdasarkan indeks tersebut. Skor SINTA Suharyo selama tiga tahun belakangan sebesar 9178 atau 205.144 untuk sepanjang tahun.

Dikutip dari laman sinta.ristekbrin.go.id, Satu di antara makalah ilmiahnya adalah berjudul Observation of a new boson at mass of 125 GeV with the CMS experiment at the LHC. Suharyo terdaftar sebagai peneliti asal Unversity of California, Amerika Serikat, terlibat bersama sejumlah besar ilmuwan di dunia dalam observasi tersebut.

Agus Sudaryanto, peneliti keperawatan dari Universitas Muhammadiyah Surakarta berada di ranking dua dengan skor 8934 untuk tiga tahun dan 9138 sepanjang tahun. Di antara top 5 papers-nya adalah yang berjudul Perbedaan Waktu Tanggap Tindakan Keperawatan Pasien Cedera Kepala Kategori I-V di Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr Moewardi.

Advertising
Advertising

Di urutan ketiga adalah Indah Suci Widyahening dari Universitas Indonesia (UI) skor 7786 untuk tiga tahun dan 15.862 sepanjang tahun. Peneliti kesehatan masyarakat ini di antaranya terlibat dalam studi Trends in adult body-mass index in 200 countries from 1975 to 2014: a pooled analysis of 1698 population-based measurement studies with 19,2 juta participants.

Berturut di belakang ketiganya adalah Riyanarto Sarno, peneliti bidang informatika, dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) skor 6893, dan peneliti gizi Moesijanti Yudiarti Endang Soekarti dari Poltekkes Kemenkes Jakarta II skor 4906.

Kemudian dilanjutkan, Mauridhi Hery Purnomo dari bidang kecerdasan buatan di ITS skor 4853,5; I Gede Wenten dari Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB) skor 4670,5; Achmad Nizar Hidayanto dari Ilmu Komputer Universitas Indonesia skor 4659; Abdul Rohman dari bidang sistem rekayasa di Universitas Gadjah Mada (UGM) skor 4210; dan Evy Yunuhastuti dari bidang kedokteran UI skor 4181.

Urutan 11-20 berdasarkan SINTA 2020 diisi Tole Sutikno dari Universitas Ahmad Dahlan skor 4121; Achmad Munir dari ITB skor 4049; Asep Bayu Dani Nandiyanto dari Univeritas Pendidikan Indonesia (UPI) skor 4036; Mohammad Basyuni dari Universitas Sumatera Utara skor 3972; Muhammad Hilmy Alfaruqi dari Universitas Teknologi Sumbawa skor 3932; Rita Sita Sitorus dari UI skor 3833; Nusalam dari Universitas Ailangga skor 3807,5; Aceng Sambas dari Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya skor 3761,5; Arridina Susan Silitonga dari Politeknik Negeri Medan skor 3744; dan Sukono dari Universitas Padjadjaran (Unpad) skor 3741.

Bambang berpesan bagi peneliti yang belum masuk indeks SINTA 2020 agar bisa menguatkan riset di perguruan tinggi dan memperbanyak penelitian yang berkualitas. "Tidak hanya mengerjakan penelitian hibah tapi bisa melakukan hilirisasi dari hasil penelitiannya,” kata Bambang.

SINTA merupakan satu inovasi sistem informasi ilmu dan teknologi yang dikembangkan untuk mengukur kinerja individu, institusi, dan networking dari peneliti atau dosen yang melakukan studi. Program tersebut dibangun mulai 2016 dan hingga sekarang disebutkan telah mengelola 194.904 author atau peneliti terverifikasi, 4.607 jurnal, dan 34.677 buku. Selain itu 93.346 artikel, 69.796 conference paper, dan 5.266 book chapter.

Pelaksana Tugas Deputi Bidang Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek M Dimyati menerangkan nilai yang diperoleh dari 500 para peneliti sudah melalui beberapa komponen penilaian. “Komponennya ada dari jumlah dokumen artikel jurnal di Scopus, dokumen non jurnal di Scopus, sitasi di Scopus, dan sitasi di Google Scholar,” katanya.

Berita terkait

ITB Naikkan UKT Mahasiswa 2024, Segini Perkiraan Besarannya

28 menit lalu

ITB Naikkan UKT Mahasiswa 2024, Segini Perkiraan Besarannya

ITB menaikkan UKT untuk para mahasiswa angkatan 2024. Kenaikannya berkisar 15 persen dibanding angkatan sebelumnya.

Baca Selengkapnya

Cerita Dosen Muda ITB, Raih Gelar Doktor di Usia 27 dan Bimbing Tesis Mahasiswa Lebih Tua

41 menit lalu

Cerita Dosen Muda ITB, Raih Gelar Doktor di Usia 27 dan Bimbing Tesis Mahasiswa Lebih Tua

Nila Armelia Windasari, dosen muda ITB menceritakan pengalamannya meraih gelar doktor di usia 27 tahun.

Baca Selengkapnya

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

2 jam lalu

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.

Baca Selengkapnya

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

6 jam lalu

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.

Baca Selengkapnya

Keterbatasan Tak Jadi Penghalang, 120 Peserta Difabel Ikuti UTBK SNBT 2024 di UI

21 jam lalu

Keterbatasan Tak Jadi Penghalang, 120 Peserta Difabel Ikuti UTBK SNBT 2024 di UI

UI menyiapkan berbagai fasilitas khusus bagi para peserta difabel, terutama untuk peserta tunanetra dalam UTBK SNBT 2024.

Baca Selengkapnya

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

1 hari lalu

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

Di Indonesia diperkirakan terdapat 200 ribu spesies jamur, yang di antaranya mampu memproduksi enzim.

Baca Selengkapnya

KM ITB Desak Pemerintah Cabut UU Cipta Kerja dan Cegah Eksploitasi Kelas Pekerja

1 hari lalu

KM ITB Desak Pemerintah Cabut UU Cipta Kerja dan Cegah Eksploitasi Kelas Pekerja

Keberadaan UU Cipta Kerja tidak memberi jaminan dan semakin membuat buruh rentan.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

1 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

1 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Agar Peserta Tetap Rapi, Panitia UTBK SNBT 2024 Sediakan Kemeja dan Sepatu Pinjaman

2 hari lalu

Agar Peserta Tetap Rapi, Panitia UTBK SNBT 2024 Sediakan Kemeja dan Sepatu Pinjaman

Mengatasi peserta yang berpakaian kurang pantas, panitia UTBK SNBT 2024 menyediakan kostum pinjaman, umumnya berupa kemeja dan sepatu.

Baca Selengkapnya