Dosen IPB: Perhatian pada Konservasi Macan Tutul Jawa Minim

Reporter

Antara

Editor

Erwin Prima

Rabu, 10 Juni 2020 13:57 WIB

Seekor bayi leopard (Panthera Sp.) atau macan tutul saat di kandang penitipan di Kebun Bintang Kasang Kulim, Riau, Senin 16 Desember 2019. Polda Riau menyitanya bersama 58 kura-kura Indian Star dan empat bayi Singa Afrika dalam kasus perdagangan satwa dilindungi, dan menetapkan dua orang tersangka. (FOTO ANTARA/FB Anggoro)

TEMPO.CO, Jakarta - Dosen Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr Dede Aulia Rahman mengatakan hingga kini perhatian pada konservasi macan tutul Jawa atau Panthera pardus melas masih tergolong minim.

"Kalau kita lihat fakta dan realitas bahwa Macan Tutul Jawa sangat sedikit menerima perhatian konservasi dan bersaing secara lokal untuk kepentingan konservasi dengan spesies yang lebih karismatik," kata dia saat diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Selasa, 9 Juni 2020.

Sebagai contoh di Ujung Kulon orang-orang lebih banyak melakukan riset tentang Badak Jawa atau di tempat lain, misalnya Baluran, yang meneliti tentang banteng.

Padahal, ujar dia, spesies macan tutul Jawa juga memiliki peranan ekologi yang luar biasa bagi lingkungan termasuk manusia.

Tidak hanya berkaitan dengan predator puncak, namun satwa yang telah dilindungi sejak 1931 tersebut juga berhubungan dengan aspek ekonomi dan ilmu pengetahuan.

Advertising
Advertising

"Sadar tidak sadar kita dapat manfaat dari macan tutul terkait aspek wisata, ekowisata dan sebagainya," ujarnya.

Berdasarkan penelitian dari luar dengan kajian ilmiah di Sub Sahara Afrika menemukan bahwa kehilangan predator puncak, yaitu singa dan macan tutul, membawa dampak pada sisi kesehatan manusia.

"Ketika singa di sana hilang, ada kecenderungan peningkatan spesies Olive Babon," kata anggota peneliti INRae, Comportement and Ecologie de la Faune Sauvage, Toulouse, Prancis tersebut.

Olive Babon atau Babon Zaitun pada suatu keadaan mencari sumber makanan baru di sekitar pemukiman warga. Akibatnya, membawa penyakit parasit usus terhadap masyarakat. "Ini perlu dibuktikan dan kita juga tidak mau terjadi di Indonesia," katanya.

Di Indonesia sendiri, ujarnya, riset terkait konservasi hewan endemik Jawa itu tergolong minim. Selama periode 2000 hingga 2020 tercatat hanya 26 hasil karya ilmiah yang dipublikasikan.

Bahkan dalam satu dekade terakhir hanya ada tiga makalah ilmiah tentang macan tutul Jawa yang diterbitkan dan dipimpin penulis Indonesia dalam jurnal peer-review bereputasi.

ANTARA

Berita terkait

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

1 hari lalu

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

Sekitar 140 paus pilot yang terdampar di perairan dangkal negara bagian Australia Barat. Apakah jenis paus pilot itu?

Baca Selengkapnya

DPR Dorong Sanksi Akumulatif Bagi Kejahatan Lingkungan di RUU Konservasi

5 hari lalu

DPR Dorong Sanksi Akumulatif Bagi Kejahatan Lingkungan di RUU Konservasi

UU No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yang telah berusia 34 tahun menjadi alasan dilakukan revisi.

Baca Selengkapnya

Begini Pengaturan Soal Zoonosis dan Masyarakat Adat dalam RUU KSDAHE

10 hari lalu

Begini Pengaturan Soal Zoonosis dan Masyarakat Adat dalam RUU KSDAHE

Sejumlah aspek dalam RUU KSDAHE dianggap masih memerlukan penguatan dan penyelarasan.

Baca Selengkapnya

Ditarget Rampung Tahun Ini, Begini RUU KSDAHE Beri Ruang Dukungan untuk Konservasi Internasional

10 hari lalu

Ditarget Rampung Tahun Ini, Begini RUU KSDAHE Beri Ruang Dukungan untuk Konservasi Internasional

Rancangan Undang-undang tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya atau RUU KSDAHE ditarget segera disahkan pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Kembalikan Kejayaan Biodiversitas di IKN, Guru Besar Konservasi UI Usul Pembuatan Koridor Ekologi

26 hari lalu

Kembalikan Kejayaan Biodiversitas di IKN, Guru Besar Konservasi UI Usul Pembuatan Koridor Ekologi

Dengan konsep kota hutan, ada peluang untuk mengembalikan kejayaan biodiversitas di kawasan IKN.

Baca Selengkapnya

KKP Perkuat OECM untuk Perluasan Kawasan Konservasi

28 hari lalu

KKP Perkuat OECM untuk Perluasan Kawasan Konservasi

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut (Ditjen PKRL) terus mendorong tercapainya target 30 persen perluasan kawasan konservasi di tahun 2045.

Baca Selengkapnya

Menteri KKP Minta Pengembangan Pariwisata Tidak Merusak Ekosistem Laut

51 hari lalu

Menteri KKP Minta Pengembangan Pariwisata Tidak Merusak Ekosistem Laut

Menteri KKP menyoroti laut di Teluk Cenderawasih, habitat penyu hijau yang populasinya kini mengalami penurunan drastis.

Baca Selengkapnya

KLHK Soal Marak Monyet Ekor Panjang Masuk Permukiman: Harimau Jawa Sudah Punah

53 hari lalu

KLHK Soal Marak Monyet Ekor Panjang Masuk Permukiman: Harimau Jawa Sudah Punah

KLHK sebut Ledakan populasi monyet ekor panjang di Pulau Jawa karena harimau jawa sudah punah dan macan tutul jawa langka.

Baca Selengkapnya

Selamatkan Macan Tutul Jawa, KLHK Survei Populasi dan Penyebarannya

27 Februari 2024

Selamatkan Macan Tutul Jawa, KLHK Survei Populasi dan Penyebarannya

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengadakan survei untuk mengetahui populasi Macan Tutul Jawa.

Baca Selengkapnya

Kasus Kematian Harimau di Medan Zoo, Kebun Binatang Dianggap Penjara Berkedok Wadah Konservasi dan Edukasi Satwa Liar

18 Februari 2024

Kasus Kematian Harimau di Medan Zoo, Kebun Binatang Dianggap Penjara Berkedok Wadah Konservasi dan Edukasi Satwa Liar

Kematian beruntun lima harimau di Medan Zoo menuai kecaman organisasi global perlindungan satwa liar. Kebun binatang dinilai sebagai penjara satwa.

Baca Selengkapnya