Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kondisi Macan Tutul Jawa Lebih Parah Dibanding Macan Tutul India

Reporter

Editor

Erwin Prima

Seekor macan tutul Jawa (Panthera pardus melas) dengan kondisi buta yang memerlukan penanganan khusus di Taman Satwa Cikembulan, Garut, Jawa Barat, Rabu, 29 April 2020. Taman satwa yang tutup sejak awal Maret ini mengalami defisit anggaran dampak dari pandemi virus corona. TEMPO/Prima Mulia
Seekor macan tutul Jawa (Panthera pardus melas) dengan kondisi buta yang memerlukan penanganan khusus di Taman Satwa Cikembulan, Garut, Jawa Barat, Rabu, 29 April 2020. Taman satwa yang tutup sejak awal Maret ini mengalami defisit anggaran dampak dari pandemi virus corona. TEMPO/Prima Mulia
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti ahli utama Pusat Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Hutan Prof. Ris. Dr Hendra Gunawan mengatakan ancaman utama dari keberlangsungan macan tutul Jawa atau Panthera pardus melas ialah kehilangan habitat.

"Macan tutul Jawa hidup dengan habitat yang padat, yaitu 332 jiwa per kilometer persegi," kata dia saat diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Selasa, 9 Juni 2020.

Keadaan itu jauh lebih parah jika dibandingkan dengan keberadaan macan tutul India atau yang memiliki nama latin Panthera pardus fusca yang hidup di kepadatan penduduk 172 kilometer persegi.

Melihat perbandingan tersebut, Prof Gunawan mengatakan keberadaan atau habitat macan tutul Jawa jauh lebih terancam dari macan tutul India.

Ancaman habitat macan tutul Jawa tadi juga dipengaruhi oleh luasan hutan di Tanah Air. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KHLK) luasan hutan yakni 3.040.400 hektare (ha).

Dari jumlah tersebut sebanyak 6.807 desa berada di kawasan hutan dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) mencapai 13.410.384 atau setara 30 persen penduduk Pulau Jawa.

Lebih ironis lagi, sekitar 60 persen masyarakat yang tinggal di wilayah hutan itu hidup di garis kemiskinan dan bekerja sebagai petani.

Rata-rata dari mereka hanya memiliki lahan kurang dari 0,50 ha per KK. Artinya, keadaan tersebut akan mempengaruhi gaya hidup mereka dalam mencukupi kebutuhan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Jika melihat data, ini merupakan ancaman. Artinya mereka bisa saja merambah hutan karena kekurangan lahan yang berimbas pada keberadaan macan tutul Jawa," katanya.

Selain kehilangan habitat, ancaman kepunahan macan tutul Jawa juga dipengaruhi oleh faktor lain, yaitu degradasi yang bisa disebabkan kualitas dari satwa itu sendiri menurun.

Selanjutnya faktor fragmentasi yang jarang disadari dan diketahui oleh manusia namun berdampak luar biasa bagi kelangsungan satwa endemik Jawa tersebut.

Fragmentasi dapat mengarah pada imbas dari suatu proyek atau pembangunan berskala besar seperti jalan tol. Misalnya sepanjang jalan Trans Jawa dari Anyar sampai Panarukan akan dijumpai kawasan hutan yang terpotong.

Ketika kawasan hutan sudah terpotong atau terpisah, populasi yang di sebelah kiri dan kanan terancam tidak bisa kawin sehingga berujung pada kepunahan.

ANTARA

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.




Video Pilihan


6 Penyebab Terjadinya Kebakaran Hutan

11 hari lalu

Petugas pemadam kebakaran berdiri di atas truk Kamloops Fire Rescue pada kebakaran hutan di dekat Fort St. John, British Columbia, Kanada 14 Mei 2023. Kamloops Fire Rescue/Handout via REUTERS
6 Penyebab Terjadinya Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan dapat terjadi secara sengaja dan tidak karena adanya perilaku manusia dan alam. Simak penjelasannya berikut:


Jokowi dan Lula da Silva Atur Kerja Sama Hutan RI, Brasil, Republik Demokratik Kongo

19 hari lalu

Presiden Jokowi bertemu Presiden Brasil Lula da Silva di KTT G7 Jepang, Sabtu, 20 Mei 2023. Biro Setpres
Jokowi dan Lula da Silva Atur Kerja Sama Hutan RI, Brasil, Republik Demokratik Kongo

Jokowi dan Presiden Brasil Luiz Incio Lula da Silva sedang mengatur kemitraan di bidang kehutanan.


Perjuangkan Hutan Adat, Suku Awyu Minta Komnas HAM Bentuk Tim Advokasi

29 hari lalu

Masyarakat adat suku Awyu, Papua Selatan melakukan audiensi dengan Komnas HAM di Jakarta Pusat, Selasa, 9 Mei 2023. dok: Nabiila Azzahra/Tempo
Perjuangkan Hutan Adat, Suku Awyu Minta Komnas HAM Bentuk Tim Advokasi

Suku Awyu asal Papua melakukan audiensi dengan Komnas HAM terkait hutan adat yang terancam konsesi perusahaan sawit, Selasa, 9 Mei 2023.


Kepala Otorita IKN Beberkan Dua Mekanisme untuk Dapatkan Lahan IKN Seluas 256.000 Hektare

3 April 2023

Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Bambang Susantono saat ditemui di kawasan Istana Negara, Jakarta Pusat, Selasa, 3 Januari 2022. TEMPO/M Julnis Firmansyah
Kepala Otorita IKN Beberkan Dua Mekanisme untuk Dapatkan Lahan IKN Seluas 256.000 Hektare

Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Bambang Susantono menjelaskan dua mekanisme yang digunakan dalam mendapatkan lahan pembangunan IKN.


Tema Hari Hutan Internasional 2023: Hutan dan Kesehatan, Bagaimana Atasi Deforestasi?

21 Maret 2023

Komunitas perhutanan sosial Ciwidey, Jawa Barat, Indonesia - lokasi agroforestri dengan kopi, alpukat, kismis, nanas, pisang, pinus, kayu putih dan lainnya.  UNEP/Taufany Eriz
Tema Hari Hutan Internasional 2023: Hutan dan Kesehatan, Bagaimana Atasi Deforestasi?

Hari Hutan Internasional 2023 bertema Hutan dan Kesehatan. Bagaimana atasi ancaman luas hutan yang berkurang dan deforestasi di Indonesia?


Walhi Jawa Barat: Ranca Upas Lebih Cocok untuk Wisata Alam dan Edukasi

9 Maret 2023

Wisatawan memberi makan seekor rusa sebuah wortel saat berkunjung ke area wisata penangkaran rusa di Kampung Cai Ranca Upas, Desa Alamendah, Bandung, Jawa Barat, 14 Maret 2017. Untuk masuk ke Ranca Upas, pengunjung cukup membayar tiket masuk Rp 10.000 dan biaya camping Rp 10.000 per orang. TEMPO/Fardi Bestari
Walhi Jawa Barat: Ranca Upas Lebih Cocok untuk Wisata Alam dan Edukasi

Perhelatan acara komunitas motor trail di Ranca Upas belakangan viral di media sosial setelah menimbulkan kericuhan dan kerusakan lahan bunga Rawa.


Nasib Macan Tutul di Tengah Perambahan Hutan Muria

6 Maret 2023

Macan tutul hitam Jawa (Panthera pardus melas). Kredit: YouTube
Nasib Macan Tutul di Tengah Perambahan Hutan Muria

Kejadian macan tutul turun ke pemukiman di sekitar Pegunungan Muria dan memangsa hewan ternak bukan kali pertama.


Perhutani dan United Tractors Bekerja Sama Rehabilitasi Hutan

5 Maret 2023

Logo Perhutani. perhutani-corpu.com
Perhutani dan United Tractors Bekerja Sama Rehabilitasi Hutan

Perum Perhutani bekerja sama dengan PT United Tractors tbk mendukung rehabilitasi dan pemanfaatan hutan.


Belantara Foundation Gandeng Perusahaan Jepang Bantu Pulihkan Hutan di Riau

1 Maret 2023

Belantara Foundation bersama Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Riau, KPHP Minas Taman Hutan Raya, ASKUL Corp., Marubeni Flx, Asia Pulp & Paper Japan Ltd., dan APP Sinarmas untuk melakukan penanaman simbolis di kawasan Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim, Giam Siak Kecil-Bukit Batu, Provinsi Riau, Selasa, 28 Februari 2023. (Belantara)
Belantara Foundation Gandeng Perusahaan Jepang Bantu Pulihkan Hutan di Riau

Kegiatan ini merupakan upaya untuk memperluas keterlibatan sektor swasta dalam kerja sama program restorasi atau pemulihan hutan.


KLHK Tindak Tambang Emas Ilegal di Kawasan Hutan Gorontalo

9 Februari 2023

Ilustrasi Tambang Ilegal. Dok.TEMPO/Jumadi
KLHK Tindak Tambang Emas Ilegal di Kawasan Hutan Gorontalo

KLHK melalui Ditjen Penegakkan Hukum hentikan operasional tambang emas ilegal di kawasan Hutan Produksi Boliyohuto, Gorontalo pada Rabu, 8 Februari 2023.