Uji Terbang, Helikopter SB-1 Defiant Tembus Kecepatan 200 Knot

Reporter

Tempo.co

Selasa, 23 Juni 2020 16:31 WIB

Helikopter SB 1 Defiant. wikipedia

TEMPO.CO, Jakarta - SB-1 Defiant, satu di antara kandidat pengganti Helikopter Black Hawk dan Apache Amerika Serikat mencapai rekor kecepatan terbang 205 knot atau 238 mil per jam. Helikopter jenis baru produksi Sikorsky-Boeing ini menggunakan konfigurasi baling-baling yang tidak biasa untuk bisa membawa personel ke medan perang jauh lebih cepat daripada yang bisa dilakukan generasi helikopter transport tempur saat ini.

Uji terbang yang membukukan kecepatan itu dijalani SB-1 Defiant di Pusat Uji Pengembangan Penerbangan Sikorsky di West Palm Beach, Florida, Amerika Serikat, pada 9 Juni 2020. Dalam uji itu pilot dari Sikorsky Bill Fell dan pilot uji dari Boeing Ed Henderscheid memaksa SB-1 hingga 205 knot.

Kecepatan itu melampaui kemampuan helikopter UH-60 Black Hawk, helikopter transport tempur kelas medium yang saat ini digunakan militer Amerika Serikat. Dengan desain daya angkut setara—empat awak dan hingga 12 penumpang--kecepatan terbang maksimal Black Hawk disebut tak pernah melebihi 194 knot.

“Kami memahami kalau kecepatan dan kemampuan manuver di ketinggian rendah sangat penting terhadap kemampuan bertahan secara keseluruhan dalam sebuah lingkungan future vertical lift,” kata Jay Macklin, direktur pengembangan bisnis future vertical lift di Sikorsky kepada wartawan pada 16 Juni 2020.

Defiant adalah satu dari dua kandidat akhir yang berkompetisi dalam program Future Long Range Assault Aircraft (FLRAA) milik militer Amerika Serikat. Kandidat lainnya adalah sebuah tiltrotor Bell V-280 Valor. Nantinya FLRAA akan menentukan satu plaform pesawat ukuran medium terpilih yang akan menggantikan barisan UH-60M Black Hawk juga helikopter serang AH-64E Apache.

Advertising
Advertising

Amerika telah menggunakan Black Hawk dan Apache sejak awal 1980-an. Setelah 40 tahun, Amerika berusaha mencari gantinya. Per 2019 lalu, Amerika tercatat memiliki 2.279 helikopter Black Hawk dan 744 Apache. Itu membuat program FLRAA yang akan digulirkan 2022 itu bakal seharga produksi sekitar 3.000 pesawat baru antara 2030 dan 2050.

Helikopter UH-60 Black Hawk membawa penasehat AS dan peserta pelatihan Afganistan saat berangkat dari lapangan udara Kandahar, Afghanistan, 19 Maret 2018. AS berencana untuk memasok total 159 Black Hawks ke Afghanistan di tahun-tahun berikutnya. AP

Dua spesifikasi utama yang disertakan dalam program FLRAA, yakni kecepatan yang lebih tinggi dan daya jelajah melampaui dari yang ada saat ini. Keduanya bisa diterjemahkan kepada kemampuan helikopter transport dan serang untuk lebih cepat dan terbang lebih jauh dalam sebuah medan perang, merespons cepat terhadap ancaman dan perkembangan situasi yang baru.

Sikorsky-Boeing dan Bell merespons program tersebut dengan menawarkan desain yang benar-benar baru. Keduanya tak lagi menggunakan konfigurasi baling-baling utama dan ekor seperti yang umum ada pada helikopter saat ini.

Helikopter Apachee Amerika Serikat ikut ambil bagian dalam latihan Noble Jump 2017 di Cincu, Romania, 14 Juni 2017. Sebanyak 4.000 lebih pasukan dari delapan negara NATO terlibat dalam latihan itu. Inquam Photos/Octav Ganea via REUTERS

Sikorsky-Boeing, misalnya, membuat SB-1 menggunakan sepasang baling-baling utama yang berputar saling berlawanan (co-axial). Sistem ini dilengkapi oleh baling-baling yang memberi daya dorong pada ekor.

Sedang desain yang ditawarkan Bell adalah sebuah tiltrotor mirip V-22 Osprey. Dalam desainnya, helikopter ini mampu merotasi sayap dan baling-balingnya lurus ke atas untuk kebutuhan tinggal landas maupun mendarat secara vertikal, dan mengubahnya menghadap ke depan untuk terbang.

Menurut Defense News, SB-1 Defiant dalam uji terbangnya 9 Juni lalu menyentuh kecepatan 205 knot hanya separuh kekuatan baling-baling utamanya. Jika keduanya digunakan penuh diyakini helikopter bisa dibawa melesat 288 knot. “Kami akan bisa mencapai kecepatan itu dalam beberapa bulan ke depan,” kata Fell, sang pilot uji.

FERDINAND ANDRE | ZW

Berita terkait

Insiden Mengerikan dalam Penerbangan, Banyak Penumpang Keluar Darah dari Hidung dan Telinga

1 hari lalu

Insiden Mengerikan dalam Penerbangan, Banyak Penumpang Keluar Darah dari Hidung dan Telinga

Insiden tersebut terjadi setelah pesawat mengalami masalah tekanan kabin di tengah penerbangan.

Baca Selengkapnya

Astronot NASA yang 'Terdampar' di Stasiun Antariksa: Kecewa? Sama Sekali Tidak!

4 hari lalu

Astronot NASA yang 'Terdampar' di Stasiun Antariksa: Kecewa? Sama Sekali Tidak!

Astronot NASA, Sunita Williams dan Butch Wilmore, mengaku tak kecewa terhadap Boeing yang membuat mereka kini 'terdampar' di ISS.

Baca Selengkapnya

NASA Bicara Kapsul Starliner yang Kembali ke Bumi tanpa Awak, Belum Gagal?

9 hari lalu

NASA Bicara Kapsul Starliner yang Kembali ke Bumi tanpa Awak, Belum Gagal?

Starliner telah kembali pada Sabtu dinihari, 7 September 2024. Simak perbandingan performa Boeing dan SpaceX dalam menjawab penugasan NASA sejauh ini.

Baca Selengkapnya

10 Jet Pribadi Paling Mahal di Dunia dan Pemiliknya, Ada Pangeran Arab dan Artis Kim Kardashian

16 hari lalu

10 Jet Pribadi Paling Mahal di Dunia dan Pemiliknya, Ada Pangeran Arab dan Artis Kim Kardashian

Dari 22 ribu yang beroperasi saat ini, berikut daftar top 10 jet pribadi paling mahal di dunia dan pemiliknya. Dimulai dari Air Force One.

Baca Selengkapnya

Helikopter Hilang di Rusia, Angkut 22 Orang Termasuk Wisatawan

18 hari lalu

Helikopter Hilang di Rusia, Angkut 22 Orang Termasuk Wisatawan

Kecelakaan helikopter terjadi di Rusia. Helikopter jatuh mengangkut wisatawan.

Baca Selengkapnya

NASA Putuskan Tinggalkan Awak Starliner-Boeing di ISS, Tunggu Dijemput Dragon-SpaceX

22 hari lalu

NASA Putuskan Tinggalkan Awak Starliner-Boeing di ISS, Tunggu Dijemput Dragon-SpaceX

Didesain beroperasi otonom, Sunita dan Butch menjalani misi Starliner berawak pertama dalam program Boeing Crew Filght Test NASA ke ISS.

Baca Selengkapnya

Dua Astronot NASA Terjebak di Luar Angkasa, Baru Dipulangkan ke Bumi Tahun Depan

24 hari lalu

Dua Astronot NASA Terjebak di Luar Angkasa, Baru Dipulangkan ke Bumi Tahun Depan

Dua astronot NASA terjebak di luar angkasa. Misi semula hanya 8 hari berubah menjadi 8 bulan karena pesawat pengangkut rusak.

Baca Selengkapnya

Kamboja Tertarik Beli Helikopter dan Senjata Ringan dari Indonesia

28 hari lalu

Kamboja Tertarik Beli Helikopter dan Senjata Ringan dari Indonesia

Indonesia dan Kamboja memperingati 65 tahun hubungan diplomatik dengan membahas lima topik kerja sama.

Baca Selengkapnya

Media Iran: Helikopter Presiden Ebrahim Raisi Jatuh Karena Cuaca Buruk dan Kelebihan Beban

28 hari lalu

Media Iran: Helikopter Presiden Ebrahim Raisi Jatuh Karena Cuaca Buruk dan Kelebihan Beban

Kecelakaan helikopter yang menewaskan Presiden Iran Ebrahim Raisi disebabkan oleh kondisi cuaca dan ketidakmampuan helikopter untuk menahan beban

Baca Selengkapnya

Alami Masa Sulit, Boeing Tunjuk Veteran Industri Kedirgantaraan Kelly Ortberg Jadi CEO

34 hari lalu

Alami Masa Sulit, Boeing Tunjuk Veteran Industri Kedirgantaraan Kelly Ortberg Jadi CEO

Kelly Ortberg mantan bos Rockwell Collins sebagai CEO Boeing untuk membenahi perusahaan raksasa pesawat terbang yang sedang mengalami kesulitan.

Baca Selengkapnya