Kepulan asap terlihat setelah terjadi sebuah ledakan bahan peledak di Beirut, Lebanon 4 Agustus 2020. Ledakan di Beirut, menurut saksi mata, memang sungguh massif. Dampaknya terasa hingga beberapa kilometer dari lokasi ledakan. Mereka yang mengamati dari gedung bertingkat pun terpelanting ketika ledakan terjadi. Talal Traboulsi/via REUTERS
TEMPO.CO, Jakarta - Pusat informasi gempa nasional AS, USGS, mengukur kekuatan ledakan di Beirut, Lebanon, pada Selasa sore, 4 Agustus 2020, setara gempa 3,3 Magnitudo. Ledakan disebut berasal dari sebuah gudang berisi 2.750 ton amonium nitrat serta menyebabkan sedikitnya 80 orang tewas dan 4.000 lainnya luka-luka.
Dalam situs webnya, USGS menerangkan mengolah data getaran dari ledakan massif di Beirut itu menggunakan standar metode yang sama dengan yang biasa digunakan mengukur gempa regional. Sejumlah koreksi dilakukan di antaranya mengikuti lokasi sesuai isi video ledakan yang viral.
"Magnitudo yang kami laporkan tidak bisa dibandingkan secara langsung dengan gempa bumi skala yang sama karena ledakan itu terjadi di permukaan di mana efisiensi gelombang seismik yang dibangkitkan tidak sama."
Tayangan video ledakan yang dibagikan warga Beirut di media sosial menunjukkan bergulung-gulung asap putih sesaat sebelum terjadi ledakan dahsyat dari area pelabuhan di kota itu. Ledakan mengirim bola api dan asap bak jamur raksasa ke langit. Perekam yang berada di bangunan tinggi berjarak sekitar 2 kilometer dari pelabuhan sampai terpental karena syok.
Korban gempa di Kabupaten Garut, Jawa Barat, belum mendapatkan bantuan, baik bantuan sosial pangan ataupun yang lainnya. Pemerintah daerah beralasan masih melakukan pendataan. Bantuan akan diberikan setelah verifikasi dan validasi data.